You Are Mine, Viona : The Revenge

Membagi kebahagiaan



Membagi kebahagiaan

0Mendengar jawaban Viona membuat Fernando diam, ia masih tak percaya kalau Viona bisa memikirkan cara seperti itu untuk menghubungi kedua adik angkatnya. Sebuah cara yang tak pernah dipikirkan oleh seorang Fernando, pasalnya ia berpikir bahwa Viona tak akan bisa mengakses dunia luar setelah ia menghancurkan ponselnya beberapa bulan yang lalu saat ia mengetahui kalau ternyata selama ini Viona masih berhubungan dengan orang-orang yang ada di rumah sakit Global Bros.     
0

"Ponselku hilang Fernando, jadi aku tak ada cara lain selain dengan cara itu,"ucap Viona pelan mengakhiri penjelasannya.     

"Hi-hilang?"     

Dengan sebuah anggukan kecil Viona berkata, "Iya, sejak tiga bulan yang lalu saat kita pindah ke hotel. Aku rasa aku lupa meletakkannya saat kita di hotel dan maaf tak memberitahukan hal ini padamu. Aku takut kau marah padaku karena sudah ceroboh."     

Amarah Fernando pun hilang seketika saat mendengar permintaan maaf dari Viona atas sebuah kesalahan yang tak ia lakukan, rasa bersalah pun kini datang dalam diri Fernando. Secara perlahan ia meraih tubuh Viona dan memeluknya erat dengan mata terpejam. "Kau tak perlu minta maaf, kau tak bersalah babe,"jawabnya pelan dengan masih memeluk Viona dengan erat.      

Viona yang tak tahu kalau Fernando adalah orang yang membuat ponselnya hilang langsung tersenyum, ia merasa lega karena sudah bisa mengatakan hal yang mengganjal dalam dirinya.     

"Ya sudah ayo tidur, aku mengantuk,"ucap Viona lirih sambil menguap.     

Secara spontan Fernando pun langsung melepaskan pelukannya dari tubuh Viona, ia tersenyum saat melihat kedua mata Viona yang berair karena menguap. Dengan perlahan Fernando membantu Viona berbaring dengan baik, ia menyelimuti seluruh tubuh sang istri sampai sebatas perut dan menata beberapa bantal hamil khusus di samping kanan dan kiri tubuh Viona seperti biasanya supaya Viona merasa nyaman.     

"Tidurlah,"bisik Fernando lirih saat memberikan kecupan cinta di kening Viona.     

Viona yang sudah memejamkan kedua matanya menyunggingkan senyuman cantik. "Jangan pergi, temani aku dulu."     

"Iya, aku disini. Kau tak usah khawatir, tidurlah,"jawab Fernando dengan cepat meyakinkan Viona agar segera tidur.      

Viona yang sudah benar-benar mengantuk tak merespon perkataan Fernando lagi, tak lama kemudian Viona akhirnya berlayar ke alam mimpinya dengan cepat. Sebuah dengkuran halus yang hampir tak terdengar pun tertangkap di telinga Fernando, ia pun langsung tersenyum karena itu. Karena yakin Viona benar-benar sudah tidur, Fernando lalu bangun dari ranjang dan berjalan menuju sofa untuk menghubungi profesor Frank sang adik. Sudah hampir tiga minggu ia tak berbicara dengan adik kandung satu-satunya itu.     

"Aku kira kau sudah lupa padaku brengsek." Profesor Frank langsung memaki Fernando berguru menerima panggilan dari Fernando.     

"Kau benar-benar tak sopan Frank, kalau memang aku tak sempat menghubungimu apakah sulit bagimu untuk menghubungiku,"jawab Fernando ketus.      

"Haha mohon maaf aku tak ada waktu untuk berbicara hal tak penting denganmu, masih banyak yang harus aku urus dan terima kasih atas saranmu membuat klinik baru itu. Kau tahu kan setelah keberadaan klinik itu aku menjadi lebih sering pulang cepat." Profesor Frank menyindir Fernando dengan keberadaan klinik penyembuhan mental khusus anak-anak itu.     

Fernando tertawa mendengar perkataan sang adik, sebenarnya tanpa profesor Frank bicara pada dirinya pun ia sudah tahu dari Justin yang melaporkan tentang perkembangan klinik khusus itu pada dirinya.      

"Kalau kau menghubungiku hanya untuk merendahkan aku lebih baik kau jangan hubungi aku brengsek, aku tak memiliki mood yang baik untuk bertengkar denganmu saat ini,"sengit profesor Frank kesal, mendengar suara tawa Fernando membuatnya marah.      

