You Are Mine, Viona : The Revenge

Pengakuan Louisa 1



Pengakuan Louisa 1

0Viona menjatuhkan handuk kecil yang ia pegang di tangannya saat mendengar perkataan dokter Louisa yang mengatakan kalau dirinya saat ini sedang hamil, ia bahkan sempat terdiam beberapa saat sebelum akhirnya kesadarannya kembali.      
0

"Aku hamil dok hikss...aku hamil hu hu bagaimana bisa aku melewati semua ini sendirian, aku tak mampu jika harus berjuang sendiri untuk anak ini hu hu hu," tangis dokter Louisa akhirnya pecah saat ia tak mampu menahan dirinya lagi, rasanya beban berat dipundaknya begitu kuat menekannya saat ini.     

"K-kapan kau mengetahuinya?" tanya Viona lirih.     

"Sore hari setelah sidang perceraianku selesai, saat akan mandi aku melihat ada bercak darah di celana dalamku yang yang terlihat tak biasa," jawab dokter Louisa terbata.     

"Frank, apa kau sudah memberitahu Frank mengenai kondisimu? dia harus tau kalau saat ini kau mengandung keturunannya," ucap Viona dengan suara meninggi.     

Dokter Louisa menggelengkan kepalanya perlahan merespon perkataan Viona, ekspresinya kembali berubah ketika Viona menyebut nama Frank dihadapannya.      

"Pada malam hari di saat kami akan bercerai dia mengirimkan pesan kepadaku, dalam pesan itu ia mengatakan tak mau berurusan lagi denganku setelah kami berpisah. Dalam kamus hidup Franklin tidak ada yang namanya kembali lagi bersama dengan wanita yang pernah mengisi hari-harinya, mengingat hal itu membuatku sangat sedih. Kini aku menyesali kebodohanku yang tanpa berpikir panjang meminta cerai darinya, aku benar-benar menyesal sekarang dokter. Seandainya aku bisa kembali ke waktu itu aku pasti tak akan meminta cerai darinya," sahut dokter Louisa sesegukan.     

Viona kemudian memeluk dokter Louisa yang kembali menangis untuk kesekian kali, sebagai seorang wanita ia ikut sedih dan prihatin atas apa yang menimpa dokter Louisa. Sebagai seorang wanita yang pernah hamil dan kehilangan bayinya membuat Viona merasa ikut sakit dan sedih atas apa yang sedang dialami oleh rekan kerjanya itu, namun ia tak bisa berbuat banyak karena ini adalah masalah rumah tangga dokter Louisa dan Franklin yang bukan menjadi urusannya. Walau bagaimanapun ia adalah orang luar yang tak berhak ikut campur atas apa yang sudah terjadi di dalam kehidupan Louisa dan Franklin, apalagi ditambah saat ini status mereka sudah bukan suami istri lagi.      

Tak lama kemudian Viona melepaskan pelukannya dari tubuh dokter Louisa, ia terlihat meraih sebuah stetoskop yang berada di atas meja. Tak lama kemudian ia melakukan pemeriksaan pada dokter Louisa yang terlihat masih sangat sedih itu, Viona ingin memastikan bahwa kondisi janin didalam rahim dokter Louisa baik-baik saja mengingat kondisi sang ibu yang terlihat tidak stabil saat ini. Walaupun dirinya bukanlah dokter ahli kandungan namun Viona sedikit mengerti tentang kondisi ibu hamil, apalagi dirinya juga pernah hamil sebelumnya. Senyumnya sedikit tersungging saat mengetahui bahwa kondisi dokter Louisa ternyata jauh lebih kuat daripada dugaannya, ia kemudian meraih nampan makanan yang nampaknya baru diantar oleh seorang petugas layanan kamar.     

"Aku tak lapar dok," ucap dokter Louisa perlahan menolak suapan dari Viona.     

"Aku tau kau tidak lapar, ingatlah satu hal dok. Di dalam tubuhmu saat ini sudah ada seorang bayi yang tidak bersalah dan tidak mengerti permasalahan kedua orang tuanya, apa kau tega menyakiti bayi yang tidak berdosa itu?" tanya Viona perlahan sambil menatap tajam dokter Louisa tanpa berkedip.      

Air mata dokter Louisa kembali menetes dengan deras mendengar perkataan Viona, diingatkan mengenai keberadaan sang anak yang ia harapkan selama ini membuatnya lemah. Viona pun ikut terharu melihat dokter Louisa menangis seperti itu, ia terlihat mengangkat wajahnya ke atas mencoba untuk menahan air matanya agar tidak keluar. Ia tak mau dokter Louisa melihat dirinya menangis, karena jika hal itu terjadi maka dokter Louisa akan kembali sedih. Yang dibutuhkan dokter Louisa saat ini adalah dukungan terbaik dari orang-orang yang ia kenal dan saat ini hanya dirinyalah yang ada di samping dokter Louisa.      

