You Are Mine, Viona : The Revenge

Petuah sang nyonya



Petuah sang nyonya

0Viona yang pada awalnya berniat untuk tidur akhirnya membatalkan niatnya, ia justru kembali memakai pakaiannya dan saat ini justru Fernando yang sudah tidur terlelap pasca ia bercerita. Dengan langkah perlahan Viona keluar dari kamar, ia berjalan dengan hati-hati supaya Fernando tak mendengar suara langkah kakinya. Ketika sudah sampai di depan pintu Viona tersenyum ketika melihat Lucas sudah berdiri di depan pintu kamarnya bersama Justin.      
0

"Tuan…"     

"Suamiku tidur, ayo kita bicara di lantai satu," ucap Viona pelan memotong perkataan Justin.      

"Baik Nyonya." Justin menjawab perkataan Viona dengan cepat, ia lalu mengikuti Viona turun ke lantai satu bersama Lucas yang mengekor di belakangnya.      

Sesampainya di lantai satu Viona duduk di sofa yang ada di dekat tangga, ia merasa sudah lelah untuk berjalan menuju ruang keluarga padahal hanya berjalan menuruni tangga saja. Justin dan Lucas yang melihat sang nyonya kelelahan merasa bersalah, tanpa diperintahkan Justin kemudian berjalan menuju ke pantry untuk mengambil air minum untuk Viona.      

"Terima kasih Justin," ucap Viona pelan saat menerima gelas yang berisi air dari Justin.     

"Sama-sama Nyonya," sahut Justin singkat.      

Setelah meminum air yang dibawakan oleh Justin, Viona meletakkan gelasnya di atas meja dengan perlahan. Ia lalu menatap kearah Justin dan Lucas yang masih berdiri di hadapannya, dengan lembut Viona meminta kedua orang pemuda itu untuk duduk di sampingnya. Pada awalnya Justin dan Lucas diam dan tak merespon permintaan Viona, namun setelah Viona meminta untuk yang kedua kalinya akhirnya mereka berdua pun duduk di kursi yang tak jauh dari tempat Viona duduk.      

"Sebelumnya maaf nyonya sudah mengganggu waktu istirahat Anda, saya ing-ingin…"     

"Aku sudah tau apa yang sudah terjadi, sebelum tidur tadi suamiku sudah menceritakan semuanya," ucap Viona lembut memotong perkataan Lucas.     

Lucas pun langsung tertunduk saat Viona berkata seperti itu, ia benar-benar tak bisa membuka bibirnya karena bingung mau mulai bicara dari mana. Pasalnya yang ada di hadapannya saat ini bukanlah Fernando, ia yang pada awalnya ingin berpamitan karena ingin pergi tiba-tiba tak bisa bicara.     

"Aku tau kau ingin pulang ke kampung halamanmu dan  berhenti bekerja karena niatmu sudah tercapai Lucas, tapi sebelum pergi apakah aku boleh bicara sedikit padamu Lucas?"tanya Viona lembut.     

"Silahkan Nyonya, saya mendengarnya," jawab Lucas dengan cepat.      

"Tolong sampaikan pesanku pada Tiffany, katakan padanya bahwa ia beruntung karena memilikimu yang sangat mencintainya," ucap Viona lembut.     

Deg     

Deg     

Jantung Lucas berdetak dengan sangat kencang mendengar perkataan Viona, kedua matanya pun langsung berkaca-kaca seketika. Ia tak menyangka sang nyonya akan berkata seperti itu kepada dirinya.     

Melihat Lucas terdiam membuat Viona tersenyum, ia lalu bangun dan berjalan mendekati Lucas yang duduk tak jauh darinya.     

"Kau pria baik Lucas, Tiffany beruntung dicintai oleh pria sebaik dirimu. Jangan bersedih karena kau gagal melampiaskan dendam mu pada Andy Kwan, kau seharusnya bersyukur karena Tuhan menjaga tetap menjagamu tetap suci untuk tak menyentuhnya yang kotor. Percayalah semua ini terjadi karena Tuhan sayang padamu Lucas, ia tak menginginkan pria sebaik dirimu melakukan perbuatan yang tak diinginkan oleh-Nya," ucap Viona pelan sambil menepuk pundak Lucas dengan perlahan.     

