You Are Mine, Viona : The Revenge

Sumpah Nessi



Sumpah Nessi

0Fernando dan Taylor James Luther berhasil dipisahkan oleh profesor William setelah keduanya saling baku hantam, Fernando mendapat satu pukulan di wajahnya. Sedangkan Taylor Luther mendapatkan dua pukulan yang tak terlalu keras di perutnya, Fernando yang menyadari usia Taylor Luther tak muda lagi benar-benar memukulnya. Fernando hanya ingin memberikan sedikit pelajaran padanya agar tak berbuat macam-macam di area kekuasaannya.      
0

"Beruntung menantumu memisahkan kita, kalau tidak kau sudah mati ditanganku brengsek,"hardik Fernando penuh emosi.     

Taylor Luther membuang ludahnya ke lantai mendengar perkataan Fernando, lalu dengan angkuh ia menjawab,"Bilang saja kemampuanmu itu tak sepadan denganku Fernando, aku masih sanggup duel denganmu. Jangan remeh kan aku."     

Fernando menyunggingkan senyum sinisnya mendengar perkataan Taylor Luther, perlahan ia menyeka tetesan darah yang mengalir dari bibirnya yang robek akibat pukulan Taylor Luther. "Aku malas berdebat dengan orang tua egois sepertimu Taylor, membuang waktuku saja,"ucapnya pelan memancing Taylor Luther.      

"Siapa yang kau maksud tua dan egois Fernando!" hardik Taylor Luther penuh emosi.      

"Tentu saja kau, memangnya siapa lagi di sini yang sudah tua dan egois kalau bukan kau seorang,"sahut Fernando tanpa rasa bersalah sedikitpun.      

"Jaga bicaramu Fernando, aku bisa saja…"     

"Kalau kau memang tidak egois buktikan padaku, jangan pisahkan Aurelie dari suaminya. Kejadian ini bukanlah sebuah ketersengajan dari William ataupun Aurelie, kejadian buruk yang menimpa Aurelie murni sebuah rencana jahat dari seorang wanita gila yang dulu pernah bekerja di rumah sakit ini. Jadi kau tak bisa menyalahkan William dalam hal ini, kalau kau memang tidak egois buktikan padaku kau akan bertindak sebagai seorang pria yang bertanggung jawab dan ayah yang patut dicontoh." Fernando dengan cepat memotong perkataan Taylor James Luther, ia sengaja berkata seperti itu supaya Taylor James Luther menghentikan rencananya jika ia ingin membawa Aurelie pergi dari William.      

Taylor James Luther menyipitkan matanya."Tau dari mana kau aku ingin membawa Aurelie pergi Fernando?"tanyanya dingin.      

"Kau dan aku sama Taylor, aku bisa membaca pikiranmu,"jawab Fernando enteng, ia melipat kedua tangannya di dada dengan entengnya dihadapan pemimpin mafia asal Meksiko itu.     

Profesor William yang tak menyangka Fernando akan bicara secara blak-blakan seperti itu pada ayah mertuanya nampak sangat terkejut, ia sangat kaget karena setaunya Fernando takut pada Taylor James Luther ayah mertuanya. Namun berdasarkan apa yang ia katakan baru saja pada ayah mertuanya profesor William yakin sebenarnya Fernando tidaklah takut ayah mertuanya itu.     

Fernando yang menyadari kalau profesor William terkejut hanya bisa tersenyum, ia lalu melangkahkan kakinya menuju ke tempat Taylor James Luther berada. Saat sudah sampai di depannya Fernando sedikit mencondongkan tubuhnya ke arah Taylor Luther dan berbisik,"Jangan pernah memancing amarahku Luther, aku menghargaimu karena kau adalah ayah mertua dari sahabatku dan teman dari istriku jadi tolong jangan pancing jiwa gelapku muncul lagi. Aku sudah menekan sifat jelekku itu dalam-dalam di dalam diriku agar tidak kembali keluar, aku ingin memberikan contoh kepada anak-anakku nanti bahwa ayahnya bukanlah seorang mafia yang hanya bisa berkuasa atas dunia gelap saja. Aku ingin agar anak-anakku nanti tahu kalau ayahnya adalah seorang pria hebat sama seperti kakeknya Jacob Grey Willan, aku yakin kau paham kemana arah perkataanku ini Luther."     

Taylor James Luther nampak masih menutup rapat-rapat mulutnya, ia tak berbicara apapun setelah Fernando bicara sebanyak itu padanya.      

