You Are Mine, Viona : The Revenge

Isyarat yang tersirat



Isyarat yang tersirat

0Dengan hati-hati Fernando membaringkan tubuh sang istri di atas ranjang, Viona yang baru tidur satu jam saat akan landing di Montreal benar-benar tak terbangun sama sekali saat dipindahkan Fernando dari mobil. Lingkar hitam di bawah kedua matanya benar-benar menunjukkan kalau Viona sangat kurang tidur dan kelelahan, hal inilah yang membuat Fernando tak tega membangunkan sang istri.      
0

"Terima kasih Lucas bantuannya," ucap Fernando pelan sambil menepuk pundak Lucas yang baru saja membawakan lima koper besarnya dari dalam mobil.     

"Ini bukan apa-apa tuan,kalau begitu saya permisi Tuan. Selamat beristirahat,"jawab Lucas penuh hormat.     

Fernando menganggukkan kepalanya merespon perkataan Lucas, ia lalu berjalan menuju lift untuk mengantar Lucas. Lift pribadi Fernando merupakan satu-satunya jalan untuk bisa masuk ke dalam apartemen mewahnya untuk orang lain, namun Fernando mempunyai jalan lain yaitu melalui rooftop dimana sudah ada helikopter miliknya terparkir apik.     

Setelah Lucas pergi Fernando lalu melangkahkan kakinya menuju ruang kerja yang ada di sebelah perpustakaan untuk memastikan orang-orang Andy Kwan sudah meninggalkan area pemakaman Zevanya, dengan menggunakan laptop Fernando melihat area sekitar pemakaman Zevanya. Ia bisa mengakses kamera CCTV yang terpasang di sekitar area pemakaman Zevanya, ia sengaja memasang CCTV di area itu supaya memudahkan dirinya untuk melihat atau memantau keadaan makam jika ia rindu pada Zevanya. Karena kesibukannya dan Viona yang sangat padat tiap hari, Fernando belum berkesempatan untuk mendatangi makam sang putri. Bahkan selama ia kembali dari Perancis pun belum pernah sekalipun ia mendatangi area perbukitan yang sudah ia beli itu.     

"Maafkan Daddy Zeze, besok Daddy akan datang melihatmu. I love you my little Zeze,"ucap Fernando pelan sambil meraba layar laptopnya yang sedang mengambil gambar makan Zevanya.     

Saat akan mematikan laptopnya tiba-tiba Fernando melihat sebuah iklan yang menarik muncul di layar laptopnya, ia kemudian meraih ponsel yang ada di sebelah laptop dan terlibat pembicaraan cukup serius dengan seseorang. Setelah menutup ponselnya sebuah senyum tersungging di wajah Fernando saat menatap Viona yang sudah tertidur pulas di atas ranjang yang bisa ia lihat dari ruang tamu.     

"Nikmati jadi kecil dariku besok pagi babe," ucap Fernando pelan sambil tersenyum disamping ranjang dimana Viona tidur, ia kemudian berjalan menuju kamar mandi untuk mencuci wajahnya dan berganti pakaian untuk tidur.      

Fernando membiarkan Viona tidur dengan menggunakan dres, pasalnya dres yang dipakai oleh Viona adalah sejauh dres yang sangat nyaman dipakai untuk melakukan aktivitas apapun. Karena terbuat dari bahan satin lembut yang mirip dengan piyama tidur sehingga nyaman untuk digunakan untuk tidur. Setelah selesai mandi dan berganti baju Fernando kemudian berbaring di sebelah Viona untuk menyusul sang istri yang sudah terlelap, ia melingkarkan tangannya di perut rata Viona sambil mencium pipinya. Mereka tidur dengan posisi berpelukan seperti itu sampai pagi hari, sebuah posisi tidur baru yang menjadi favorit Fernando selama beberapa hari ini saat mereka berlibur di Paris.      

Sementara itu di rumah sakit Global Bros nampak Aurelie sedang memeluk profesor William sambil menangis tersedu-sedu pasca dilamar dengan cara seperti tadi oleh profesor William.      

"Terima kasih sudah menerima lamaranku honey,"ucap profesor William lembut sambil memeluk Aurelie dengan erat.     

"Kau menyebalkan, bukankah kau bilang belum mau menikah?! lalu kenapa kau melamarku seperti ini, aku kan tak punya persiapan hiks.."jawab Aurelie tersedu.     

"Pada awalnya aku memang belum siap untuk menikah namun kini aku menyadari suatu hal yang sangat penting,"sahut profesor William perlahan.     

