You Are Mine, Viona : The Revenge

Sumpah Franklin



Sumpah Franklin

0Waktu terasa terhenti saat Frank mendengar perkataan Louisa, ia kembali tersadar saat Louisa kembali memuntahkan isi perutnya. Perlahan Frank menyentuh tengkuk Lousia dan memijitnya secara perlahan supaya Louisa bisa memuntahkan isi perutnya dengan nyaman, setelah hampir satu menit memuntahkan isi perutnya yang hanya air itu Louisa kemudian menyeka bibirnya dengan air mengalir kemudian menyeka bibirnya menggunakan tissue yang ada didekat wastafel. Ia berdiri menatap pantulan dirinya dari kaca yang ada dihadapannya dengan mata sayu, saat akan membuka mulutnya tiba-tiba Louisa menjerit dengan keras saat Franklin menggendongnya dan membawa dirinya menuju ke tempat tidur.     
0

Franklin yang sebelumnya berjalan tertatih-tatih tiba-tiba saja mempunyai tenaga untuk menggendong Louisa menuju tempat tidur, dengan perlahan ia menurunkan tubuh Louisa diatas ranjang. Tanpa Louisa duga Frank mendaratkan ciumannya diperut Louisa yang masih tertutup pakaian.     

"Maafkan Daddy sayang yang tak mengetahui kehadiranmu,"bisik Franklin pelan.     

Air mata Louisa mengalir deras seketika mendengar perkatan Franklin yang tak pernah ia duga itu, pasalnya selama mereka menikah kemarin Frank selalu menolak jika membahas tentang anak. Sampai akhirnya mereka sempat bertengkar besar karena Louisa melepas IUD-nya yang akhirnya menyebabkan mereka pisah ranjang selama berbulan-bulan.     

"Frank...apa kau menginginkan anak ini?"tanya Louisa lirih.     

"Apa maksudmu bicara seperti itu!!!"hardik Frank dengan suara meninggi.     

"Bukankah kau dulu selalu marah saat kita membahas tentang anak, kau dulu juga yang menyarankan aku memakai alat kontrasepsi. Sekarang apakah setelah ada anak ini kau masih marah dan masih tak menginginkannya?" tanya Louisa kembali dengan mata berkaca-kaca, hatinya sangat sakit sekali saat bicara seperti itu.     

"Kau ini bicara apa Lou, dia anakku tentu saja aku menginginkannya. Dia penerus Willan, penguasa kota ini. Jadi jangan bicara macam-macam, aku mau anak ini lahir dengan selamat dan tumbuh sehat. Dia akan menjadi kebangganku dimasa depan," jawab Franklin dengan lantang.     

"Tapi kita hiks..hikss...kita sudah bercerai, aku tak bisa melahirkan dan membesarkan anak sendirian. Aku tak akan mampu menghadapi dunia seorang diri bersama anak ini Frank aku tak akan bisa untuk melakukan itu, aku tak mungkin..."     

Cup     

Franklin mendaratkan ciumannya di bibir Louisa dengan cepat sehingga membuat Louisa tak bisa bicara.     

"Kita bisa menikah lagi, aku juga tak akan mungkin membiarkan kau membesarkan anakku seorang diri. Aku menginginkan anak ini Lou, jadi jangan pernah berfikir seperti itu lagi," ucap Franklin dengan cepat.     

Mendengar perkataan Franklin membuat Louisa kembali menangis, ada rasa aneh yang mendinginkan tubuhnya dari dalam saat Franklin bicara seperti itu. Semua ketakutannya akan menjadi orang tua tunggal sirna saat Frank berkata akan menikahinya lagi.     

"Aku kira kau tak mengingkan anak ini, aku kira kau akan marah saat tau aku sedang hamil, aku kira kau tak akan perduli dengan kami berdua. Aku kira kau akan mencampakkan aku untuk yang kesekian kalinya Frank," ucap Louisa terisak dengan air mata yang masih membasahi wajahnya.     

"Dasar wanita bodoh, kau ini dokter tapi kenapa masih sebodoh ini. Tak ada satupun manusia di dunia ini yang tak menginginkan anaknya, kalaupun ada itu artinya orang itu lebih rendah dari binatang dan jangan samakan aku dengan manusia rendahan itu," jawab Franklin dengan cepat.     

"Tapi kau dulu selalu marah jika membahas tentang anak, tapi kenapa sekarang kau..."     

