You Are Mine, Viona : The Revenge

Bayi ketiga



Bayi ketiga

0Karena tak mau membuat Fernando bangun Viona lalu berjalan dengan cepat menuju kamar mandi, ia ingin segera menyegarkan tubuhnya yang panas karena melihat tubuh Fernando.      
0

"Jadi begini rasanya, pantas saja Fernando terlihat menderita kalau aku tak mau melayaninya," ucap Viona pelan sambil menyalakan shower yang mengalirkan air dingin.     

Viona sengaja memilih mandi menggunakan air dingin, ia ingin mendinginkan seluruh tubuhnya yang terasa tak nyaman. Padahal sebelumnya ia ingin berendam di bathup, karena merasa sudah jauh lebih baik Viona lalu menyudahi acara mandinya. Dengan menggunakan piyama mandi miliknya yang memiliki warna yang sama seperti yang sedang dipakai sang suami Viona keluar dari kamar mandi.     

"Untunglah dia sudah memakai selimut, kalau tidak aku bisa gila," ucap Viona lirih sambil mengeratkan ikatan piyama mandinya.      

Karena tak mau membuat Fernando terbangun Viona berjalan dengan hati-hati sekali menuju lemari pakaiannya, ia mempercepat kegiatannya karena tak mau berlama-lama telanjang. Saat selesai memakai bra Viona menghentikan niatnya untuk memakai mini dress, perhatiannya teralihkan pada perutnya yang sudah mulai membuncit. Meskipun baru memasuki usia dua bulan, akan tetapi karena ia mengandung bayi kembar perutnya jadi terlihat lebih besar. Kedua matanya tiba-tiba berkaca-kaca saat mengingat kehamilan pertamanya dulu.     

"Apa kabar kau disana sayang, kau pasti bahagia bukan. Lihatlah nak, sebentar lagi kau akan menjadi seorang kakak. Dua adikmu kembar sayang, tolong lindungi kami dari atas sana ya. Sampaikan salam Mommy pada ibu Maria dan ibu Debora." Viona membatin lirih sambil menutup kedua matanya mengingat anak pertamanya yang sudah meninggal sembari meraba perutnya.     

Tanpa Viona sadari rupanya Fernando sudah bangun, ia bangun saat Viona keluar dari kamar mandi. Bahkan ia juga menyadari kalau istrinya sempat memandangnya cukup lama sampai akhirnya Viona memutuskan untuk pergi ke tempat penyimpanan pakaian.     

"Apa yang kau pikirkan?"tanya Fernando lembut tiba-tiba memeluk Viona dari belakang dan membuat Viona terkejut.     

"Babee…."     

"Kau berdiri didepan kaca sambil meraba perutmu dan memejamkan mata cukup lama, apa yang memanggu pikiranmu?"tanya Fernando kembali mempertegas pertanyaannya sambil menatap Viona dari pantulan kaca yang ada dihadapannya.     

Viona tersenyum mendengar perkataan Fernando, ia lalu meraih tangan Fernando menjauh dari perutnya karena ia ingin memeluk sang suami.     

"Aku hanya rindu, rindu pada anak pertama kita. Seandainya dia ada mungkin saat ini ia sudah bisa berlari, aku yakin dia pasti menjadi kakak yang baik untuk adik-adiknya," ucap Viona pelan sambil menyembunyikan wajahnya di dada Fernando.     

"Dia sudah bahagia disurga sayang, kau jangan lupa itu. Kita harus merelakannya, karena jika tidak ia pasti akan sedih kalau tau kau masih meratapi kepergiannya," sahut Fernando lembut, ia berusaha mengontrol emosinya agar Viona tak makin terpuruk dalam kesedihan.     

"Aku sudah merelakannya sejak hari pertama aku kehilangan dirinya babe, hanya saja saat sedang hamil seperti ini aku tiba-tiba mengingat dirinya yang pernah hidup di dalam rahimku selama empat bulan," ucap Viona kembali dengan suara parau.      

Menyadari Viona hampir menangis, Fernando lalu bangun melepaskan pelukan Viona di tubuhnya dan mendorongnya menjauh. Ia kemudian menatap kedua mata Viona yang sedikit basah.     

"Dengarkan aku sayang, aku tau kau sedih. Tapi kau juga harus sadar bahwa saat ini kau memiliki si kembar didalam perutmu, kalau kau terus meratapi kepergian kakak mereka aku yakin kedua anak kita pasti akan sedih. Maka dari itu aku mohon jangan berkata seperti itu lagi, anak pertama kita sudah bahagia saat ini di surga. Dan tolong jangan buat dia bersedih dengan tangis ratapanmu seperti ini, yang harusnya kau beri perhatian lebih saat ini adalah mereka," sahut Fernando dengan cepat sambil menyentuh perut Viona yang sedikit buncit.     

