You Are Mine, Viona : The Revenge

Prioritas utama



Prioritas utama

0Saat Fernando mengangkat wajahnya dari ranjang karena mendengar suara seseorang yang sangat ia rindukan sentuhannya itu tiba-tiba tangannya digenggam oleh Viona dengan lembut.     
0

"Kau rindu pada ibumu?"tanya Viona pelan dengan suara yang hampir tak terdengar.     

Deg     

Fernando langsung sadar dari alam buaiannya, ternyata yang berbicara tadi adalah Viona bukan sang ibu yang sudah meninggal puluhan tahun yang lalu itu.     

"Kenapa diam?"tanya Viona kembali.     

Alih-alih menjawab pertanyaan Viona yang hampir tak terdengar itu Fernando lalu bangun dan langsung memeluk Viona yang masih berbaring di ranjang, ia memeluk Viona dengan sangat erat dan lupa kalau tangan istrinya saat ini terpasang jarum infus.     

"Sakit…"     

"Maaf babe, maaf aku tak sengaja," ucap Fernando dengan cepat sambil bangun dari ranjang.     

Melihat Fernando langsung berdiri di samping ranjang membuat Viona tersenyum, ia lalu menepuk bagian ranjang yang kosong. Memberikan kode supaya Fernando segera naik ke atas ranjang, Fernando yang bisa membaca kode dari Viona menunggu diperintahkan dua kali. Ia pun langsung naik ke ranjang dan berbaring di sisi Viona dengan melingkarkan tangannya ke atas perut Viona yang sedikit membuncit.     

"Aku senang kau sudah bangun, aku hampir gila melihatmu seperti tadi babe," ucap Fernando pelan sambil mendaratkan ciuman di kepala Viona.     

"Maaf sudah membuatmu khawatir,"sahut Viona lirih.     

"Jangan minta maaf padaku, ini bukan salahmu dan bukan keinginanmu. Jadi jangan minta maaf, aku tak mau mendengarnya," jawab Fernando ketus.     

Viona tersenyum mendengar perkataan suaminya yang sedang meraba-raba perutnya itu, secara tak sengaja tiba-tiba ia mengingatkan kembali dengan kejadian beberapa menit yang lalu saat Fernando memanggil ibunya. Untuk pertama kalinya selama ia menikah dengan Fernando baru kali ini ia mendengar suaminya memanggil ibunya.     

"Kau belum menjawab pertanyaanku yang sebelumnya," ucap Viona pelan pada Fernando      

"Pertanyaan apa?"tanya Fernando singkat.     

"Kau pasti merindukan ibumu kan, sampai tadi kau menyebut mommy. Jangan bilang itu panggilanmu untukku, aku bukan anak kecil yang bisa kau bodohi Fernando," jawab Viona dengan cepat.     

Gerakan tangan Fernando yang sedang meraba-raba perut Viona terhenti saat Viona kembali menyinggung tentang pertanyaannya yang pertama tadi, Fernando tau kalau Viona adalah wanita cerdas yang tak mudah dibodohi padahal ia sudah berusaha mengalihkan perhatian supaya Viona tak membahas itu lagi. Namun karena kini Viona kembali bertanya akhirnya Fernando memutuskan untuk menjawabnya, ia tak mau menyembunyikan apapun dari Viona. Dengan menarik nafas panjang Fernando berusaha menenangkan dirinya beberapa saat sebelum ia menjawab pertanyaan dari sang istri dan Viona yang tak sabar menunggu jawaban dari Fernando nampak kesal. Karena tak sabar Viona melancarkan jurus mautnya sebuah cubitan kecil di paha Fernando yang akhirnya membuat Fernando berteriak kesakitan.     

"Sakit babe," ucap Fernando pelan memelas pada Viona.     

"Makanya cepat jawab pertanyaanku tadi, jangan berbelit," pinta Viona dengan kesal.     

