You Are Mine, Viona : The Revenge

Sepasang mata yang tak asing



Sepasang mata yang tak asing

0Ammy baru pergi dari kantin setelah Cecilia, Louisa, Aurelie dan Anastasia pergi dari kantin. Ia mengikuti langkah Louisa dari jauh sambil menggenggam botol hitam yang berisi obat penggugur kandungan yang dulu ia berikan pada Viona, sasaran pertamanya adalah Louisa. Wanita yang dianggap sudah merebut Frank darinya, wanita yang berani mengandung anak Franklin Justin Willan. Darah Willan yang ia incar selama ini.      
0

"Ya, terus kan saja aktivitasmu itu Louisa. Sesaat lagi kau tak akan bisa meraba perut yang berisi bayi itu," ucap Ammy pelan sambil tersenyum lebar di balik maskernya sambil terus mengikuti langkah Louisa yang berjalan menuju ruang prakteknya.      

"Siang dok," sapa seorang suster ramah pada Louisa.     

"Selamat siang, selamat bekerja," jawab Louisa lembut dengan senyum manisnya.     

"Terima kasih dok, permisi dokter." Suster cantik bermata hijau itu berpamitan pada Louisa.      

Louisa lalu melanjutkan langkahnya menuju ke ruang prakteknya, ini adalah hari kelima ia kembali bekerja di rumah sakit setelah sebelumnya mengundurkan diri dari rumah sakit karena permasalahan pribadinya dengan sang suami. Setelah mengetahui kalau Viona cuti dalam batas waktu yang tak bisa ditentukan ia akhirnya mengusulkan diri untuk kembali bekerja pada profesor Franklin suaminya, pada awalnya professor Franklin menolak permintaannya untuk kembali bekerja karena ia khawatir dengan kondisi Louisa yang masih mengalami morning sickness yang parah. Namun profesor Franklin akhirnya mengizinkan Louisa kembali bekerja kembali setelah melihat kondisi rumah sakit dengan syarat Louisa tak boleh ikut dalam operasi apapun dan hanya bekerja di waktu midle saja yaitu mulai dari jam sembilan pagi sampai jam empat sore.      

Saat hampir sampai di ruangannya tiba-tiba langkahnya terhenti karena melihat profesor Frank berjalan ke arahnya dengan membawa sekotak susu rasa buah kesukaannya.      

"Sudah makan?"tanya profesor Frank lembut.     

"Iya Daddy, kaki sudah makan," jawab Louisa pelan sambil tersenyum.     

"Baguslah, ya sudah ini diminum dulu. Aku sengaja menyisihkannya untukmu," ucap Profesor Frank kembali sambil menyodorkan susu kotak rasa buah kepada Louisa yang berdiri di hadapannya.      

Dengan senyum tersungging Louisa meraih susu rasa leci dari tangan sang suami, ia kemudian meminumnya dengan cepat. Karena memang dia sangat menyukai rasa susu itu, melihat sang istri meminum susu yang ia bawa dengan cepat membuat profesor Frank tersenyum. Ia kemudian meraba perut Louisa yang sudah sedikit membuncit dengan penuh kasih, mengetahui Louisa hamil benar-benar membuat sikapnya berubah 360 derajat. Ia menjadi sangat lembut dan perhatian pada Louisa, sebuah sikap yang sangat dirindukan oleh Louisa selama ini.      

"Sudah kenyang sayang?"tanya profesor Frank pelan sambil meraba perut Louisa.     

"Sudah Daddy, aku sudah sangat kenyang. Tadi Mommy makan banyak sekali puding dan daging, aku benar-benar full dan sekarang ingin tidur," celoteh Louisa dengan cepat mengikuti gaya bicara anak kecil menjawab pertanyaan dari profesor Frank.     

Mendengar perkataan Louisa membuat profesor Frank terkekeh, ia senang sekali kalau mendengar Louisa bicara dengan nada seperti anak kecil itu.      

"Ya sudah kalau begitu…"     

Deg     

Profesor Frank tak dapat menyelesaikan perkataannya saat melihat sepasang sorot mata yang sangat ia kenal tengah menatapnya sejak tadi.     

"Ada apa?" tanya Louisa bingung saat melihat sang suami tiba-tiba berjalan melewatinya dan menatap ke arah lorong yang ada di belakangnya.      

"Entahlah ini hanya perasaanku saja atau bukan, aku merasa seperti sedang diperhatikan oleh seseorang sejak tadi," jawab profesor Frank dengan cepat.     

