You Are Mine, Viona : The Revenge

Menepati janji



Menepati janji

0Lucas langsung jatuh berlutut di lantai mendengar perkataan Fernando, ia tak menyangka sang tuan masih mengingat janji yang sudah sepuluh tahun berlalu.      
0

"Pergilah temui Tiffany, dia pasti rindu padamu," ucap Fernando pelan sambil menepuk pundak Lucas berkali-kali.     

"Dia akan memaafkan aku bukan tuan,"tanya Lucas terbata.     

"Tentu saja, dia pasti sudah tenang saat ini. Pergilah dan pulanglah ke kampung halamanmu, janjimu sudah terlaksana dan aku tak akan menahanmu lebih lama disisiku Lucas," jawab Fernando lembut.     

Lucas hanya diam mendengar perkataan Fernando, ia pernah berjanji sepuluh tahun yang lalu bahwa baru akan berhenti bekerja dari Fernando setelah berhasil membalaskan dendamnya kepada Andy Kwan dan waktu itu Fernando mengiyakan perkataannya. Dan Fernando pun tetap membiarkan Lucas ikut bekerja bersamanya selama belum berhasil membalaskan dendamnya kepada Andy Kwan, walaupun sebenarnya sudah berkali-kali Lucas mendapatkan kesempatan untuk membunuh seorang Andy Kwan namun Fernando melarangnya karena tak mau membuat Lucas masuk penjara kalau benar-benar sampai membunuh seorang Andy Kwan. Namun kini karena pria berdarah Korea itu sudah meninggal karena overdosis obat penguat stamina, tugas dan tanggung jawab Fernando untuk membantu Lucas balas dendam sudah terbayar. Setidaknya dengan membiarkan Lucas ikut dengannya Lucas akhirnya bisa tau kalau seorang Andy Kwan sudah meninggal.      

Oleh karena itu ia ini membebaskan Lucas untuk pergi dari sisinya, ia tak mau lagi menahan Lucas lebih lama karena karena ia tu Lucas masih muda dan masih memiliki banyak keinginan di luar sana. Ia tak mau menahan orang yang tak mau bekerja dengannya kalau ia tak benar-benar serius ingin bekerja.      

"Aku akan meminta Justin memberikan surat dan kunci mobil Lexus 570 sport yang sering kau pakai, anggap itu adalah hadiahku untukmu. Kau bisa memakainya dan memilikinya Lucas, hanya itu yang bisa aku berikan kepadamu setelah sepuluh tahun kau bekerja denganku," ucap Fernando pelan sambil mencengkram pundak Lucas.     

"Tapi Tuan, mobil itu mahal sekali," sahut Lucas dengan cepat.     

"Aku bisa membelinya lagi Lucas, aku tau kau sangat menyayangi mobil itu. Maka dari itu aku membiarkanmu memilikinya, pergilah Lucas aku tak akan menahanmu lagi," jawab Fernando pelan sambil tersenyum.      

Setelah berkata seperti itu Fernando kemudian keluar dari kamar Lucas, ia lalu menghampiri Justin yang berdiri tak jauh dari kamar. Beberapa kali ia menepuk pundak Justin dan melirik ke arah Lucas masih berlutut di kamarnya, Justin pun terlihat menganggukan kepalanya berkali-kali tanda mengerti dengan perkataan sang tuan.      

"Lakukan seperti perintahku, kalau begitu aku naik. Sepertinya ini jam tidur siang istriku, aku harus memastikan ia benar-benar tidur," ucap Fernando pelan sambil melihat jam ditangan kirinya.     

"Baik Tuan, saya mengerti," sahut Justin patuh.     

Fernando pun naik ke lantai satu diikuti Teddy dan Justin dibelakang, sesampainya di lantai satu Justin langsung pergi ke ruang kerja. Ia ingin mencari surat mobil Lexus 570 sport milik Fernando yang sudah diberikan pada Lucas, sebenarnya Justin masih bingung kenapa Fernando memberikan mobil mahal itu kepada Lukas. Namun karena ia tak berani bicara dan bertanya, ia pun hanya bisa melakukan perintah Fernando dengan cepat karena tak mau membuat tuannya itu kecewa.      

"Nyonya sudah naik ke lantai dua Tuan," ucap seorang pelayan wanita yang sedang merapikan peralatan meni pedi yang baru saja digunakan untuk merawat kuku tangan dan kuku jari Viona.     

"I see, thanks," jawab Fernando singkat, setelah itu ia lalu naik ke lantai dua tanpa bicara lagi.     

