You Are Mine, Viona : The Revenge

Ditangkap polisi



Ditangkap polisi

0Alih-alih menjawab pertanyaan sang suami Viona justru mencubit pipi Fernando dengan gemas sambil tersenyum.     
0

"Kau memang hebat di segala hal Tuan Fernando, dari karirmu, pesonamu yang sukses membuat para gadis tergila-gila dan nama besar keluargamu. Akan tetapi tak semua orang bisa sempurna di semua bidang, seperti yang baru saja kau ketahui sendiri bahwa kau tidak bisa memasak. Jadi jangan memaksakan dirimu untuk sempurna di semua keahlian, karena jika kau sudah sempurna di semua bidang maka kau tak akan membutuhkan orang lain. Padahal jelas-jelas kita tau bahwa manusia tidak akan bisa hidup sendiri, karena manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang lain," jawab Viona panjang lebar sambil menatap tajam ke arah Fernando.     

"Sampai sini paham?" tanya Viona pelan.      

Seperti anak kecil yang baru saja dimarahi oleh sang ibu, Fernando mendadak jadi sangat penurut. Ia tak mengeluarkan kata-kata bantahan apapun,  hanya sebuah anggukan kecil darinya sajalah yang terlihat jelas kalau ia merespon perkataan sang istri. Melihat sikap Fernando membuat Viona tersenyum, ia lalu mengambil mangkuk yang sempat ia letakkan di atas meja kemudian membawanya dengan tersenyum ke meja makan.      

"Ayo Justin, bawa semuanya ke meja makan," ajak Viona lembut.     

"B-baik Nyonya," jawab Justin singkat, tanpa bicara ia langsung memindahkan makanan Korea yang baru ia masak itu ke dalam mangkuk yang cukup besar dan membawanya ke meja makan dimana Viona berada.     

Melihat Justin mengikuti sang Nyonya membuat Harry dan Lucas pun melangkahkan kakinya ke meja makan, mereka seperti tau harus ada di sisi yang mana saat ini. Pasalnya jika mereka tetap ada di samping Fernando maka keselamatannya tidak akan terjamin, secara Fernando saja takut kepada Viona. Oleh karena itu mereka memilih untuk mendekati sang nyonya yang sedang terlihat sangat menikmati makanan korea kesukaannya itu.     

Saat melihat Viona sedang duduk dan menikmati makanan kesukaannya bersama kedua asisten dan sopir pribadinya Fernando hanya bisa melihat dari pantry sambil melipat kedua tangannya di dada, ia benar-benar tak mengerti kenapa Justin bisa masak sesempurna itu. Padahal ia pun merasa melakukan cara yang sama, api yang ia pakai pun sebenarnya tidak terlalu besar. Hanya saja karena ia tadi terlalu lama mempersiapkan bahan yang lain alhasil bumbu yang ada di Tteokbokki yang sedang ia masak langsung gosong dan menciptakan rasa yang pahit serta warna yang tidak menarik sama sekali.      

Melihat sang Tuan sendirian di pantry membuat Teddy tak tega, ia lalu berjalan dan mendekati sang Tuan sambil tersenyum.      

"Ayo Tuan kita bergabung dengan nyonya," ajak Teddy lembut sambil menyentuh tangan Fernando yang terlipat di dada.     

"No Teddy, aku harus bisa memasakkan istriku Tteokbokki juga. Aku tak boleh kalah dengan Justin, tak mungkin bukan seorang Fernando tak bisa masak makanan instan itu," jawab Fernando pelan tanpa ekspresi.     

"Tapi Tuan tadi Justin sudah memasak tiga bungkus Tteokbokki, rasanya jika anda memasak satu bungkus lagi bukankah itu terlalu banyak?" tanya Teddy bingung.     

"Iya aku mengerti hanya saja aku merasa penasaran saja kenapa aku tak bisa memasak makanan instan seperti itu, padahal Justin saja bisa memasaknya," jawab Fernando lirih, ia merasa sedih karena gagal memasak makanan yang diinginkan oleh Viona.     

Tanpa Fernando tahu rupanya Viona yang berdiri di dekat pantry karena ingin mengambil air es di kulkas mendengar semua perkataannya, dengan senyum tersungging Viona laku melangkahkan kakinya masuk ke dalam pantry.     

"Kau ingin membuatkan aku makanan?"tanya Viona lembut mengagetkan Fernando dan Teddy yang sedang ada di pantry.     

Kedua mata Fernando berkaca-kaca mendengar pertanyaan dari sang istri, entah mengapa hal sepele seperti ini terasa sangat menyakitkan bagi Fernando. Gagal saat memasak membuatnya sedih.      

"Jawab dulu iya atau tidak?" tanya Viona kembali dengan lembut.     

"Huum, aku ingin," jawab Fernando lirih.     

"Nanti malam saat kita bergadang buatkan aku makanan yang bisa kau buat," bisik Viona lembut di telinga Fernando.     

Fernando yang belum mengerti dengan arah pembicaraan snag istri nampak terlihat sangat bingung, ia benar-benar tak paham dengan perkataan Viona.      

"Bergadang, nanti malam, maksudmu apa babe?"tanya Fernando bingung.     

