You Are Mine, Viona : The Revenge

Loyalitas anak buah



Loyalitas anak buah

0Sasaran pertama tobias adalah Benjamin Philippe seorang petugas administrasi yang mengurus bagian pertahanan dan fasilitas publik, Benjamin adalah satu diantara sekian orang yang menghambat langkah Fernando untuk membebaskan lahan di pinggiran sungai yang ingin ia jadikan hutan kota yang bisa dijadikan area bersantai masyarakat.      
0

Benjamin Philippe terkenal sangat mata duitan, dia selalu memuluskan jalan para pengusaha yang berani membayar mahal dirinya. Oleh karena itulah ia menolak proposal yang diajukan Fernando karena Fernando tak memberinya apa-apa, pasalnya Fernando dari awal memang ingin memulai semuanya dengan jalur yang benar tanpa harus melalui bawah tangan.     

"Benjamin Philippe, kau berani menyulitkan Tuanku. Urusanmu sekarang denganku," ucap Tobias pelan sambil membuang rokok yang ada di tangannya ke tempat sampah lalu berjalan pelan menuju kediaman Benjamin Philippe.     

Keenam anak buah Tobias pun mengikuti langkah sang tuan dari belakang, mereka yang sudah mengamankan area itu terlebih dahulu sejak pagi terlihat sangat penuh percaya diri saat memasuki rumah mewah yang seharusnya tak dimiliki seorang pejabat itu.     

"Berapa banyak uang masyarakat yang sudah aku makan Benjamin, benar-benar rakus." Tobias membatin dalam hati saat menekan bel rumah mewah Benjamin.     

Karena pada percobaan pertama tak ada yang membukakan pintu untuknya, Tobias lalu menekan bel untuk yang kedua kalinya namun kali ini ia menekan berkali-kali. Ia sudah tak sabar ingin bertemu dengan Benjamin dan menyelesaikan urusan dengannya, pasalnya masih banyak pejabat lain yang harus ia urus. Fernando benar-benar memberikan tugas besar untuknya kali ini.      

Saat kesabarannya hampir hilang tiba-tiba pintu rumah Benjamin terbuka dari dalam, melihat adanya kesempatan tak disia-siakan oleh Tobias. Ia langsung merangsek masuk ke dalam rumah mewah Tobias dan menutup mulut seorang pelayan yang baru saja membukakan pintu untuknya.     

"Hmmm hmmmm,"     

"Ssttt jangan berisik, kami bukan perampok. Kami ada urusan penting dengan majikanmu yang perampok itu, dimana Benjamin?"tanya Tobias dengan cepat pada pelayan yang mulutnya ia bekap.     

"Hmmm hhmmmpp,"     

Alih-alih menjawab pertanyaan dari Tobias pelayan itu justru berontak dan ingin melepaskan diri, melihat tuannya mengalami sedikit kesulitan dua orang anak buah Tobias langsung bertindak mereka maju dan meraih pelayan itu dari Tobias.       

"Nona aku sudah mengatakan sebelumnya bahwa aku tak ada masalah denganmu, aku datang kemari karena ingin menyelesaikan beberapa urusan dengan Benjamin Philippe tuanmu. Sekali lagi aku tanya di mana Benjamin Philippe sekarang?" tanya Tobias pelan sambil mengeluarkan sebuah pisau kecil dari balik jaket yang ia pakai untuk menakut-nakuti pelayan yang saat ini dipegang oleh dua orang anak buahnya.      

"Hhmm hmmm," Pelayan kecil yang ketakutan itu mencoba menjawab sambil menunjuk ke arah lantai dua.      

"Oh jadi tuhanmu saat ini sedang ada di lantai 2 tanya Tobias kembali.     

Sebuah anggukan kecil dari sang pelayan yang sedang dibekap dan tangannya diikat ke belakang itu membuat Tobias tersenyum.      

Tanpa bicara lagi Tobias kemudian naik menuju ke lantai dua bersama dengan empat orang pengawal yang tersisa, meskipun mereka sedang jalan bersama namun tak ada suara yang terdengar ketika menaiki tangga. Sesampainya dilantai dua Tobias mengangkat tangannya ke udara memerintahkan keempat pengawalnya berhenti, pasalnya samar-samar ia mendengar suara orang yang sedang bercinta.     