Fernando yang sedang meraba-raba pahanya bekas cubitan Viona lalu menatap kedua mata Viona dengan penuh kasih, kedua mata Viona yang jernih selalu membuat Fernando ingin masuk kedalamnya.     

"Tadi aku mengira mendengar mommyku bicara, suaranya yang lembut dengan nada sendu seperti yang kau ucapkan tadi masih teringat dalam ingatanku. Mommy yang tak mencintai Daddy terpaksa menikah dan menjalani hari-hari kelamnya sebagai nyonya Willan karena ia diperkosa Daddy agar melahirkan keturunannya, aku dan Frank adalah anak yang tak diharapkan kelahirannya oleh Mommy. Menurut salah seorang pelayan Daddy yang bercerita padaku, dulu Mommy pernah mencoba menggugurkan kehamilannya saat aku masih berusia tiga bulan dalam kandungannya, Mommy tak mencintai Daddy. Karena itulah aku dan Frank tak pernah mendapat kasih sayangnya, Mommy tak pernah bicara padaku. Dia benar-benar mirip mayat hidup saat di rumah, bahkan dulu saat Frank menangis karena kelaparan ia tak mau menyusuinya. Makanya tadi saat kau bicara dengan suara lirih seperti itu aku mengira aku mendengar mommy yang bicara, padahal jelas-jelas mommy tak pernah menyukai aku. Ia tak mungkin bicara seperti yang kau ucapkan tadi babe, maafkan aku karena sudah tak mengenalimu Vio," ucap Fernando panjang lebar.     

Viona yang sebelumnya kesal kepada Fernando langsung luruh, saat mendengar perkataan Fernando yang bercerita tentang masa kecilnya bersama Frank. Ia sebenarnya sudah pernah mendengar tentang kisah cinta orang tua Fernando sebelumnya, namun saat mendengar kembali rasanya hatinya terasa sangat sakit. Apa lagi saat mendengar Fernando bercerita betapa bencinya sang ibu kepada dirinya dan Frank yang lahir karena sebuah paksaan, bukan dari cinta. Dengan tangan yang masih terpasang jarum infus Viona meraih tangan Fernando dan mencengkeramnya dengan erat.     

"Setiap bayi yang terlahir di dunia itu tak berdosa, jadi kau jangan merasa tak diinginkan Fernando. Kau masih sangat beruntung karena ayahmu sangat sayang padamu, coba kau lihat aku. Aku dibuang begitu saja di depan rumah ibu Maria tanpa identitas, tanpa keterangan apapun. Seandainya malam itu aku tak diambil ibu Maria mungkin aku tak akan bisa bertemu denganmu saat ini. Jadi stop mengingat yang sudah berlalu, doakan saja semoga disana ayah, ibu dan pamanmu tenang," sahut Viona pelan.      

"Apa aku harus tetap mendoakan mereka?"tanya Fernando polos.     

"Tentu saja, bagaimanapun mereka orang tuamu," jawab Viona dengan cepat.     

"Aku tak percaya pada Tuhan, Tuhan tak pernah berpihak padaku. Dia terus menerus membuat kita dalam masalah," ucap Fernando pelan.     

"Bukan memberi masalah, tapi memberi ujian. Dan jangan bicara seperti itu, karena tanpa ada campur tangan Tuhan maka kita tak akan bertemu," jawab Viona pelan.     

Fernando langsung menutup mulutnya ketika Viona membahas takdir pertemuan mereka, ia selalu kalah jika sudah bicara membahas hal itu. Melihat Fernando diam membuat Viona tersenyum, ia kemudian menyentuh wajah Fernando dengan lembut menggunakan tangannya yang terpasang jarum infus. Ia tak menyadari kalau darahnya naik ke selang karena aktivitasnya itu.      