"Jangan marah seperti itu Frank, kau ini kenapa senang sekali marah-marah. Padahal niatku menghubungimu baik,"ucap Fernando pelan.      

"Tak usah basa-basi seperti ini, aku muak mendengarnya. Katakan saja apa tujuanmu menghubungi aku?" Profesor Frank yang sudah hilang mood bertanya dengan ketus pada Fernando.     

"Bagaimana kondisi istrimu? Apa dia sudah bisa menerima semuanya?"tanya balik Fernando pelan.     

Mendengar pertanyaan dari Fernando membuat profesor Frank diam, ia kini tahu apa tujuan Fernando yang sebenarnya menghubungi dirinya.      

"Tak ada wanita yang baik-baik saja setelah kehilangan bayinya dengan cara seperti itu Fernando, aku rasa kau tahu dengan baik hal ini,"jawab profesor Frank pelan, nada bicaranya melembut saat membahas soal sang istri.      

Fernando menarik nafas panjang dengan menutup kedua matanya. "Lalu bagaimana dengan William dan Dexter beserta istri mereka?"     

"Yang jelas istriku dan kedua wanita itu saat ini sedang berusaha bangkit Fernando, mereka berusaha untuk melupakan peristiwa mengerikan yang telah merenggut bayi-bayi mereka secara paksa. Anastasia dan Aurelie lebih banyak melakukan berbagai kegiatan positif di rumah sakit, mereka membantu para suster menangani anak-anak korban kekerasan di klinik yang baru saja berdiri. Kadang-kadang istriku juga ikut bergabung bersama mereka, menyedihkan sebenarnya kalau melihat mereka seperti itu. Namun aku senang karena bisa melihat senyum dari bibir Louisa saat yang menimang-nimang anak yang ada di klinik itu, walaupun aku yakin luka dalam dirinya belum sepenuhnya sembuh tapi aku senang melihatnya kembali bersemangat dan berusaha bangkit melupakan semua yang terjadi tiga bulan yang lalu itu meskipun tak mudah baginya,"jawab profesor Frank pelan, ia menyandarkan kepalanya di kursi sambil memejamkan mata saat membahas dokter Louisa sang istri. "Dan kau tahu Fernando, ketiga wanita itu belum boleh memiliki anak terlebih dahulu dalam waktu dekat ini. Terutama Louisa yang memiliki riwayat preeklampsia, jadi kau tahu kan bagaimana perasaan wanita-wanita itu sekarang?"     

Deg     

Jantung Fernando berdetak kencang mendengar perkataan profesor Frank, meskipun ia belum tahu apa yang menyebabkan ketiga wanita itu untuk tak hamil kembali namun ia yakin kalau sudah terjadi hal buruk yang menimpa mereka.      

"Kenapa mereka harus menunda untuk memiliki anak lagi Frank?"tanya Fernando dengan suara parau.      

"Dokter Rea mengatakan padaku bahwa Anastasia dan Aurelie harus sembuh secara mental dan psikis terlebih dahulu jika ingin hamil dan khususnya untuk Louisa ia harus menstabilkan dirinya supaya penyakit darah tingginya tidak kambuh lagi, maka dari itu para dokter melarang mereka hamil kembali dalam waktu dekat meskipun mereka sudah sangat menginginkan memiliki bayi lagi. Terlebih lagi Louisa, aku tahu kalau selama dua bulan ini setiap datang bulan ia selalu menangis di kamar mandi. Dan aku pun hanya bisa pura-pura tidak tahu tiap ia menangis, karena jika aku bertanya padanya maka aku khawatir ia akan semakin sedih,"jawab profesor Frank pelan.      

Fernando diam sejuta bahasa mendengar perkataan sang adik, niatnya untuk membagi berita bahagianya dengan saudara kandungnya itu pun sepertinya harus terpaksa ia tunda lagi. Fernando tak mau membuat semua orang-orang terdekatnya itu sedih saat mengetahui Viona yang hamil dan akan melahirkan bayi kembar dalam waktu dekat, ia tak mau tertawa diatas penderitaan orang-orang yang sedang terluka secara fisik dan psikis itu. Karena ia juga tahu bagaimana rasanya kehilangan anak.      

"Kenapa kau tiba-tiba bertanya tentang kondisi ketiga wanita itu? Apa ada hal penting yang ingin kau katakan?"tanya profesor Frank tiba-tiba.     

"Ti-tidak, aku tak ingin mengatakan apapun. Aku hanya…"     

"Fernando...aku mau muntah." Viona yang sebelumnya tidur tiba-tiba terbangun karena merasa mual dan suaranya cukup terdengar jelas ditelinga profesor Frank yang masih tersambung dengan Fernando.     

"Muntah...apakah dokter Viona dia…"     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.