You Are Mine, Viona : The Revenge

Hymen



Hymen

0Viona terbangun karena merasa haus, saat membuka mata Viona akhirnya menyadari kalau ia ternyata sudah sampai di apartemen.      
0

"Sepertinya aku benar-benar kelelahan sampai tak menyadari kalau sudah sampai di apartemen," ucap Viona dalam hati sambil memijat kepalanya yang terasa sedikit berat.      

Brukk     

"Akhhhh…"     

Viona memekik kecil saat merasakan tangan besar Fernando melingkar ke perutnya dengan kasar, ia sontak menoleh ke arah kiri dan menemukan sang suami yang sedang tertidur pulas sambil memeluk dirinya dengan erat.     

"Benar-benar menyebalkan, kenapa saat sedang tidur pun kau terlihat tampan seperti ini Fernando. Terima kasih atas semua yang kau berikan padaku, aku sangat beruntung menjadi istrimu Fernando. Jangan hianati aku," gumam Viona lirih sambil membelai wajah Fernando yang sangat jantan dan gagah, ini adalah kali pertama Viona memuji sang suami padahal sebelumnya ia tak pernah memuji suaminya.     

Karena pelukan Fernando terasa sangat erat Viona akhirnya memilih untuk meneruskan tidurnya, ia lalu merebahkan kepalanya di lengan besar Fernando dan kembali memejamkan kedua matanya. Viona pun akhirnya tertidur dengan cepat saat menghirup aroma tubuh maskulin Fernando.     

Apartemen Profesor William     

Dengan senyum tersungging Aurelie berjalan di samping Profesor William yang baru saja melamar dirinya, setelah keluar dari mobil yang terparkir di basement Profesor William mengajak Aurelie masuk ke dalam lift yang akan mengantar mereka ke lantai 18 dimana unit apartemen Profesor William berada.     

Karena pernah mengalami peristiwa tak menyenangkan ketika sedang bercinta dengan mantan kekasihnya dan Fernando datang seenak hati tanpa permisi terlebih dahulu, Profesor William tak memberikan kode pintu apartemennya kepada Fernando. Ia tak mau mengalami hal serupa lagi di kemudian hari, apalagi saat ini ia sudah tinggal bersama Aurelie. Tak ada yang bisa menjamin kalau Fernando tak akan datang kembali ke apartemennya seperti dulu, Fernando adalah orang yang tak bisa ia tebak dengan mudah. Oleh karena itu Profesor William memilih cara ini untuk menjaga privasinya dari sahabatnya itu.     

Saat pintu lift terbuka di lantai 18, Profesor William tanpa permisi langsung meraih tubuh Aurelie dan langsung menggendongnya ala bridal style menuju ke unit apartemennya. Aurelie yang tak menyangka akan sikap Profesor William sempat memekik keras karena kaget, namun akhirnya ia menutup mulutnya dengan rapat menggunakan kedua tangannya saat sudah ada di gedongan Profesor William.     

"Belum saatnya kau berteriak," bisik Profesor William pelan sambil tersenyum.     

Wajah Aurelie memerah mendengar perkataan calon suaminya, ia hanya bisa diam tanpa bicara ketika Profesor William menggoda dirinya. Langkah kaki Profesor William terasa sangat cepat sehingga tak begitu lama kemudian mereka akhirnya tiba di depan kamar.     

"Open it," pinta Profesor William pelan.     

Tanpa bicara Aurelie kemudian menekan kombinasi angka yang merupakan kunci dari pintu apartemen, dalam percobaan pertama akhirnya pintu apartemen itu pun akhirnya terbuka. Dengan langkah mantap Profesor William masuk ke dalam apartemennya yang masih gelap gulita, sedikit cahaya dari air purifier yang terus menyala selama 24 jam justru memberikan kesan romantis. Karena sedang dimabuk asmara Profesor William meneruskan tujuannya menuju ke kamar tidurnya, dengan perlahan ia merebahkan tubuh Aurelie di atas tempat tidur. Walaupun mereka sudah tinggal bersama selama satu minggu terakhir namun baru kali ini profesor William membawa Aurelie masuk ke dalam kamarnya, pasalnya selama ini Aurelie tidur di kamar yang terpisah.     