Karena merasa urusannya sudah selesai Fernando kemudian memutuskan untuk pulang, ia ingin memberikan waktu untuk profesor William dan ayah mertuanya itu bicara dari hati ke hati. Saat akan melangkahkan kakinya dari hadapan pria tua berambut putih itu Fernando tiba-tiba teringat seseorang, perlahan ia meraih ponselnya dari dalam saku kemejanya lalu menatap memainkan jemarinya diatas layar ponselnya beberapa menit lalu memasukkan ponsel pintarnya itu kembali kedalam saku bajunya sambil tersenyum.      

"Tenang saja, aku sudah membereskan semuanya Taylor. Kalau begitu aku permisi dan maaf aku sudah memukul perutmu tadi, kali kau merasa sakit lebih baik kau periksakan dirimu terlebih dahulu,"ucap Fernando pelan berpamitan pada sang pemimpin mafia asal Meksiko itu dengan tersenyum lebar, setelah berkata seperti itu Fernando pun melangkahkan kakinya meninggalkan tempat itu. Ia tak mau mengganggu urusan keluarga profesor William dan ayah mertuanya karena tugasnya sudah selesai, Fernando yakin dengan apa yang ia katakan sebelumnya seorang Taylor James Luther akan berpikir dua kali jika ingin membawa Aurelie pergi dari sisi suaminya.      

Kedua mata Taylor James Luther yang sudah mulai tak segarang dulu masih menatap Fernando dengan tajam, ia tak bicara apapun sampai akhirnya Fernando tak terlihat lagi dari pandangannya.      

"Kau beruntung William memiliki teman seperti Fernando Willan brengsek itu,"ucap Taylor Luther pada menantunya pelan saat ia berjalan melewatinya untuk masuk ke dalam ruang perawatan Aurelie.      

Profesor William yang tak mengerti dengan arah pembicaraan sang mertua hanya menundukkan kepalanya perlahan, ia kemudian ikut masuk ke dalam ruangan perawatan sang istri mengikuti jejak sang mertua.      

Andrew yang sejak tadi melihat perbincangan sengit antara Fernando dengan mafia asal Meksiko dari balik dinding hanya bisa diam tanpa suara, ia kini tahu alasan Fernando ditakuti banyak rival bisnisnya. Cara berdiskusi Fernando memang sangat lain, ia pintar sekali mengintimidasi lawan bicaranya.      

"Kau beruntung mendapatkan suami seperti Fernando yang sangat hebat ini Vio." Andrew membatin lirih sambil menghela nafas panjang, ia pun lalu melanjutkan langkahnya untuk mencari sang istri karena waktu makan malam sudah datang. Andrew berniat ingin memperbaiki hubungannya dengan dokter Cecilia sang istri.      

Beechwood Funeral Cemetery     

Acara pemakaman Amelia Smith hanya dihadiri oleh Natasya, Nessi, Derek dan beberapa anak bodyguard Natasya beserta petugas dari rumah duka yang mengurus jenazah Amelia Smith. Tak ada satupun keluarga dari Amelia Smith yang hadir karena Natasya tak tahu dimana keluarga Amelia Smith berada.     

Setelah pendeta yang memimpin acara pemakaman Amelia Smith selesai membacakan doa, para petugas yang sudah bersiap langsung menimbun peti mati Amelia Smith dengan tanah sampai akhirnya peti mati itu tidak terlihat lagi. Nessie adalah orang pertama yang meletakkan bunga dimakan Amelia Smith disusul Natasya dan Derek.     

"Semoga kau tenang di atas sana Ammy, terima kasih sudah membantuku sejauh ini. Kau tenang saja, sisa perjuanganmu akan kulanjutkan." Natasya membatin lirih saat meletakkan bunga Lily putih diatas makam Amelia Smith.     

"Semoga kau tenang Ammy,"ucap Derek pelan sambil meletakkan bunga Lily putih yang sama seperti Natasya diatas makam Amelia Smith.      

Derek kemudian bangun dan berdiri lagi di samping Natasya dan pun bersiap meninggalkan makam Amelia Smith untuk pulang.     

"Ayo Nessi, mau sampai kapan kau berdiri disitu. Yang sudah mati tak akan kembali, jadi kau tak usah berlama-lama bersedih atas kematiannya,"teriak Natasya dengan keras memanggil Nessi yang terlihat masih berdiri dan menundukkan wajahnya di sebelah makam Amelia Smith untuk segera pulang.     

"Iya kak,"sahut Nessi singkat.     

Tanpa bicara Nessi pun berjalan dengan cepat mengikuti langkah Natasya dan Derek dari belakang,"Kau tenang saja Ammy, aku akan balaskan dendammu pada Viona secepatnya. Dia adalah sumber dari semua kekacauan ini, kau tenang saja Ammy aku pasti akan membalaskan dendammu kepadanya. Aku bersumpah,"ucap Nessi dalam hati penuh kebencian, Nessi menyalahkan Viona atas apa yang menimpa Amelia Smith.      

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.