Dengan senyum tersungging Tobias berjalan menuju ke arah sumber suara, ia lalu mengeluarkan ponselnya dan merekam aktivitas seksual Benjamin Philippe dan dua orang wanita seksi yang sudah bisa ditebak mereka adalah wanita panggilan. Pasalnya saat ini istri dan anak Benjamin sedang ada di Montreal.      

Setelah dua menit berlalu akhirnya Tobias tak tahan melihat apa yang dilakukan oleh Benjamin, ia kemudian bertepuk tangan dengan keras setelah menyerahkan ponselnya kepada anak buahnya yang berdiri di belakangnya. Melihat kehadiran Tobias membuat Benjamin yang sedang menggagahi seorang wanita cantik nampak sangat terkejut, ia langsung melepaskan dirinya dari wanita cantik itu lalu meraih selimut yang ada di bawah kakinya untuk menutupi tubuhnya. Begitu pula dengan dua wanita cantik yang ternyata adalah model yang sedang meniti karir itu, sudah tak heran jika model seperti mereka melakukan hal seperti ini. Pasalnya para model memang banyak yang melakukan hal semacam ini untuk memuluskan langkahnya di dunia showbiz dengan melayani para pejabat seperti Benjamin.     

"Si-siapa kalian!! Beraninya menerobos masuk rumahku, cepat pergi atau kulaporkan pada polisi." Benjamin berteriak keras mengancam sang pembunuh berdarah dingin nomor satu di Ottawa.     

"Hahaha kau ingin melapor pada polisi, coba saja kalau kau bisa. Polisi Ottawa tak pernah berhasil menyentuhku sejak bertahun-tahun, tapi kalau aku ingin melaporkan pada polisi kenalanmu boleh saja. Aku mau lihat dia bisa menangkapku atau tidak," sahut Tobias menyombongkan dirinya sambil berjalan masuk ke dalam kamar mewah Benjamin bersama keempat anak buahnya yang sudah menunjukkan pistol mereka masing-masing.     

Mendengar perkataan pria asing yang ada di hadapannya membuat Benjamin menelan saliva dengan perlahan, ia merasa sangat tertekan dengan pria yang baru saja ia temui itu. Padahal pria itu tidak mengeluarkan senjatanya atau melakukan hal apapun, hanya ditatap dengan sorot mata tajamnya saja sudah membuatnya tak nyaman.     

"Si-siapa kau sebenarnya, suruhan siapa kau?!" hardik Benjamin kembali.     

"Ok karena kau sudah bertanya siapa aku maka aku akan menjawabnya, tapi karena ini adalah urusan penting antara kita berdua maka aku harus menyingkirkan dua gadismu ini terlebih dahulu. Aku tak mau mereka mendengar apa yang akan kita bicarakan," ucap Tobias pelan sambil menjentikkan jarinya yang merupakan sebuah kode untuk anak buahnya agar membawa dua model cantik yang sedang berpelukan diatas ranjang itu.      

Dua orang pengawal tobias pun langsung menjalankan perintah majikannya, mereka langsung membawa kedua model yang telanjang itu dengan cepat. Saat akan melewati pintu Tobias memerintahkan kedua wanita itu untuk mengambil pakaiannya terlebih dahulu, ia merasa jijik melihat ceceran sperma yang ada di tubuh mereka.      

Setelah dua model itu pergi Tobias kembali fokus kepada Benjamin Phillippe yang sedang berdiri menatapnya tanpa berkedip, ia lalu melemparkan sebuah file yang merupakan catatan rekening koran milik Benjamin yang membengkak dalam enam bulan terakhir ini.     

"Kau tak perlu tau aku diperintahkan siapa dan melayani siapa, yang pasti aku datang kemari ingin memberikan peringatan kepadamu untuk segera menghentikan aktivitas busukmu ini sebelum semuanya yang kau miliki ini aku habiskan. Kau tau bukan seorang pria yang bernama Tobias Dante tidak pernah main-main ketika sudah mengincar mangsanya," ucap Tobias setelah sambil menyalakan rokok di dalam kamar Benjamin.      

