You Are Mine, Viona : The Revenge

Pengalaman hidup



Pengalaman hidup

0Alih-alih menerima uluran tangan Fernando yang ada di hadapannya Viona justru memalingkan wajahnya ke arah Adam yang sedang duduk menikmati teh melati hangat dengan tenang, ia lalu melengos dan memilih duduk di samping Adam.      
0

"Kau mau?" tanya Adam pelan saat menyadari Viona duduk di hadapannya dan memandangnya tanpa berkedip.     

"Huum," jawab Viona singkat.     

"Itu di meja masih ada yg belum diminum Anji kau bisa ambil salah satunya dan…     

"Aku mau punya kakak," ucap Viona dengan cepat memotong perkataan Adam dan langsung merebut cangkir teh yang ada di tangan Adam, tanpa sungkan dan jijik Viona langsung meminum teh digelas Adam.      

Justin dan Harry yang duduk di sofa yang ada disamping Adam dan Viona duduk hampir tersedak saat melihat Viona meminum teh di gelas yang sama dengan Adam, mereka berdua spontan langsung melihat kearah Fernando yang sedang berdiri bersama ibu Debora. Justin dan Harry menelan salivanya saat menyadari aura kemarahan yang sangat besar keluar dari tubuh Fernando, mereka berdua sudah bisa menebak dengan baik bahwa Fernando saat ini sudah sangat marah sekali.     

Belum sampai hilang keterkejutan mereka saat melihat sang nyonya meminum di gelas yang sama dengan pria lain, kini mereka juga dibuat hampir kehilangan nyawanya saat harus melihat kembali sang nyonya merapikan rambut Adam tanpa rasa bersalah sedikitpun didepan sang tuan besar.     

"Kalau habis mandi biasakan sisir rambutmu dengan rapi kak, kau ini kan seorang dokter dan seorang dokter harus menjaga penampilannya dengan baik supaya para pasienmu itu yakin kalau kau adalah seorang dokter," ucap Viona dengan cepat sambil terus merapikan rambut Adam.     

"Memang ada pasien yang tidak yakin pada dokternya sendiri?" tanya Adam menahan tawa.     

"Tentu saja ada, bayangkan saja kalau misalkan ada pasien yang datang ke klinikmu tapi penampilan mu berantakan. Mereka pasti akan meng-under estimatemu terlebih dahulu sebelum tahu bahwa kau adalah seorang dokter, maka dari itu kalau harus memperhatikan penampilan mu kak. Lagi pula mana ada dokter yang penampilan acak-acakan, itu sama saja menjatuhkan harga diri seorang dokter kak," ucap Viona centil sambil tersenyum lebar sehingga sepasang gigi kelincinya terlihat.      

Adam terkekeh mendengar perkataan Viona yang cerewet Ia lalu memencet hidung mancung Viona dengan gemas sambil tersenyum lebar.     

"Kau ini sok tau sekali, ya sudah baik aku terima sarannya. Mulai kedepan aku akan lebih memperhatikan penampilanku," jawab Adam pelan.     

Viona mengacungkan dua jempol nya ke arah Adam saat merespon perkataan sang kakak, ia lalu kembali minum teh milik Adam yang sebelumnya ia letakkan di atas meja ketika ia akan merapikan rambut Adam yang berantakan.      

Ibu Debora hanya bisa diam melihat apa yang dilakukan oleh Viona dan Adam, ia menggelengkan kepalanya perlahan dengan tersenyum cantik. Gurat-gurat halus di wajahnya tak memudarkan kecantikan alaminya yang sudah termakan oleh usia.      

"Begitulah tuan Willan, keseharian kami di panti ini. Sesama kakak adik saling menyayangi satu sama lain," ucap ibu Debora pelan sambil menyentuh tangan Fernando yang tegang.     

"I-iyaa nyonya ada apa?" tanya Fernando tergagap, rupanya sejak tadi Fernando memperhatikan Adam dan Viona tanpa berkedip sehingga ia tak memperhatikan keadaan sekitar dan tidak mendengar perkataan ibu Debora yang sebelumnya.      

Alih-alih menjawab pertanyaan Fernando ibu Debora justru mengajak Fernando untuk berjalan menuju ke halaman belakang meninggalkan Adam dan Viona beserta anak buahnya, Viona sendiri tak menyadari kalau Fernando sudah diajak pergi sang ibu. Ia terus bergurau dengan Adam tanpa beban, Justin dan Harry pun hanya bisa diam tanpa suara ketika melihat sang nyonya bergurau dengan pria lain. Begitu pula dengan dua puluh bodyguard Fernando yang sejak tadi berdiri, mereka tak ada yang bersuara sepatah katapun.     

Fernando yang tak mengerti ketika diajak ibu Debora ke halaman belakang hanya bisa terdiam saat diminta untuk duduk di sebuah kursi yang ada di balkon belakang, dimana dari tempatnya duduk saat ini ia bisa melihat dengan jelas danau indah yang tak jauh dari panti asuhan.     