"Maaf, aku tak bermaksud seperti babe. Aku hanya…"     

"Aku tau, kau tak mau membuatnya sedih. Maka dari itu stop jangan pikirkan yang sudah berlalu, ingat pesan Profesor Erick sebelumnya. Kau tak boleh terlalu banyak pikiran, yang terpenting saat ini adalah kau menjaga kesehatanmu dan si kembar. Aku sudah tak sabar ingin bertemu mereka, oh ya bagaimana kalau kita sekarang muali hias kamar untuk mereka? Apa aku setuju sayang?"tanya Fernando dengan cepat mencoba untuk mengalihkan perhatian.     

"Menghias kamar?"tanya balik Viona bingung.     

"Iya, kita siapkan kamar untuk sikembar. Kita beli lemari pakaiannya, ranjangnya, permainannya dan yang paling penting warna cat kamarnya. Karena mereka adalah laki-laki kamar mereka harusnya di cat warna hitam," jawab Fernando penuh semangat.     

"Warna hitam, kau mau kamar anak-anak berwarna hitam?"tanya Viona kembali.     

"Iya,"jawab singkat Fernando.     

"Memangnya anakmu mau kau jadikan pemain sulap kamarnya diberi cat warna hitam, jangan mengada-ada Fernando!!! Kamar mereka berwarna biru langit dengan awan-awan dan beberapa binatang, supaya mereka bisa mengenal binatang sejak kecil," ucap Viona ketus sembari meraih mini dressnya dan langsung memakainya dengan cepat.     

"Babe, masa anak laki-laki warna cat kamarnya biru? Memangnya anak perempuan," protes Fernando dengan kesal.     

Alih-alih merespon perkataan Fernando yang masih membahas warna cat kamar untuk si kembar Viona memilih pergi ke meja rias untuk memakai skin care dan bodylotion, melihat Viona berjalan meninggalkannya membuat Fernando kesal. Ia lalu menyusul Viona dan duduk di ranjang sambil menatap Viona yang masih memakai produk kecantikan asal Perancis diwajahnya, walaupun sebenarnya masih kesal namun Fernando berusaha untuk tetap tenang. Ia tak mau membuat Viona terpancing emosi dan justru marah kepadanya.      

"Babe…"     

"Tidak ada ya Fernando, kamar anakku mana bisa berwarna hitam. Kamar mereka harus penuh warna dan menyenangkan, bukannya warna hitam," sahut Viona dengan ketus.     

"Mereka anak lelaki sayang, masa anak lelaki kamarnya berwarna biru. Tidak jantan sekali,"protes Fernando kembali, ia masih tak terima dengan usulan Viona mengenai warna biru untuk cat kamar anak mereka.     

Menyadari suaminya masih teguh pada pilihannya Viona lalu bangun dan meraih tablet miliknya yang ada diatas meja, ia lalu mengajak Fernando untuk duduk disofa yang ada didekat jendela. Dengan langkah gontai Fernando mengikut perintah sang istri, ia lalu duduk disebelah Viona dengan lemas.     

Senyum Viona tersungging saat melihat tingkah Fernando, ia lupa kalau suaminya adalah orang paling keras kepala didunia. Tanpa bicara lagi Viona lalu membrowsing contoh warna-warna cat untuk kamar anak lelaki, setelah menemukan beberapa warna yang dianggap cocok Viona lalu memberikan tabletnya pada sang suami yang masih merajuk.     

"Lihatlah, lucu-lucu bukan," ucap Viona pelan sambil berusaha menunjukkan tabletnya pada Fernando.     

"Lucu apanya, mana ada kamar anak lelaki berwarna…"     

Deg     

Fernando tak dapat menyelesaikan perkataannya saat melihat gambar yang ada di tablet Viona, tanpa bicara ia lalu meraih tablet yang ada ditangan Viona dan melihatnya sendiri. Ia lalu melihat gambar-gambar yang lain, senyum bahagianya pun mengembang saat melihat gambar-gambar itu.     

"Do you like it?"tanya Viona lembut.     

"Bagaimana bisa warna-warna cerah seperti ini terlihat sangat menakjubkan untuk kamar anak lelaki," ucap Fernando pelan sambil terus mengagumi contoh-contoh desain kamar anak lelaki yang baru ia lihat, Fernando yang selama ini berurusan dengan dunia bisnis tak pernah tau sama sekali dengan desain-desain kamar lucu dan menggemaskan seperti itu.     

Melihat Fernando fokus pada tabletnya membuat Viona menghela nafas panjang.     

"Sepertinya aku akan punya tiga bayi ini, bukan hanya dua," ucao Viona dalam hati.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.