You Are Mine, Viona : The Revenge

Demi si buah hati



Demi si buah hati

0Seperti anak kecil yang menurut Fernando saat ini duduk disebelah Viona yang yang sedang bercengkrama bersama Jenni dan Amina, ia sama sekali tidak membuka mulutnya dan hanya sesekali melirik kearah Jenny yang sejak tadi memancarkan aura permusuhan kepadanya. Namun karena ada Viona di antara mereka alhasil ia menahan diri untuk tidak meledak saat itu juga, ia tahu kedua gadis itu adalah kesayangan Viona. Oleh karena itu Fernando memilih mencari aman dengan tidak melakukan apapun termasuk ikut berbicara dalam obrolan seru sang istri dan kedua adik angkatnya itu.     
0

"A-apa? Jadi mereka akan tinggal disini? Kenapa? Bukankah mereka punya apartemen? Lalu toko muffin kalian bagaimana? Kasihan para pelanggan kalian." Fernando langsung memberikan pertanyaan bertubi-tubi pada Viona yang baru saja mengatakan bahwa kedua adiknya itu akan ikut tinggal bersamanya.      

"Kami sudah bekerja keras selama beberapa bulan terakhir sejak kepergian kak Viona gara-gara ulah kakak ipar yang jahat waktu itu, jadi kalau kami menutup toko muffin selama tiga bulan ke depan rasanya tidak masalah. Lagi pula kami sudah memberikan pengumuman pada para pelanggan bahwa kami ada urusan keluarga yang tidak bisa ditinggalkan, jadi aku rasa para pelanggan kami mengerti dan tidak akan marah saat mengetahui kami tutup untuk selama beberapa bulan kedepan," jawab Amina penuh semangat sambil meraih tangan Viona dan menjalankannya dengan kuat.      

"Iya tapi…"     

"Babe, ayolah. Jenny dan Amina adalah adik-adikku mereka tidak akan mungkin berbuat macam-macam padaku, Aku justru merasa lebih nyaman dengan kehadiran mereka di sisiku. Selama beberapa bulan terakhir aku sudah menuruti semua perkataanmu dengan tidak pergi kemana-mana dan selalu berada di rumah, jadi sekarang giliranmu yang menuruti permintaanku. Di rumah ini masih banyak kamar kosong yang bisa dipakai oleh Jenny dan Amina, dengan keberadaan Jenny dan Amina aku merasa lebih nyaman karena makin banyak wanita disampingku. Terus menerus dikelilingi para bodyguardmu yang menyeramkan itu lama-lama membuatku tak nyaman Fernando, tak mungkin kan aku minta tolong mereka mengantarkanku ke toilet kalau aku tiba-tiba ingin buang air kecil. Jadi biarkan Jenny dan Amina tinggal disini, ruang ini kekurangan wanita Fernando. Aku butuh teman untuk bercengkrama,"sahut Viona dengan cepat mempertegas alasannya meminta Jenny dan Amina tinggal bersamanya.     

Fernando terdiam mendengar perkataan Viona, ia memang menyadari bahwa di rumah pergerakan Viona selalu diawasi para bodyguardnya yang berjaga. Rumah dua lantai dengan delapan kamar itu memang sangat kekurangan wanita, sebenarnya alasan Fernando tak banyak mempekerjakan wanita adalah supaya mereka tidak terlalu banyak bergosip dan menghindari hal-hal yang tak diinginkan. Ia tak mau kejadian yang terjadi di rumah ayahnya terjadi lagi di rumahnya, Fernando tak mau kalau ada pelayan wanita yang hamil seperti yang terjadi pada salah satu pelayan sang ayah puluhan tahun lalu. Karena itulah Fernando tak membawa banyak pelayan wanita dari istananya.      

Setelah berpikir cukup lama Fernando akhirnya mengijinkan Jenny dan Amina tinggal bersamanya dengan catatan mereka tak boleh memposting apapun tentang kehidupan mereka saat tinggal bersama dirinya dan Viona, Fernando belum mau membagikan informasi soal kehamilan Viona pada masyarakat. Ia tak mau mengambil resiko sekecil mungkin, apalagi saat ini adalah saat-saat yang paling ia tunggu di mana sebentar lagi kedua anaknya akan lahir.      

"Kalau begitu ambil saja ponsel kami, kami tidak membutuhkannya. Lagipula orang yang paling kami hubungi sudah ada di depan mata,"jawab Amina dengan cepat saat mendengar salah satu peraturan yang Fernando sebutkan.     

Tanpa bicara Jenny juga langsung meletakkan ponselnya diatas meja, tepat di hadapan Fernando. "Iya, aku juga tak membutuhkan ponsel ini."     

"Baguslah kalau begitu, kalian sangat kooperatif,"ucap Fernando singkat tanpa merubah ekspresi wajahnya yang masih belum bersahabat pada Jenny dan Amina.      