"Tempat ini sangat damai dan indah tuan Willan, cocok untuk menenangkan diri," ucap ibu Debora pelan membuka percakapan.     

"Saya baru tau kalau ada tempat seperti ini di Kanada nyonya," jawab Fernando jujur.     

"Yah begitulah orang-orang yang tinggal di kota, mereka pasti tak tau ada surga tersembunyi di daerah terpencil seperti ini," sahut ibu Debora lembut sambil tersenyum.     

"Iya anda benar nyonya, saya sendiri contohnya," kelakar Fernando.     

Ibu Debora tersenyum mendengar perkataan Fernando, ia lalu menghirup nafas panjang dan menghembuskannya perlahan sambil memejamkan kedua matanya.     

"Begitupun dengan kehidupan sehari-hari tuan Willan, banyak orang yang tak menyadari bahwa ia sudah memiliki berlian super indah di rumahnya tapi karena keegoisan dan arogansinya ia lebih memilih emas yang harganya jauh dibawah berlian," ucap ibu Debora tiba-tiba sambil membuka kedua matanya dan menatap Fernando dengan tatapan penuh arti.     

Fernando yang sedang menatap danau langsung terdiam mendengar perkataan ibu panti yang ada disampingnya, dengan perlahan ia menoleh kearah ibu Debora yang sedang tersenyum penuh arti menatapnya.     

"Maksud anda apa nyonya?" tanya Fernando dengan suara bergetar.     

"Anda tentu tahu apa maksud dari perkataan saya tadi tuan Willan, tanpa saya harus mengatakannya dengan spesifik," jawab ibu Debora lembut sambil menepuk pundak Fernando dengan perlahan.      

"Tapi saya benar-benar tak mengerti dengan maksud perkataan anda nyonya," sahut Fernando jujur.     

"Saya hidup di dunia ini sudah lebih dari 65 tahun tuan Willan, walaupun saya tidak mempunyai suami dan keluarga yang utuh tapi dengan pengalaman hidup saya yang sudah panjang saya bisa mengetahui dengan mudah apa yang sebenarnya kalian sembunyikan. Pesanku hanya satu tuan,  kalau anda benar-benar serius dengan hati anda dan menyesali semua apa yang sudah anda lakukan di masa lalu anda harus membuktikannya kepadanya dan meyakinkan ia kembali sama seperti ketika anda mendapatkan cintanya pertama kali," ucap ibu Debora pelan sambil meremas tangan Fernando dengan lembut.     

"Nyonya anda…     

"Saya sudah mengetahui semuanya, dari pertama saya melihat anda masuk ke dalam panti ini. Perasaan saya sudah langsung mengatakan bahwa anda adalah mantan suami putriku tersayang itu," bisik nyonya Debora pelan.     

"M--mantan suami," sahut Fernando terbata dengan mata berkaca-kaca menahan amarah menatap tajam ke arah ibu Debora.     

Melihat ekspresi yang ditunjukkan Fernando membuat ibu Debora terdiam beberapa detik, ia merasa ada yang salah dengan perkataannya.     

"Bukankah anda menceraikan Anji dimalam ketika ia mengalami keguguran sepuluh bulan yang lalu?" tanya ibu Debora dengan suara lirih yang hampir tak terdengar.     

"A--aku tak menceraikannya nyonya, kami masih suami istri yang sah dimata hukum dan negara," jawab Fernando dengan suara bergetar menahan rasa yang bergejolak di dalam dadanya, diingatkan kembali dengan peristiwa berdarah yang dialami oleh Viona membuat dirinya kembali merasa bersalah dan terluka.     

Kedua mata Fernando yang sedari tadi sudah berkaca-kaca tak mampu lagi menahan air mata, tanpa bisa ia tahan tetesan air itu akhirnya mengalir membasahi wajah tampannya. Ini adalah pertama kali Fernando menangis lagi dihadapan orang setelah sembilan bulan pasca keberangkatannya ke Perancis.     

"Kami masih sah sebagai suami istri nyonya...Viona masih istriku, istri yang sangat aku cintai dan aku rindukan nyonya...aku hampir gila mencarinya selama sepuluh bulan ini nyonya, aku menyesal sudah membuatnya terluka nyonya...aku ingin minta maaf padanya nyonya...aku menyesali semua kebodohanku…." isak Fernando terbata dengan air mata yang sudah mengucur deras dari sepasang mata indahnya.     

Ibu Debora terdiam melihat Fernando menangis ia lalu bangun dari kursinya dan masuk ke dalam dapur lalu menutup pintunya dari dalam, setelah itu ia keluar lagi dari dapur dan berjalan menuju ke balkon kembali tempat dimana Fernando masih menangis tanpa suara.     

"Aku sudah mendengar dari Anji, aku ingin mendengar jelas darimu anakku," ucap ibu Debora pelan sambil menyeka air mata Fernando dengan perlahan.     

"Semuanya dimulai dari….     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.