You Are Mine, Viona : The Revenge

Tes darah



Tes darah

0Melihat Fernando marah membuat dokter wanita yang akan melakukan pemeriksaan USG transvaginal kepada Viona langsung berdiri dari kursinya dan terdiam tanpa suara, ia sangat kaget melihat Fernando semarah itu.     
0

"Siapa namamu!!!apa aku belum tau siapa aku hah!!" teriak Fernando menggila, ia benar-benar marah saat ini. Padahal sejak tadi dirinya sudah menahan emosinya agar tidak meledak saat melihat sikap dokter itu yang tak bersahabat sama sekali.     

"Babe sudah, jangan marah," ucap Viona lembut mencoba untuk menenangkan Fernando yang menggila.     

"Aku tak bisa tenang babe, wanita ini harus diberi pelajaran agar bisa beretika dengan baik" sahut Fernando dengan suara meninggi.     

"Iya aku tau, tapi kau jangan marah. Kita sedang ada di rumah sakit profesor Erick, tahan dirimu babe,"jawab Viona lembut.     

Saat Viona sedang berupaya menenangkan Fernando yang menggila dan ingin memberikan pelajaran pada sang dokter wanita yang tak sopan itu tiba-tiba pintu yang ada tepat di belakang dokter wanita itu terbuka dan masuklah Profesor Erick bersama suster pertama yang menyambut Viona dan Fernando.     

"Tuan Willan, ada apa?" tanya Profesor Erick kaget saat melihat salah satu alat USG milik rumah sakitnya hancur.     

"Prof, dimana anda mendapatkan dokter tak sopan ini. Sejak aku dan istriku datang pertama kali ia sudah sangat tidak ramah sama sekali, ia bahkan memperlakukan istriku dengan buruk," jawab Fernando dengan suara meninggi sambil menatap tajam ke arah dokter wanita yang sudah tak berani mengangkat wajahnya itu.     

"Babe, tenanglah," bisik Viona lirih mencoba untuk menenangkan Fernando.     

"Memangnya ada apa Tuan, tolong ceritakan dari awal saya ingin mendengarnya,"ucap profesor Erick pelan.     

Fernando terlihat menghela nafas panjang mendengar perkataan Professor Erick, ia lalu menceritakan apa yang terjadi dari awal. Mulai dari bagaimana dokter itu menyambut dirinya dan Viona sampai sikapnya yang tidak bersahabat sama sekali dan tak mencerminkan seorang dokter, mendengar perkataan Fernando membuat kedua mata Professor Erick memerah menahan marah.      

"Dokter Susan apa kau tau siapa mereka!!" hardik Profesor Erick pada dokter wanita yang ternyata bernama dokter Susan itu dengan suara keras.     

Dokter Susan menggelengkan kepalanya perlahan merespon perkataan Profesor Erick, tanpa berani mengangkat wajahnya menatap Profesor Erick yang terlihat sangat marah itu.     

"Beliau adalah tuan Fernando Grey Willan dan istrinya dokter Viona Angel yang merupakan dokter bedah terbaik di kota ini, bagaimana bisa kau bersikap tak sesopan itu pada mereka berdua dokter Susan?!" pekik Profesor Erick kembali dengan suara yang tak kalah keras dari sebelumnya.     

Mendengar nama Fernando dan Viona disebut membuat dokter Susan langsung mengangkat wajahnya dan menatap kearah Fernando dan Viona yang sedang melihat ke arahnya pula, ia kemudian mengalihkan pandangannya ke arah Profesor Erick yang sedang berkacak pinggang menatapnya dengan tajam tanpa berkedip.     