Dengan lembut Viona menyeka air mata dokter Louisa menggunakan tisu yang tak jauh dari tempatnya berada, tak lama kemudian ia pun mulai menyuapkan makanan ke dalam mulut dokter Lisa agar dokter Louisa memiliki tenaga untuk beraktivitas. Saat Viona sedang menyuapinya makan dokter Louisa tak mengalihkan pandangannya sedikitpun dari Viona, raut penyesalan benar-benar terlihat di wajah dokter Louisa.     

"Sudah dok, aku sudah kenyang," ucap dokter Louisa perlahan menolak suapan dari Viona.     

"Kau yakin sudah kenyang?" tanya balik Viona perlahan pada dokter Louisa, ia masih belum puas memberikan makan kepada dokter Louisa. Pasalnya makanan yang ada di pangkuannya saat ini baru setengah saja yang berhasil berpindah ke dalam tubuh dokter Louisa.      

"Iya dok, aku tak bisa makan lebih banyak lagi. Rasanya perutku sudah sangat penuh sekali," jawab dokter Louisa jujur.     

"Ya sudah kalau begitu aku tak akan memaksamu, yang penting sudah ada makanan yang masuk ke tubuhmu. Setidaknya itu bisa menjadi sumber energimu untuk saat ini," ucap Viona lembut sambil memberikan segelas air putih kepada dokter Louisa.      

Dokter Louisa menerima gelas yang diberikan oleh Viona dan langsung menenggaknya dengan cepat, Viona lalu meraih gelas yang isinya sudah kosong dari tangan dokter Louisa dan meletakkannya kembali ke atas meja yang ada di sampingnya dengan piring bekas makan dokter Louisa.     

"Apakah aku boleh memberitahu kondisimu ini pada Franklin dok?" tanya Viona pelan.     

"Jangan dokter jangan beritahu kan masalah kehamilanku pada Franklin, aku tak mau lagi jadi wanita yang bodoh lagi. Aku tak mau hanya mendapatkan belas kasihan darinya, aku tak mau dokter," jawab dokter Louisa terisak.      

"Belas kasihan, maksudnya apa dengan belas kasihan?" tanya Viona dengan cepat ia sepertinya berhasil menemukan sebuah pertanda dari masalah yang sebenarnya menimpa Profesor Frank dan dokter Louisa.     

Alih-alih menjawab pertanyaan Viona dokter Louisa justru menunduk ke bawah cukup lama tanpa bersuara, ia terlihat sedang berpikir untuk mengatakan semua keresahan hatinya pada Viona atau tidak.      

"Kenapa kau diam dokter…"     

"Aku tau kalau Franklin masih sangat mencintaimu dokter, aku tau ternyata Franklin menikahiku karena permintaanmu. Walaupun ia dan Amelia Smith pernah terlibat hubungan yang sangat rumit di belakangku namun rasanya tidak sesakit saat aku menemukan buku hariannya yang berisi semua ungkapan hatinya kepadamu yang sesungguhnya dok, saat aku membaca tulisan tangannya yang menyebutkan bahwa kami menikah atas permintaanmu rasanya sangat sakit sekali dok. Ternyata selama ini dia menikahiku bukan karena dia mencintaiku, dia hanya mengasihaniku saja. Rasanya sangat sakit sekali saat mengetahui suami yang sangat aku cintai tak pernah memiliki perasaan yang sama sepertiku, aku lelah berjuang sendiri mempertahankan hubungan kami sementara dia tak pernah memiliki komitmen yang sama. Maka dari itu aku memutuskan untuk berpisah darinya, aku ingin melupakan semua rasa sakit hatiku dengan menjauh darinya. Akan tetapi ternyata Tuhan tak mengijinkan aku untuk melupakan dirinya, Tuhan justru menitipkan seorang anak di dalam diriku anak yang selama satu tahun terakhir ini aku dambakan kedatangannya dalam pernikahan kami. Aku tak tau harus berbuat apalagi saat ini dokter, yang aku tau aku tak ingin Franklin mengasihaniku kembali untuk yang kesekian kali karena aku memiliki bayinya di dalam diriku. Aku tak membutuhkan rasa kasihan itu aku tak membutuhkannya dokter," ucap dokter Louisa lirih dengan air mata yang sudah menganak sungai membasahi wajahnya memotong perkataan Viona.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.