"Aku ingin melanjutkan permainan tadi pagi yang belum selesai," jawab Viona lagi dengan berbisik.     

"Bercinta maksudmu..mmmpphh,"     

Dengan cepat Viona menutup mulut Fernando yang berbicara dengan keras, untung saja saat Viona mendekati Fernando di pantry Teddy langsung menyingkir. Kepala pelayan mereka sudah paham tanpa harus diperintahkan, ia selalu berusaha memberikan ruang bagi sang Tuan dan Nyonya terlebih dahulu.      

"Kecilkan suaramu!!!"hardik Viona dengan nada meninggi sambil membelalakkan kedua matanya mengancam Fernando.     

"Im sorry ma'am," jawab Fernando dengan cepat.     

"Ya sudah sekarang ayo makan, jangan memasak Tteokbokki ku lagi," ucap Viona pelan sambil mengajak Fernando ke meja makan, Fernando mengikuti langkah Viona menuju meja makan.      

Mereka pun menikmati makanan Korea yang dimasak Justin bersama-sama, pada akhirnya Viona hanya memakan beberapa suap saja. Ia mengatakan sudah kenyang, alhasil semua makanan Korea itu dimakan para pria yang ada di meja makan. Mereka menjadi korban Viona, pada awalnya memang Tteokbokkii dan Jajangmyeon terasa enak di mulut para pria berdarah Amerika Utara itu. Namun pada suapan kesekian kali mereka terlihat tak menikmatinya lagi, kecuali Lucas yang memang menyukai makanan korea. Fernando pun sudah meletakkan sumpitnya pada suapan ketiga, ia merasa makanan itu semakin lama semakin aneh di lidahnya walaupun pada suapan pertama terasa enak. Sementara itu tanpa rasa bersalah Viona justru sedang menikmati makanan yang dibuat para pelayannya dengan lahap di hadapan para lelaki yang dipaksa menghabiskan makanan Korea-nya itu.     

"Habiskan babe, bukankah kalian membelinya dengan susah payah," ucap Viona dengan mulut penuh makanan meminta Fernando untuk menghabiskan Jajangmyeon yang ada di piringnya.      

"Mie hitam ini rasanya tidak cocok di lidahku babe," jawab Fernando pelan sambil mendorong piring yang berisi Jajangmyeon menjauh.     

"Aku juga Nyonya,maaf," imbuh Harry dengan cepat      

"Ya sudah kalau begitu kau yang habiskan Justin, kau yang memasak kan," sahut Viona pelan sambil tersenyum.     

"I-iya nyonya, tapi apakah saya harus menghabiskan makanan sebanyak ini?" tanya Justin bingung.     

"Tentu saja, kan kau yang masak Justin," jawab Fernando dengan cepat, sebuah senyum jahat tersungging di bibirnya.      

Justin menelan salivanya perlahan mendengar perkataan sang Tuan, namun kesedihan Justin tak berlangsung lama. Pasalnya Lucas kembali mengambil seporsi besar Jajangmyeon yang ada di mangkuk besar untuk dipindahkan ke piringnya, ia terlihat sangat lahap sekali memakan makanan Korea itu.      

"Sudah kenyang?"tanya Fernando pelan pada Viona sambil menyentuh perut Viona yang kini sudah ada dua calon penerusnya.     

"Huum," jawab Viona lembut sambil meletakkan gelas diatas meja.     

"Ya sudah ayo ke ruang keluarga, biarkan mereka menghabiskan makanan itu," ucap Fernando pelan sembari melirik ke arah Justin dan Lucas yang sedang makan Jajangmyeon yang tersisa.     

Viona menganggukkan kepalanya, saat berjalan menuju ruang keluarga ia memberikan dua jempolnya pada Justin dan Lucas yang dibalas sebuah senyuman yang terpaksa dari Justin.     

Sementara itu di sebuah restoran mewah yang ada di tengah kota Ottawa nampak sedang terjadi keributan paskah Natasya marah-marah kepada seorang pelayan yang mengotori pakaiannya, ia yang masih dalam pengaruh alkohol tak bisa menahan dirinya dan membuat pelayan itu harus dilarikan ke rumah sakit karena mengalami luka di pelipisnya pasca dipukul menggunakan botol wine oleh Natasya.      

"Sadarkan dirimu Natasya!!" hardik Andy Kwan, ia merasa malu pada teman-temannya yang dari Korea.     

"Dia yang memulai, kau harus membelaku bukan membelanya. Kau suamiku Andy!!!" jerit Natasya kesal.     

"Tapi tetap saja kau tak boleh memukul orang seperti itu," jawab Andy Kwan mencoba menenangkan sang istri.     

"Sudahlah, aku malas denganmu. Kau tak perduli padaku," sahut Natasya penuh emosi, setelah berkata seperti itu Natasya kemudian berjalan keluar menuju jalan raya.      

Namun pada saat melangkahkan kakinya keluar dari restoran tiba-tiba segerombolan polisi langsung menangkap tangannya, rupanya sang pemilik restoran sudah menelepon polisi untuk mengamankan Natasya yang melukai pegawainya.     

"Maaf anda harus ikut kami nyonya," ucap Andrew pelan penuh wibawa sembari memborgol tangan Natasya.     

Bersambung      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.