"K-kau Tuan Fernando Willan yang terkenal itu, yang kaya raya itu…"     

Plak     

Dokter Susan tak dapat menyelesaikan perkataannya karena tangan Profesor Erick sudah melayang mengenai wajahnya dengan cepat dan kuat sehingga memberikan efek suara yang sangat keras, melihat Profesor Erick menampar dokter Susan membuat Viona menutup mulutnya dengan cepat. Bahkan bukan hanya Viona saja yang kaget, Fernando pun juga menunjukkan kekagetan yang sama. Pasalnya selama ini Profesor Erick adalah orang yang paling sabar yang ia kenal setelah profesor William.     

"Pamannn...kenapa kau menamparku?apa salahku paman," teriak dokter Susan keras dengan air mata berlinang di wajahnya.      

Tanpa menjawab pertanyaan dokter Susan profesor Erick menarik tangan dokter Susan menuju ruangan lain meninggalkan Fernando dan Viona bersama asistennya, dalam ruangan itu Fernando dan Viona bisa mendengar jelas percakapan sang profesor dengan keponakannya itu.     

"Kau tak sopan dokter Susan, jadi ini yang kau dapat setelah bertahun-tahun kuliah kedokteran di luar negeri. Dan satu lagi yang harus kau ingat, saat dirumah sakit aku bukanlah pamanmu, aku adalah atasanmu Profesor Erick kau harus ingat itu dengan baik," hardik Profesor Erick dengan keras.     

Dokter Susan menangis tanpa suara melihat Profesor Erick sang paman, ia yang selama ini tinggal di New York seorang diri dan terbiasa hidup bebas merasa kesal saat diminta kembali ke Ottawa dan diminta untuk bekerja di rumah sakit sang paman Profesor Erick oleh kedua orang tuanya. Hari ini adalah hari pertamanya bekerja di Rumah Sakit Profesor Erick, oleh karena itu ia terlihat sangat kesal dan tidak ramah sekali saat menyambut kedatangan Viona. Walaupun sudah tau nama besar Fernando, namun karena ia lama tinggal di New York ia tak tau persis seperti apa wajah Fernando. Sehingga ia tidak mengenalinya saat tadi Fernando masuk pertama kali bersama Viona.      

"Orang tuamu memintamu bekerja disini bukan tanpa alasan Susan, mereka ingin kau belajar dari rumah sakit ini sebelum akhirnya kau bisa bekerja kembali di rumah sakit umum atau memiliki klinik sendiri suatu saat nanti. Tapi kalau sifatmu seperti ini Paman ragu kau masih bisa menjadi dokter yang baik atau tidak di masa depan," ucap Profesor Erick perlahan.      

"Kalau sikapmu masih seperti ini terus bagaimana kau bisa mewujudkan cita-cita kedua orang tuamu yang ingin melihat putri semata wayang mereka menjadi dokter kandungan yang paling hebat di kota ini Susan?" tanya Profesor Erick kembali.     

Dokter Susan hanya bisa diam mendengar perkataan Profesor Erick, ia malu untuk menatap pamannya yang sedang berdiri tepat di hadapannya itu. Hanya air mata sajalah yang terus mengalir membasahi wajahnya lah yang berbicara kalau ia sedang sangat sedih saat ini.     

"Untung saja pasien yang datang adalah tuan Fernando dan dokter Viona yang merupakan pasien terbaikku, mungkin kalau orang lain kau sudah mendapatkan masalah yang sangat besar Susan. Paman harap kedepannya hal seperti ini tidak akan terjadi lagi dan sekali lagi tolong ubahlah sikapmu, jaga sopan santunmu Susan. Tuan Fernando bukanlah orang yang bisa kau perlakukan seperti tadi, ini Ottawa bukan Amerika bukan New York tempatmu kuliah. Apa kau tak malu pada dokter Viona?beliau seorang dokter hebat Susan," ucap Professor Erick kembali.     

"Maaf Paman," isak dokter Susan lirih.     

Mendengar permintaan maaf dari dokter Susan membuat amarah Profesor Erick menghilang seketika, ia lalu mendekati keponakannya itu dan memberikan pelukan penuh kasih sayang.     