"Tapi aku yakin dalam hati kecil ibumu pasti memiliki perasaan pada ayahmu Fernando, kalau tidak mana mungkin ia bisa memiliki anak setampan dirimu," ucap Viona pelan sambil meraba wajah tampan Fernando dengan perlahan.     

Diperlakukan seperti itu oleh Viona membuat sisi liar Fernando bangkit, dengan cepat ia meraih tangan Viona dan mencengkramnya dengan kuat. Fernando juga melupakan keberadaan jarum infus yang masih terpasang di tangan Viona.     

"Jangan memancingku babe, kau tau kan apa resikonya kalau…"     

"Awww, sakit!!" Viona menjerit kesakitan saat merasakan perih di tangan kirinya yang terpasang infus      

Fernando yang menyadari kesalahannya langsung melepaskan tangan Viona, kedua matanya membulat sempurna saat melihat darah Viona naik ke selang infus.      

"Babe, aduh maaf aku tak sengaja. Itu tanganmu bagaimana aduh, apa perlu aku hubungi profesor Erick lagi?"tanya Fernando panik.     

"Its ok, ini tak masalah. Tak perlu minta tolong profesor Erick, aku dokter Fernando jangan lupa. Tenang saja, nanti darahnya juga akan turun lagi, sekarang tolong tinggikan sedikit tiang infusnya supaya cairan infusnya mengalir lagi dengan baik," jawab Viona pelan menahan perih di tangan kirinya.      

"Ok, sabar ya. Tahan sedikit sayang," ucap Fernando dengan cepat sambil turun dari ranjang dan meraih tiang infus untuk ditinggikan sesuai perintah Viona.     

Tak lama setelah Fernando meninggikan sedikit botol infus yang tergantung, darah yang sebelumnya naik ke selang kini turun kembali masuk ke tubuh Viona lagi karena terdorong cairan infus. Melihat selang kembali bersih dari darah membuat Fernando tenang, meskipun masih ada sedikit bercak merah di dalam selang namun setidaknya darah Viona yang naik ke selang kini sudah masuk lagi kedalam tubuhnya.      

"It's ok, i'm fine. Don't be sad," ucap Viona pelan sambil tersenyum ketika dibantu Fernando bersandar pada sandaran ranjang karena ingin duduk.     

"Maaf aku melukaimu lagi, aku benar-benar tak sengaja. Aku…"     

"I'm ok, i'm fine. Jangan bicara seperti itu terus," sahut Viona dengan cepat memotong perkataan Fernando.     

Fernando yang menyesal lalu meraih tangan kanan Viona dan menciumnya dengan penuh cinta lalu mendaratkan kecupan di perut Viona, ia sudah bersumpah tak akan menyakiti Viona lagi. Karena itulah tadi ia sempat kaget dan panik ketika melihat Viona menjerit kesakitan, Viona hanya tersenyum melihat apa yang Fernando lakukan.      

"Babe," panggil Viona lembut.     

"Apa? Kau butuh sesuatu?"tanya Fernando pelan tanpa mengangkat wajahnya dari atas perut Viona.     

"Bagaimana kondisi Louisa, Aurelie dan Anastasia?"tanya balik Viona.     

Deg     

Mendengar perkataan Viona membuat Fernando langsung mengangkat kepalanya dari atas perut Viona, ia lalu menatap Viona dengan tajam.     

"Jangan bahas itu lagi, aku tak mau melihatmu seperti tadi. Aku tak mau terjadi hal buruk padamu, keselamatanmu adalah prioritas utamaku," jawab Fernando pelan menolak permintaan Viona untuk membahas soal kondisi Louisa, Aurelie dan Anastasia.      

"Tapi aku ingin…"     

"Please, stop bicarakan mereka. Pikirkan dirimu, pikirkan anak kita. Masalah mereka kau tenang saja, aku sudah meminta Justin dan Harry mengurusnya. Tobias juga akan turun tangan jadi kau tak usah khawatir," ucap Fernando kembali memotong perkataan Viona dengan tegas.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.