Aurelie melepaskan pelukannya pada Profesor William, ia kemudian menatap pria tampan yang usianya terpaut lima tahun itu dengan bingung. Ia tak mengerti dengan arah pembicaraan kekasihnya itu, Profesor William yang paham dengan sikap Aurelie kemudian tersenyum. Ia lalu duduk di sofa yang sama dengan Aurelie sambil menggenggam erat tangan Aurelie yang sudah terpasang cincin berlian pemberiannya.      

"Hal apa?" tanya Aurelie penasaran.     

"Ayahmu sedang mengujiku," jawab Profesor William singkat sambil tersenyum.     

"Menguji bagaimana?" tanya Aurelie kembali dengan bingung.     

"Ayahmu menginginkan mu tinggal di Kanada asal tinggal bersamaku, lalu dia meminta cucu dari kita meskipun kita belum menikah bukan," jawab profesor William pelan.     

"Huum, itu yang Daddy katakan bukan,"sahut Aurelie dengan cepat.     

"Iya, tapi apa kau tau. Apa makna dibalik syarat yang ia berikan itu sebenarnya?" tanya profesor William kembali.     

Aurelie menggelengkan kepalanya merespon perkataan Profesor William, ia benar-benar tak mengerti dengan maksud perkataan pria yang ada di hadapannya saat ini. Pasalnya ia merasa perkataan sang ayah beberapa hari yang lalu terlihat biasa saja dan tak ada hal-hal yang mencurigakan atau aneh.      

Melihat respon yang diberikan oleh Aurelie membuat Profesor William tersenyum, ia terlihat mencoba menahan tawanya supaya tidak pecah agar tak membuat Aurelie tersinggung. Walaupun sebenarnya ia ingin sekali tertawa karena melihat betapa tugunya ekspresi Aurelie saat ini.      

"Ayahmu mengijinkanmu tinggal bersamaku dan meminta cucu dari kita berdua meskipun kita berdua belum menikah itu adalah sebuah permintaannya untuk aku agar menikahimu secepatnya, itu adalah sebuah permintaan tersirat dari ayahmu honey," ucap Profesor William perlahan sambil meraih tangan Aurelie dan menggenggamnya dengan erat.     

"Benarkah? tapi dia hanya…"     

"Itu adalah jawaban halus dari Daddy untuk menenangkan dirimu honey, padahal sebenarnya itu adalah sebuah isyarat yang ia berikan padaku untuk menikahimu. Maka dari itu ia mengatakan kalau ia tak masalah kita belum menikah asal kita memberinya cucu," imbuh Profesor William kembali dengan lembut.     

Wajah Aurelie memerah mendengar perkataan Profesor William, ia merasa malu saat menyadari kalau sang ayah ternyata memberikan isyarat pada profesor William.     

"Karena alasan itulah aku belum mau menyentuhmu, aku mau melakukan itu saat aku sudah mengikatmu," bisik profesor William lirih sambil mencium tangan Aurelie perlahan.     

Blush      

Wajah Aurelie memerah mendengar perkataan terakhir Profesor William, memang selama beberapa hari ini mereka tinggal bersama namun belum pernah sekalipun mereka bercinta. Profesor William hanya meraba-raba tubuhnya saja sampai membuatnya menggila.      

"Kau tak akan menyesal bukan menikah denganku?"tanya profesor William pelan.     

"K-kenapa kau bicara seperti itu?"tanya balik Aurelie terbata.     

"Aku hanya dokter biasa, sedangkan kau adalah putri orang terpandang di Mexico. Kau terbiasa hidup dengan kemewahan, aku takut aku tak bisa membuatmu bahagia kalau kau menikah denganku," jawab profesor William lirih.     

"Aku mencintaimu bukan melihat dari hartamu, jadi jangan berfikir macam-macam seperti itu. Aku hanya ingin hidup bahagia menjadi seorang istri dari pria yang aku cintai dan…"     

Suara Aurelie terhenti saat profesor William langsung mencium bibirnya dengan rakus, ia melumat bibir Aurelie dengan penuh hasrat yang membara. Tinggal bersama dengan Aurelie selama satu minggu ini benar-benar menguji imannya sebagai laki-laki.     

Saat Aurelie baru menikmati permainan lidah pria yang sudah menjadi calon suaminya itu, tiba-tiba Profesor William menghentikan ciumannya dan melaut Aurelie kaget. Ekspresi kekecewaan terlihat jelas di wajah Aurelie saat profesor William menyudahi ciumannya.     

"Jangan marah honey, kita bisa meneruskan permainan kita di rumah. Aku tak mau ada pengganggu lagi seperti yang dilakukan Dexter tadi," ucap profesor William lirih sambil meremas tangan Aurelie.     

Bersambung      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.