"Pergilah jika kau ingin kembali ke kampung halamanmu untuk melihat Tiffany, aku mengizinkannya Lucas. Namun setelah kau tenang kembalilah pada kami, Fernando membutuhkanmu," imbuh Viona kembali menambahkan perkataannya yang sebelumnya.      

"Iya Nyonya," sahut Lucas tergagap.      

"Baiklah, kalau begitu hati-hati dijalan dan ini ada sedikit uang jajan untukmu dariku. Jangan katakan ini pada Fernando, ini adalah uangku pribadi dari gajiku sebagai dokter. Kau bisa gunakan uang ini untuk mempercantik rumah Tiffany," ucap Viona lirih sembari meletakkan satu gepok uang pecahan seratus dolar di pangkuan Lucas.     

"Nyonya, ini banyak sekali!!!"pekik Lucas kaget.      

"Kalau kau merasa itu terlalu banyak kau bisa gunakan untuk yang lain Lucas, pergilah dan hati-hati mengendarai mobilnya. Kami menunggumu kembali," jawab Viona pelan sambil melirik ke arah Justin dengan tatapan penuh arti, Justin yang duduk tak jauh dari Lucas nampak tersenyum dan menganggukkan kepalanya perlahan. Ia seperti paham dengan perkataan sang nyonya yang penuh teka teki itu.      

Karena apa yang ingin ia katakan pada Lucas sudah semuanya ia utarakan Viona akhirnya mempersilahkan Lucas untuk pergi, ia tersenyum penuh arti saat Lucas berjalan pergi meninggalkan dirinya bersama Justin. Teddy yang sejak tadi berdiri di dekat tangga hanya bisa diam saat melihat sang nyonya berkata seperti itu pada Lucas.     

"Dia pasti akan kembali," ucap Viona pelan sambil tersenyum saat mendengar suara mobil dinyalakan.     

"Kenapa anda seyakin itu Nyonya?"tanya Teddy penasaran.     

"Entahlah, aku hanya yakin saja. Dia anak baik, kita tunggu saja. Oh ya Teddy aku ingin bersantai di taman, tolong bawakan beberapa buah untukku," jawab Viona pelan sambil berjalan pergi menuju pintu samping.     

"Baik Nyonya saya akan menyiapkannya," sahut Teddy dengan cepat sambil menganggukkan kepalanya.      

Viona hanya tersenyum mendengar perkataan Teddy, ia terus berjalan menuju taman yang ada di belakang rumah barunya. Di tangannya tergenggam sebuah ponsel yang menampilkan artikel berita kematian Andy Kwan.      

Sementara itu di rumah sakit Global Bros sedang terjadi perubahan jadwal praktek para dokter, profesor Frank yang sudah kembali aktif bekerja nampak mengatur jadwal praktek para dokter yang ada di divisi bedah pasca ia mendapatkan info kalau Viona mengajukan cuti kembali. Para dokter yang jadwalnya dirubah nampak tak suka dengan jadwal yang baru itu, mereka merasa iri pada Viona yang diistimewakan. Padahal sebelumnya profesor William berkata bahwa tak ada yang berbeda antara Viona dan karyawan yang lain, maka dari itu mereka berbisik-bisik di belakang membicarakan perlakuan istimewa yang diberikan rumah sakit pada Viona.     

"Apakah ada yang ingin ditanyakan?"tanya profesor Frank pelan.     

"Tidak prof," sahut para dokter bedah itu dengan cepat.     

"Baiklah kalau kalian sudah jelas silahkan kembali bekerja," ucap profesor Frank pelan saat menutup meeting.      

"Baik prof," jawab para dokter itu kembali, setelah berkata seperti itu mereka pun akhirnya meninggalkan ruangan meeting divisi bedah untuk kembali bekerja.      