Fernando berjalan menuju kamar utama yang ada di lantai dua, kamar terbesar dirumah itu yang menjadi kamarnya bersama Viona. Fernando langsung masuk ke dalam kamar dan tersenyum ketika melihat Viona baru saja berganti pakaian yang nyaman untuk tidur, tanpa bicara ia langsung mendekati Viona dan memeluknya dari belakang dengan erat.     

"Apa yang kau lakukan? Aku sedang berganti pakaian," ucap Viona pelan sambil menyentuh tangan Fernando yang tengah memeluk perutnya dari belakang.     

"Biarkan aku memelukmu sebentar sayang, aku ingin mencium aroma tubuhmu," jawab Fernando pelan, kedua matanya terpejam saat bicara. Ia mengecup pundak pundak Viona yang hanya tertutup tali bra saja.     

Viona tersenyum mendengar perkataan sang suami, ia pun membiarkan suaminya melakukan apa yang ia mau. Namun karena ia merasa tak nyaman karena Fernando terus mencium leher belakangnya, Viona akhirnya meminta Fernando melepaskan pelukannya. Fernando yang terlalu posesif pada Viona tak mau melepaskan pelukannya, ia merengek meminta untuk terus seperti itu.     

"Kita ke ranjang saja, aku lelah berdiri seperti ini," ucap Viona pelan.     

Fernando yang sedang memejamkan matanya sambil mencium pundak sang istri langsung tersenyum lebar saat mendengar ajakan Viona naik ke atas tempat tidur, darah lelakinya pun langsung terbakar seketika. Tanpa bicara Fernando lalu menggendong Viona ala bridal style menuju ranjang, Viona yang belum selesai memakai piyama tidurnya sudah jatuh dalam kekuasaan Fernando. Dan Viona sudah bisa ditebak apa yang akan terjadi nanti diatas ranjang, apalagi saat ini ia hanya memakai bra dan celana dalam saja. Piyama tidur yang sudah ada ditangannya tadi kini sudah ada dilantai.     

Setelah berbaring di lantai Fernando lalu meraih selimut dan langsung menyelimuti tubuhnya dan tubuh Viona yang setengah telanjang itu, dengan cepat Fernando melingkarkan tangannya di atas perut Viona yang masih rata. Walaupun sedang mengandung anak kembar, namun karena usia janin kembarnya itu baru menginjak enam minggu belum ada perubahan yang berarti di tubuh Viona. Apalagi Viona memang pada dasarnya memiliki tubuh yang ramping dan memiliki rambut apapun di perutnya, sehingga saat ini ia tak terlihat sedang hamil kecuali perubahan volume kedua payudaranya yang lebih lembut dan berisi.     

Alih-alih memulai berbicara Fernando justru mendaratkan kecupan berkali-kali di leher jenjang Viona yang membuat Viona merasa tak nyaman, apalagi tangan Fernando juga bergerilya di balik bra yang masih terpasang apik di tubuh Viona.      

"Babe...kita baru selesai tadi, jangan lagi. Aku lelah, ingat ada si kembar di perutku," erang Viona lirih sambil menahan hasrat yang membara karena Fernando memilin-milin puting payudaranya.     

"Aku tau, hanya saja aku tak bisa menahan diriku. Apalagi kau sedang seperti ini," jawab Fernando pelan dengan suara khas yang menunjukkan kalau ia sudah on fire.     

"Babe please, ingat pesan profesor Erick. Kita tak boleh terlalu sering bercinta,"ucap Viona lembut berusaha menahan dirinya agar tak terpancing dengan sentuhan-sentuhan yang diberikan oleh sang suami.      

Perkataan terakhir Viona akhirnya membuat Fernando menghentikan aktivitas tangannya dibalik bra Viona, ia lalu menurunkan tangannya dan mendarat di perut Viona dan meraba-raba area itu dengan perlahan.     

"Apa yang sudah terjadi?" tanya Viona pelan.     

"Tidak ada apa-apa sayang, semuanya baik-baik saja," jawab Fernando singkat.      

"Kita sudah menikah lebih dari dua tahun dan kau masih ingin membohongiku dengan berkata seperti itu? Aku bukan anak kecil yang bisa kau tipu dengan sebuah kalimat tidak terjadi apa-apa seperti itu Fernando," ucap Viona dengan cepat.     

Sebuah senyum tersungging di wajah tampan Fernando mendengar perkataan Viona, perlahan Fernando mengeratkan pelukannya lebih dalam pada Viona. Seolah ia ingin menyatukan tubuh Viona dengan dirinya.     

"Jangan pernah tinggalkan aku lagi apapun yang terjadi, aku tak bisa hidup tanpamu." Fernando bicara dengan suara bergetar penuh kesedihan.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.