Glek     

Benjamin menelan salivanya secara perlahan saat mendengar nama Tobias Dante disebut, sebagai pengusaha ia sudah tak asing dengan nama itu. Nama yang ditakuti banyak orang karena jika sudah berurusan dengannya berarti tak ada jalan untuk kabur.     

"K-kau Tobias Dante itu?"tanya Benjamin tergagap.     

"Ternyata selain pintar membodohi masyarakat kau juga pintar mengenali wajah seseorang Benjamin, yang kau sebutkan itu benar aku adalah Tobias Dante. Satu-satunya pria di Ottawa yang tak pernah bisa tersentuh oleh polisi, kau tau bukan bagaimana kemampuanku selama ini? Atau kau ingin membuktikannya ? Silahkan hubungi polisi kenalanmu dengan menggunakan telepon rumah atau ponsel yang ada di atas nakas itu, aku akan dengan senang hati menunggu duduk disini menanti kedatangan para polisi yang kau telepon itu," jawab Tobias terkekeh.     

Bruk      

Benjamin langsung jatuh berlutut, kedua kakinya sudah tak bisa menahan berat tubuhnya karena sudah lemas ketika menyadari pria yang ada dihadapannya adalah Tobias Dante.      

"Sekali lagi aku ingin mengatakan tujuanku datang kemari Benjamin, aku datang atas perintah seorang pria yang aku layani selama bertahun-tahun. Aku ingin memperingatkan kepadamu untuk menghentikan aktivitas busuk itu dan kembalilah menjadi pejabat yang bersih yang melayani masyarakat dengan tulus, karena jika kau terus meneruskan perbuatanmu ini maka jangan salahkan aku jika dalam waktu 2 kali 24 jam ke depan semua harta yang kau miliki ini akan hilang dalam sekejap. Bahkan istri dan anakmu pun akan meninggalkanmu seorang diri Benjamin," ucap Tobias pelan sambil berjalan mendekati Benjamin yang duduk dilantai dengan wajah seputih kertas.     

"A-apa yang harus aku lakukan?"tanya Benjamin lirih.     

"Kembalikan uang yang kau dapat dari seorang pengusaha bernama Charles Hector jangan tanya kenapa alasannya, kalau kau masih ingin menghirup oksigen lakukan perintahku atau kau akan…"     

Krekkk     

Tobias tak menyelesaikan perkataannya karena ia menginjak sextoys milik Benjamin yang tergeletak dilantai sehingga alat berbentuk seperti penis itu hancur berserakan seketika karena kerasnya injakan yang dilakukan oleh Tobias.     

"I-iya Tuan saya mengerti, mohon ampun Tuan," sahut Benjamin dengan cepat sambil memegangi kejantanannya dengan cepat.     

Melihat Apa yang dilakukan oleh Benjamin membuat Tobias tertawa terbahak-bahak, ia kemudian melemparkan sebuah flashdisk berwarna hitam diatas ranjang.      

"Semua yang harus kau lakukan ada ada di dalam flashdisk itu, lihat dan lakukan petunjuk yang ada di dalamnya. Ingat pesanku tadi Benjamin, waktumu hanya 2 kali 24 jam saja untuk melakukan semua yang aku perintahkan. Dan satu hal lagi yang harus kau ingat adalah setiap mangsa yang sudah aku bidik pasti tak akan pernah bisa kabur dari tanganku Benjamin, walaupun dia bersembunyi ke neraka paling dalam sekalipun aku pasti akan menemukannya dan membuatnya hancur berkeping-keping seperti debu yang berterbangan," ucap Tobias kembali dengan setengah berbisik.     

"I-iya Tuan Tobias, saya mengerti. Saya mengerti Tuan," sahut Benjamin terbata-bata dengan keringat dingin yang mengucur jelas.     

Setelah mengatakan semua yang ingin Ia katakan Tobias kemudian pergi meninggalkan Benjamin, ia tak mau menghabiskan banyak waktu di rumah Benjamin karena masih memiliki lima belas orang lagi yang harus ia datangi hari ini.      

"Ayo kita lanjutkan permainan ini, kita tak boleh mengenakan Tuan." Tobias berkata lirih sambil berjalan keluar meninggalkan rumah Benjamin.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.