Setelah Aurelie terbaring di atas tempat tidur Profesor William kemudian membuka kemejanya dan membuangnya begitu saja di lantai sehingga menampilkan deretan perut otot yang menggoda siapapun yang melihatnya, menjalani hidup sehat dan pola olahraga yang seimbang membuat tubuh Profesor William terlihat sangat atletis dan sempurna. Tanpa sadar wajah Aurelie memerah saat melihat kemolekan tubuh pria yang saat ini berdiri tepat di hadapannya, ia semakin terhenyak saat menyadari Profesor William mulai merangkak ke atas tubuhnya yang membuat mereka menjadi sangat dekat saat ini.     

"Kau tak menyesal bukan Aurelie?" tanya Profesor William kembali.     

"Untuk apa aku menyesal, aku aku benar-benar sudah tak bisa hidup tanpamu lagi William," jawab Aurelie terbata.     

"Bolehkah aku…"     

"Yes," sahut Aurelie dengan cepat, ia terlihat sangat gugup sekali saat mendengar perkataan Profesor William yang belum selesai bicara sehingga ia asal menjawab.     

Wajah Profesor William pun terlihat sangat senang mendengar jawaban Aurelie, ia lalu melancarkan ciuman pertamanya di leher jenjang Aurelie yang membuat Aurelie menggelinjang kegelian. Ciuman panas itu pun akhirnya mendarat ke ke arah dada Aurelie, ciuman Profesor William terhenti saat ia melihat bekas operasi yang cukup besar di dada sebelah kiri Aurelie yang mana itu merupakan luka yang membawa pertemuan mereka berdua.     

"Akhhh…"     

Aurelie sudah menutup mulutnya menggunakan tangan agar suara desahannya tak terdengar keluar ketika Profesor William mulai menjelajah sekitar dadanya, namun tetap saja ia tak bisa menahan dirinya untuk tak bersuara.     

Walau bagaimanapun ini adalah pengalaman pertamanya disentuh seperti itu oleh laki-laki, menjadi anak dari orang penting di Meksiko membuat Aurelie mendapatkan penjagaan super ketat oleh anak buah sang ayah sehingga ia benar-benar terjaga pergaulannya. Bahkan laki-laki yang ingin mendekati dirinya pun nampak berpikir dua kali, karena tak berani mencari masalah dengan Tuan Taylor yang terkenal akan kebengisannya sehingga Aurelie hanya memiliki sedikit teman pria saja.     

Saat berhasil membuka pakaian Aurelie Profesor William langsung menjelajah kedua payudara sintal milik Aurelie yang terlihat sangat menantang, karena tubuh Aurelie yang tinggi dan kurus kedua payudaranya tak terlalu besar. Namun tetap saja hal itu membuat Profesor William bernafsu, dengan rakus ia menyesap kedua puting payudara Aurelie secara bergantian. Mendapatkan perlakuan seperti itu dari Profesor William membuat Aurelie menggila, ia berkali-kali menjambak rambut Profesor William secara tanpa sadar.     

"I love you Aurelie," bisik Profesor William lembut ke telinga Aurelie saat ia menyudahi permainannya di kedua payudara Aurelie yang kini sudah memiliki banyak tanda kepemilikan yang ia buat.     

"I love you too," jawab Aurelie terengah-engah, nafasnya putus-putus seperti baru saja berlari. Melihat ekspresi yang diberikan oleh Aurelie membuat Profesor William terdiam beberapa saat, ia merasa kalau kekasihnya ini baru pertama kali mendapatkan sentuhan seperti ini.     

"Are you still a virgin?" tanya profesor William pelan.     

Alih-alih menjawab pertanyaan sang calon suami Aurelie justru menangis sesegukan secara tiba-tiba dan hal ini membuat Profesor William bingung.     

"Kenapa kau menangis? aku bukan sedang menghakimimu, aku menerima dirimu apapun kondisimu. Aku tak peduli kau masih perawan atau sudah punya anak sekalipun, yang aku cintai adalah Aurelie Jasmine Luther yang sangat baik. Aku mencintai kepribadianmu, mencintai sikapmu, mencintai semua yang ada di dalam dirimu. Tanpa melihat dirimu masih perawan atau tidak, karena bagiku selaput dara hanyalah sebuah membran tipis yang tidak bisa dijadikan tolak ukur kesetiaan seorang wanita," ucap Profesor William dengan lembut mencoba untuk menenangkan Aurelie yang terlihat shock saat ia bertanya tentang kesuciannya.     

"Aku belum pernah bercinta tapi aku pernah mengalami perdarahan karena…"     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.