Meskipun hari belum terlalu malam namun Fernando sudah meminta Viona untuk beristirahat, pola tidur Viona mulai berantakan sejak memasuki usia kandungan trimester ketiga. Biasanya ia akan tidur cepat dan akan terbangun lagi saat dini hari untuk buang air kecil atau sekedar minum.     

"Antar mereka ke kamarnya Teddy dan sampaikan juga pada semua bodyguard tentang keberadaan Jenny dan Amina, aku tak mau mereka sampai menganggap Jenny dan Amina sebagai penyusup," ucap Fernando pelan saat membawa Viona menuju ke lift.      

"Fernando," Viona menepuk tangan Fernando yang berada di pundaknya dengan perlahan. "Gunakan kata-kata yang baik untuk bicara, sebentar lagi anak-anakmu akan lahir. Kau tak mau kan mereka akan mengikuti cara bicaramu yang serampangan seperti itu? Jadi mulai sekarang biasakan bicara dengan kata-kata yang baik, aku tahu sulit. Akan tetapi saat kau sudah terbiasa semuanya akan mudah,"nasehatnya pelan.     

Fernando meraih tangan Viona dan meremasnya lembut, senyum hangatnya pun langsung mengembang. Setiap kali disinggung dengan keberadaan si kembar yang akan segera lahir, Fernando selalu luluh. Kedua anaknya itu benar-benar harapan besarnya, mimpi-mimpinya yang belum terwujud kini ia letakkan pada tangan kedua penerusnya itu.      

"Aku hanya mengatakan hal yang sebenarnya babe, para bodyguard belum sepenuhnya tahu dengan keberadaan Jenny dan Amina. Karena itulah aku meminta Teddy untuk mengabarkan hal sepenting itu pada semua penjaga di rumah ini." Fernando menjawab perkataan Viona dengan lembut.     

"Ya sudah, ayo naik. Aku ingin buang air kecil, semakin banyak aku minum semakin sering pula aku ke toilet,"pinta Viona jujur, kalau dulu ia bisa menahan keinginan untuk buang air kecil sekarang hal itu sama sekali tak bisa ia lakukan. Tiap kali kandung kemihnya penuh maka ia harus langsung mengeluarkannya dengan cepat, karena jika tidak anak-anaknya didalam perut akan menendang kuat dari dalam dan membuatnya tak nyaman. Karena itu ia harus segera untuk ke kamar mandi sekarang.      

Fernando pun langsung melakukan apa yang diminta oleh Viona dengan hati-hati ia mendorong kursi roda Viona masuk ke dalam lift, sesampainya di lantai dua Fernando lalu melanjutkan langkahnya masuk ke dalam kamar dan mengantar Viona ke kamar mandi untuk buang air kecil.     

"Pergilah," pinta Viona dengan wajah bersemu merah. "Aku tak mau Kau melihatku buang air kecil."     

"Kenapa memangnya? Memangnya ada bagian dari tubuhmu yang belum aku lihat sampai kau harus malu dan meminta aku keluar dari kamar mandi seperti ini."Fernando bertanya ketus dengan satu alis terangkat, ia tak senang diusir Viona keluar dari kamar mandi.      

"Bukan, bukan seperti itu maksudku. Hanya saja aku kan sedang melakukan kegiatan yang menjijikan, aku yakin kau pasti tidak nyaman jika melihatnya jadi alangkah baiknya jika kau…"     

"Viona, sejak kapan buang air kecil jadi sebuah kegiatan yang menjijikan? Kau ini dokter, seharusnya kau bisa membedakan mana yang menjijikan dan tidak. Apakah mengorek-ngorek tubuh manusia dengan pisau bedah lebih baik dari buang air kecil?" Fernando langsung memotong perkataan Viona dengan suara meninggi, ia tak mengerti dengan jalan pikiran istrinya yang tak masuk akal itu. " Jadi jangan banyak memberikan alasan yang tak masuk akal, sekarang biarkan aku membantumu."      

Viona akhirnya hanya pasrah saat Fernando membantunya melepas celana dalam dan membimbingnya duduk di closet, karena perutnya semakin besar Viona memutuskan untuk memakai g-string. Hal ini terpaksa ia lakukan supaya ia mudah melepaskan saat akan buang air kecil dan tak memerlukan bantuan orang lain, karena selama ini ia tak mengijinkan siapapun masuk ke dalam kamar mandi ketika sedang buang air kecil seperti ini.     

Setelah Viona selesai membuang semua air seninya Fernando lalu menggendongnya masuk ke dalam kamar menuju ranjang dengan hati-hati Fernando menurunkan tubuh sang istri diatas ranjang.      

"Aku penasaran sekali, pertanyaan ini sejak tadi berputar di kepalaku dan aku sudah tak sabar ingin bertanya padamu babe." Fernando memecah keheningan setelah ia selesai memakaikan Viona celana dalam lagi.     

"Tanya saja, kenapa harus minta izin,"jawab Viona singkat.     

"Bagaimana cara Jenny dan Amina datang ke rumah kita? Apa kau yang menghubungi mereka berdua babe?"      

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.