Profesor William dan Profesor Dexter yang sejak tadi berdiri dibelakang hanya bisa diam saat mendengar keluhan para dokter itu yang protes karena jadwalnya diubah kembali, mereka berdua tak bisa berbuat apa-apa karena memang tak bisa melakukan apapun karena Viona adalah istri pemilik rumah sakit.      

"Aku sebenarnya merasa kasihan pada dokter itu," ucap profesor Dexter pelan.     

"Kasihan kenapa?"tanya profesor William singkat.     

"Para dokter itu, apa kau tak mendengar apa yang mereka katakan tadi. Mereka kesal karena merasa rumah sakit terlalu diskriminatif dengan membeda-bedakan mereka dengan dokter Viona, mereka pasti kesal karena tiba-tiba jadwalnya diubah seperti ini Will. Aku yakin kerja mereka nanti tak akan maksimal jika terus mendapatkan perlakuan tak adil seperti ini Will, Fernando harusnya bisa lebih bijak. Ia tak bisa seenaknya berbuat seperti ini, istrinya adalah dokter penting di rumah sakit ini. Kasihan para dokter itu yang terpaksa harus menggantikan jadwal praktek dokter Viona yang selalu padat itu," jawab profesor Dexter panjang lebar.     

"Seharusnya mereka bersyukur Dexter karena bisa mendapatkan kesempatan untuk menggantikan posisi dokter Vional selama beberapa bulan, karena dengan itu mereka bisa mendapatkan pengalaman lebih banyak dan nama baik di mata pasien. Bukankah hal itu seharusnya mereka syukuri," sahut Profesor Frank tiba-tiba ikut bicara.      

"Disyukuri kalau mereka mampu menggantikan posisi dokter Viona, namun kalau mereka tak mampu itu akan menjadi beban tersendiri bagi mereka Frank," jawab Profesor Dexter kembali.      

"Hahaha itu artinya mereka belum siap untuk mengemban tugas sebagai dokter bedah yang baik Dexter, kalau begitu kita lihat saja kedepan apakah mereka mampu atau tidak. Kalau mereka tak mampu ya sudah kau cari pengganti dokter Viona yang lain, bukankah kau direktur rumah sakit ini," ucap profesor Frank tanpa rasa bersalah sambil berjalan pergi meninggalkan ruangan meeting.     

Mendengar perkataan profesor Frank membuat Professor Dexter naik darah, iap hampir menghampiri Profesor Frank untuk memukulnya. Namun Profesor William menahan dirinya untuk tidak terpancing emosi.     

"Kenapa anak itu masih saja tetap menyebalkan, memangnya dia kira mencari dokter sehebat dokter Viona itu mudah,"  ucap Profesor Dexter kesal.     

"Sabarlah Dexter jangan terpancing emosi, aku yakin Fernando pasti mempunyai alasan tersendiri kali ini dengan meminta istrinya tak bekerja lagi di rumah sakit," sahut profesor William pelan.     

"Kalau memang ia melarang istrinya untuk bekerja seharusnya ia memberikan solusi lain Will, seharusnya ia sudah menyiapkan dokter pengganti untuk dokter Viona bukan seperti ini," sengit profesor Dexter penuh emosi, dengan berhentinya dokter Viona sebagai dokter praktek di rumah sakit Global Bros sama saja artinya pekerjaan baru baginya.      

"Seperti yang dikatakan Frank tadi, itu adalah tugasmu sebagai direktur jadi kau nikmati saja,"ucap Profesor William sambil tertawa lebar dan berjalan pergi dari ruang meeting      

"Aakhhh sial kau Will," pekik Professor Dexter kesal sambil berlari menyusul profesor William.      

Alisha yang sedang mengantar Anastasia kerumah sakit karena mengantar makan siang untuk suaminya secara tak sengaja mendengar percakapan para profesor itu, sebuah senyuman licik tersungging di wajahnya secara tiba-tiba.      

"Viona tak bekerja lagi di Global Bros hmmmmm...menarik,"ucap Alisha dalam hati.      

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.