You Are Mine, Viona : The Revenge

Merasa tersaingi



Merasa tersaingi

0Fernando langsung mengunci rapat bibirnya saat mendengar perkataan Viona, ia tau kemana arah pembicaraan sang istri ini akan berakhir. Dengan perlahan Fernando meraih wajah Viona dan memberikan sebuah ciuman hangat dikeningnya.     
0

"Maaf, maafkan aku. Aku tak tau kalau perahu daun itu diajarkan oleh ibu Maria," ucap Fernando lembut setengah berbisik.     

"Huum, bentuknya memang terlihat aneh. Tapi percayalah kami semua sangat senang dan bahagia sekali saat itu," jawab Viona pelan.     

"Ssttt jangan menangis, kasihan si kembar," sahut Fernando dengan cepat sembari menyeka tetesan air bening yang baru saja keluar dari mata indah Viona menggunakan jarinya.     

Viona menganggukan kepalanya perlahan mendengar perkataan Fernando dengan sebuah senyum yang langsung mengembang diwajahnya, diingatkan soal anak oleh Fernando langsung membuat suasana hatinya berubah pesat. Melihat Viona tersenyum membuat Fernando lega.     

"Ayo masuk, aku sudah membelikan apa yang kau mau," ajak Fernando lembut sembari membantu Viona untuk bangun.     

"Kau sudah berhasil membeli Tteokbokki dan Jajangmyeon?" tanya Viona tak percaya.     

"Sure, seorang Fernando Grey Willan tak mungkin tak berhasil mendapatkan apa yang ia mau. Apalagi ini permintaan para jagoanku didalam sini," jawab Fernando pelan sambil meraba perut datar Viona.     

"Dasar menyebalkan, ya sudah ayo ke dalam. Aku mau makan," ucap Viona girang.     

"As your wish ma'am," sahut Fernando dengan cepat.     

Fernando lalu menuntun Viona masuk ke dalam rumah meninggalakan semua pelayan dan asisten Fernando yang masih berdiam diri tanpa suara, barulah setelah Fernando dan Viona masuk ke dalam Harry langsung memegang dadanya sambil menengadah ke langit.     

"Thanks god, aku kira akan terjadi perang dunia lagi tadi," ucap Harry penuh syukur.     

"Iya, aku kira juga akan terjadi gencatan senjata lagi. Untung saja Tuan langsung bisa mengendalikan suasana. Bayangkan saja kalau tidak, akh kita pasti akan ikut pusing," imbuh Lucas tanpa rasa takut.     

Mendengar perkataan kedua temannya itu membuat Justin tersenyum, diantara Harry dan Lucas dia adalah orang yang paling tenang. Ia yang paling bisa memahami Fernando, oleh karena itu ia yakin sekali kalau Fernando tadi bisa mengatasi semuanya. Tanpa bicara Justin kemudian masuk ke dalam rumah menyusul Fernando dan Viona, ia harus memastikan kalau fernando bisa memasak dua masakan korea instan yang sudah dibeli sebelumnya itu. Tak lama setelah Justin masuk Teddy pun menyusulnya dari belakang dengan membawakan ponsel Viona yang tertinggal diatas tikar piknik.     

Ketika semua orang sudah masuk tinggallah Harry dan Lucas yang duduk di tikar yang sebelumnya dipakai Viona untuk duduk bersama para pelayan, mereka berdua melihat kolam ikan koi yang sudah dipenuhi lima perahu daun yang kini mulai dimakan para ikan.     

"Kalau orang yang tak tau pasti akan mengira kalau nyonya berasal dari keluarga kaya," ucap Harry pelan sambil tersenyum.     

"Pastilah, siapa yang akan menyangka wanita seanggun, sebaik dan sepintar nyonya ternyata berasal dari panti asuhan yang orang tuanya tak diketahui," sahut Lucas dengan cepat.     

"Nah, aku sendiri pun pasti akan mengira seperti itu. Kadang-kadang aku berfikir kalau nyonya itu berasal dari keluarga terpandang, bayangkan saja sendiri. Mana ada wanita sesempurna itu berasal dari keluarga biasa, sifat mungkin bisa berubah tapi gen yang ada didalam tubuhnya tidak. Aku yakin kebaikan hati yang nyonya miliki diwariskan oleh orang tua kandungnya yang terbawa di gennya," celetuk Lucas kembali membuat asumsi sendiri.     

Harry tersenyum mendengar perkataan Lucas, ia kembali teringat dengan peristiwa yang terjadi satu tahun lalu disaat adik panti sang nyonya datang pada Fernando dengan membawa surat DNA palsu yang menunjukkan kalau Viona adalah keturunan salah satu bangsawan Quebec. Untung saja saat itu dirinya dan Justin menyelidiki kebenaran mengenai surat DNA itu ke rumah sakit, jika tidak mungkin saja Fernando pasti sudah malu karena sudah mengganggu keluarga bangsawan Quebec yang sangat terkenal itu.     