"Maafkan Paman kalau tadi Paman harus menamparmu, paman harus memberikan sedikit ketegasan padamu Susan. Harapan orang tuamu sangat besar padamu sayang, jangan kecewakan kedua orang tuamu," bisik Profesor Erick pelan sambil menepuk-nepuk pundak dokter Susan dengan perlahan.     

"Maaf Paman maafkan Susan, Susan memang masih belum bisa memberikan yang terbaik untuk Mommy dan Daddy. Tapi Susan berjanji akan berubah menjadi lebih baik lagi kedepannya," jawab dokter Susan terbata-bata.      

"Baguslah kalau kau mau mengerti dan ingin berubah menjadi lebih baik, yang pasti menjadi seorang dokter bukanlah hal yang mudah Susan. Menjadi seorang dokter taruhannya adalah nyawa kita sendiri Susan, anggaplah para pasien yang datang kepadamu sebagai keluargamu sendiri sehingga kau bisa memperlakukan mereka dengan baik," ucap Professor Erick lembut sambil melepaskan pelukannya dari dokter Susan yang terlihat sangat menyesal.     

"Bersihkan wajahmu dan tenangkan dirimu terlebih dahulu, setelah itu kau boleh datang lagi lalu meminta maaf lah dengan baik kepada tuan Fernando dan dokter Viona. Mereka adalah orang-orang hebat yang harus kau contoh Susan," imbuh Profesor Erick kembali menimpali perkataannya yang sebelumnya.     

Dokter Susan menganggukan kepalanya perlahan mereka menjawab perkataan Profesor Erick, ia kemudian pergi meninggalkan Profesor Erick menuju ke kamar mandi yang ada di luar. Setelah selesai bicara dengan sang keponakan Profesor Erick kemudian masuk kembali ke ruangan sebelumnya, di mana Fernando dan Viona beserta asistennya sedang menunggu dirinya.      

"Maaf tuan sudah membuat anda harus menyaksikan adegan seperti tadi, maafkan keponakan saya tuan. Saya benar-benar tak enak pada anda berdua," ucap Profesor Erick penuh sesal.     

"Its ok Prof, anak muda memang tak bisa ditebak. Saya hanya tak suka saja caranya yang langsung ingin memasukkan alat seperti itu ke dalam tubuh istriku tanpa meminta persetujuan dari ku ataupun istriku terlebih dahulu," jawab Fernando dengan cepat.      

"Menggunakan transduser memangnya anda kenapa dokter Viona?" tanya Profesor Erick kaget.     

"Aku rasa istriku hamil prof, maka dari itu aku datang kemari," jawab Fernando dengan cepat memotong perkataan Profesor Erick.     

Sebuah senyum tersungging di wajah Profesor Erik mendengar perkataan Fernando, walaupun ia baru saja memarahi dokter Susan sang keponakan namun keprofesionalitasannya langsung kembali. Tanpa bicara tiba-tiba Profesor Erick menarik Viona menuju ke ruangannya yang ada disebelah, ia lalu meminta Viona untuk duduk disebuah kursi.     

"Apa yang akan anda lakukan Prof?" tanya Fernando kaget saat melihat jarum suntik yang cukup besar baru saja dikeluarkan dari tempat penyimpanan.     

"Bukankah anda ingin tau dokter Viona hamil atau tidak, maka dari itu saya ingin membawa dokter Viona melakukan pemeriksaan Tuan," jawab Profesor Erick sambil tersenyum.     

"Apa anda ingin melakukan pemeriksaan melalui tes darah prof?" tanya Viona tiba-tiba saat melihat profesor Erick mengeluarkan jarum suntik yang masih terbungkus rapi di tempatnya dan sebuah tabung kaca kecil.     

"Anda betul dokter," jawab Profesor Erick sambil tersenyum.     

"Tes darah...kenapa harus tes darah... istriku tidak sakit Prof!!!" hardik Fernando dengan keras.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.