"Diperhatikan siapa? Aku tak melihat siapa-siapa disini." Louisa bertanya kembali dengan keheranan.     

"Entahlah sayang, tadi aku sekelebat melihat sepasang mata yang sangat aku kenal. Akan tetapi sangat mustahil ada orang itu disini," jawab profesor Frank kembali.     

"Mungkin kau sedang kelelahan jadi membayangkan sesuatu yang sebenarnya tidak ada, lebih baik jangan terlalu banyak mengambil tambahan shift sayang. Kau sudah terlalu banyak bekerja, kau butuh istirahat," ucap Louisa lembut.     

"Kau tau sendiri kan di rumah sakit sedang kekurangan tenaga dokter bedah sejak dokter Viona cuti, mau tak mau aku harus mengambil alih jadwal dokter yang sedang kosong itu. Aku tak mungkin membiarkan divisiku mengalami masalah apalagi saat ini sedang tidak ada Fernando di kota, kau tau kan seperti apa si brengsek itu ? Dia pasti akan menyalahkanku jika terjadi hal buruk dengan rumah sakit ini, Fernando tak aku nama rumah sakit Global Bros jelek dimata masyarakat," sahut profesor Frank kembali.      

Mendengar nama Fernando disebut membuat Louisa terdiam, ia tak bisa membantah perkataan suaminya karena ia sendiri juga tau siapa Fernando dan tak mau mencari masalah dengannya.     

"Ya sudah kalau begitu ayo kita jalan, jangan berdiri di tengah jalan seperti ini banyak orang yang melihat kita," ucap Louisa lembut sambil menggandeng lengan suaminya.      

Profesor Frank menganggukkan kepalanya perlahan merespon perkataan sang istri, ia kemudian melangkahkan kakinya bersama Louisa meninggalkan tempat dimana mereka berbicara menuju ke ruangan kerja Louisa karena jadwal praktek Louisa sudah hampir dimulai.      

Dari tempat persembunyiannya Ammy bisa mendengar semua perkataan mantan masternya bersama Louisa, emosinya makin memuncak ketika mendengar semua perkataan sepanjang suami istri yang akan menjadi orang tua itu. Apalagi saat ia tau kalau Viona sasaran utamanya kali ini ternyata cuti.     

"Ok Viona, kau mungkin bisa lolos dariku saat ini. Akan tetapi tidak ada keberuntungan lagi untukmu disaat kita bertemu lagi suatu saat nanti," desis Ammy kesal saat tau Viona cuti.     

Setelah berhasil mengontrol emosinya Ammy lalu keluar dari tempat persembunyiannya, ia kemudian berjalan dengan biasa di lorong rumah sakit. Karena ia adalah dokter tak ada yang sulit baginya untuk menyamar, beberapa kali ia menghentikan langkahnya untuk memeriksa beberapa pasien yang sedang didorong oleh suster menggunakan kursi roda. Ia berakting layaknya seorang dokter yang sangat perhatian kepada para pasiennya, para suster yang mendorong pasiennya masing-masing tak menyadari kalau yang ada di hadapannya saat ini adalah dokter yang sudah dipecat beberapa bulan yang lalu. Karena sudah biasa para dokter di rumah sakit Global Bros menggunakan masker ketika sedang berjalan di lorong, ini adalah sebuah hal lumrah yang tak asing lagi untuk para dokter sehingga para suster itu pun tak curiga sama sekali.      

"Terima kasih dokter," ucap beberapa orang suster kompak pada Ammy yang baru saja membetulkan posisi jarum infus di tangan dua pasien yang didorong menggunakan kursi roda.     

"Sama-sama," jawab Ammy ramah.     

"Permisi dok." Pamit dua orang suster itu bersamaan, mereka harus segera pergi ke taman untuk menjemur pasien yang sedang mereka bawa untuk mendapatkan sinar matahari.      

Ammy mengangguk kan kepalanya perlahan sambil tersenyum, ia lalu berbalik badan dan membeku saat melihat profesor Frank sedang berjalan ke arahnya. Ia tak mungkin kabur karena jika ia kabur maka akan membuat profesor Frank bertambah curiga dan ia tak mau kalau rencananya akan berantakan dan dirinya akan masuk penjara.     

"Tunggu, kau dokter dari bagian apa? Kenapa jam segini sudah berkeliaran di lorong!"hardik profesor Frank dengan suara keras pada Ammy.      

Deg     

Deg     

Jantung Ammy berdetak sangat cepat melihat profesor Frank berjalan dan bertanya padanya, ia yakin profesor Frank akan mengenali dirinya walaupun ia menggunakan masker.      

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.