Walaupun Fernando adalah orang penting di Kanada, namun tetap saja ia tak bisa macam-macam pada orang lain. Ia tak bisa menggunakan kekuasaannya secara arogan, sama seperti saat ini. Ia tak mungkin bisa menggunakan kekuasaannya untuk menyingkirkan tiga wanita gila itu, Fernando masih punya rasa kemanusiaan yang membuatnya masih menahan diri untuk tak menyingkirkan mereka untuk selamanya. Fernando tak mau menjadi seperti sang ayah Jacob Willan yang dikenal bengis tak punya hati, Ferando sudah berusaha mati-matian untuk meperbaiki citra sang ayah dimasyarakat oleh karena itu ia tak mau merusaknya lagi dengan mengotori tangannya denagn darah ketiga wanita sakit jiwa itu.     

Sebagai salah satu asiten kepercayaan Harry tau sekali kalau sebenarnya Fernando sangat ingin menyingkirkan para hama itu dari kehidupannya, namun karena ia masih ingin mencoba menggunakan jalan yang halus maka dari itu Fernando hanya memberikan pelajaran pada mereka. Namun ia yakin kalau sang Tuan saat ini tak akan main-main lagi pada ketiga wanita itu, terbukti dari cara Fernando menyembunyikan Viona yang serapat ini dari orang-orang Harry yakin kalau sang Tuan tak akan baik hati lagi kepada para musuhnya itu.     

"Hehh apa yang kau pikirkan, kenapa melamun!!" ucap Lucas dengan suara keras sambil menepuk lengan Harry yang sejak tadi hanya diam tanpa bicara menatap ke arah kolam saat dirinya sedang berbicara panjang lebar.     

"Tidak ada, aku hanya berfikir kali ini kita harus benar-benar memastikan anak Tuan dan Nyonya lahir dengan selamat. Setelah apa yang mereka alami selama ini, aku ingin sekali melihat Tuan dan Nyonya bahagia dengan keluarga mereka," jawab Harry pelan sambil tersenyum.     

"Tentu saja, kali ini aku pun sudah bersumpah tak akan mengampuni siapapun yang berani menyakiti Nyonya," sahut Lucas penuh semangat.     

"Hahahaha..ya sudah ayo masuk kedalam, aku ingin tau bagaimana keadaan didalam. Aku penasaran apakah tuan bisa memasak Tteokbokki dan Jajangmyeon atau tidak," ucap Harry pelan sambil berusaha bangun dari tikar dan berjalan menuju ke dalam rumah.     

"Lucas tunggu!!" pekik Lucas dengan keras, ia kemudian langsung berdiri dan berlari menyusul Harry dari belakang.     

Saat mereka sampai di dapur, ternyata sedang terjadi sebuah pertunjukan yang mengejutkan dimana Justin sedang memakai apron dan memasak Tteokbokki dan Jajangmyeon. Pasalnya masakan pertama yang dibuat Fernando gosong dan tentunya tak layak dikonsumsi, karena tak mau sang Tuan dalam masalah Justin langsung mengambil alih posisi Fernando dan kembali memasak masakan korea yang diingkan sang Nyonya.     

"Wahhh Justin, wangi sekali. Aku sudah tak sabar ingin mencicipinya," ucap Viona penuh semangat.     

"Sabar Nyonya, saya harus memastikan kue beras ini matang sempurna," jawab Justin dengan cepat.     

"Ok, aku menunggunya dengan Justin,"sahut Viona singkat dengan mata berbinar-binar.     

Fernando yang masih memakai apron hanya bisa diam saat melihat sang asisten mengambil alih tempatnya di dapur, tak menyentuh kompor selama ia hidup membuat Fernando tak bisa memastikan api yang baik untuk memasak. Alhasil makanan korea itu langsung hangus saat Fernando tinggal untuk menyiapkan bumbunya.     

"Kenapa kau sepintar ini Justin," ucap Fernando kesal.     

"Saya membaca cara masak dikemasannya Tuan," jawab Justin dengan cepat.     

"Ishh kenapa mau masak saja harus membaca caranya terlebih dahulu, bukankah sama saja caranya. Masukkan ke teflon lalu nyalakan api setelah itu dimasukkan bumbunya lalu diaduk sampai matang," sahut Fernando kembali.     

"Semuanya tak bisa sefrontal itu Fernando, harus dengan cara yang sudah di anjurkan. Kalau tidak ya gosong seperti yang kau masak tadi," ucap Viona ikut bicara.     

Mendengar perkataan sang istri langsung membuat Fernando menoleh kerah Viona, tanpa diduga tiba-tiba Fernando berkacak pinggang sambil menatap Viona tanpa berkedip.     

"Sekarang katakan padaku, lebih hebat aku atau Justin?" tanya Fernando tanpa rasa bersalah.     

Bersambung      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.