"Aku tau dulu sangat marah jika kau sudah membahsa tentang anak, namun setelah berpisah denganmu selama sepuluh hari ini aku mulai menyadari satu hal bahwa aku tak bisa hidup tanpamu Lou. Ditambah lagi saat ini kau sudah memiliki anakku didalam dirimu aku semakin tak mau kehilanganmu, kita akan membesarkan anak ini dengan baik bersama-sama. Kita akan buat dia menjadi anak yang paling hebat," sahut Franklin tanpa jeda penuh semangat.     

Kedua mata Louisa kembali dipenuhi air mata saat mendengar perkataan Franklin, entah mengapa hanya mendengar perkataan seperti itu saja sudah membuatnya sangat bahagia sekali. Franklin menyeka air mata Louisa dengan perlahan menggunakan jemarinya sambil tersenyum.     

"Besok pagi kita pergi ke catatan sipil kembali, aku akan meminta mereka membatalkan perceraian kita. Kau tak usah khawatir, dia akan lahir dengan orang tua yang lengkap Lou," ucap Franklin pelan mencoba menenangkan Louisa.     

"Apakah bisa membatalkan perceraian?" tanya Louisa terbata.     

"Tentu saja bisa, kalau petugas catatan sipil itu tak mau mengabulkan permintaanku maka akan kubuat dia pergi dari negara ini beserta keluarganya atau kalau perlu aku akan membuat mereka menjadi orang tanpa memiliki kewarganegaraan sehingga ia tak bisa diterima dinegara manapun," jawab Franklin dengan suara meninggi.     

"Apa kau bisa melakukan itu?"tanya Louisa sambil tertawa.     

"Tentu saja bisa, aku seorang Willan kau harus ingat itu. Daddy-ku adalah penguasa kota ini selama ia hidup, jadi tak ada yang tak bisa aku lakukan di kota ini. Jangan kau kira hanya si brengsek Fernando saja yang bsia melakukan hal-hal seperti ini, aku juga bisa melakukannya," jawab Franklin menyombongkan diri.     

Tawa Louisa meledak mendengar perkataan Franklin, baru kali ini Frank bicara searogan ini padanya. Melihat Louisa tertawa seperti itu membuat Franklin tersenyum, ia kemudian memeluk Louisa dengan erat sambil mencium pipi Louisa berkali-kali.     

"Terima kasih Lou, terima kasih sayang," bisik Franklin lirih.     

"Terima kasih kenapa?"tanya Louisa bingung.     

"Terima kasih karena sudah memberikan aku kebahagian seindah ini, terima kasih karena sudah mau kembali padaku, terima kasih juga karena kau sudah sesabar ini menghadapi aku," jawab Franklin jujur.     

Louisa melepaskan pelukannya dari Franklin dan menatapnya dengan tatapan penuh cinta.     

"Kau tak perlu berterima kasih seperti itu Frank, aku tak melakukan apapun. Aku yang seharusnya berterima kasih padamu karena sudah mau menerimaku dengan semua kondisiku yang..."     

"Hei..hei...jangan bicara seperti itu lagi, aku tak mau kau membahas hal itu lagi. Aku sudah tak mau kau berkata seperti itu lagi," sahut Franklin dengan cepat memotong perkataan Louisa.     

"Hiks...benarkah kau tak akan mempermasalahkan hal itu lagi?"tanya Louisa lirih.     

"Tentu saja, aku tak akan membahas hal itu lagi. Yang paling penting saat ini adalah kita mampu menjaga dan membesarkan anak kita dengan baik, aku tak perduli dengan apapun yang terjadi di masa lalu. Aku mau melupakan itu semua, lagipula kau juga tau bukan bagaimana brengseknya aku. Disaat kau bisa menerima semau kebejatanku dulu lalu kenapa aku tak bisa menerimamu, aku tak mau hidup dalam bayang-bayang masa lalu lagi. Aku benar-benar ingin memulai hidup baru denganmu lagi dari nol," jawab Franklin lembut sambil menatap Louisa dengan tatapan penuh kasih.     

"Benarkah itu, tapi kau tak akan berambisi lagi pada dokter Viona bukan?" tanya Louisa tiba-tiba, ia memberanikan diri bicara seperti itu pada Franklin walaupun sebenarnya ia takut kalau Frank akan marah kembali padanya karana berani membahas Viona.      

Frank tersenyum mendengar perkataan Louisa, ia lalu meraih tangan Louisa dan mencium jemari Louisa yang sudah tak memakai cincin pernikahan sambil memejamkan kedua matanya.     

"Aku ingin bahagia denganmu Lou, aku ingin memulai kembali kehidupan ini bersamamu. Saat ini yang terpenting bagiku adalah dirimu dan anak kita, aku bersumpah akan membahagiakan kalian berdua dan aku rela mati untuk itu," ucap Franklin pelan sambil meraba perut Louisa.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.