You Are Mine, Viona : The Revenge

Viona sang penenang



Viona sang penenang

0Mendengar sang adik menyebut nama istrinya membuat Fernando membatalkan niatnya untuk menerkam Viona, ia langsung bangun dari sofa dan mendekati ranjang lalu menyentuh kening sang adik yang sudah basah dengan keringat.     
0

"Frank demam tinggi babe," ucap Fernando khawatir.     

"Its ok, bagus kalau dia demam. Itu artinya tubuhnya sedang melawan bakteri yang mungkin sudah masuk ke tubuhnya melalui lukanya tadi," jawab Viona sambil tersenyum.     

"Tapi ini panas sekali tubuhnya, aku takut dia akan kejang," sahut Fernando dengan cepat.     

"Adikmu bukan bayi yang akan kejang ketika deman, ini adalah hal yang normal kau tak usah khawatir apalagi dia sudah terlalu banyak minum juga. Kau tak usah khawatir yang berlebihan seperti itu," bisik Viona lembut mencoba menenangkan Fernando yang terlihat sangat khawatir.     

Fernando terdiam mendengar perkataan Viona, walau Frank sudah hampir berusia 30 tahun tapi tetap saja tak tenang melihat kondisi sang adik. Wajah Frank yang memerah dan dipenuhi keringat dingin membuat Fernando khawatir, tanpa bicara ia bangun dari ranjang dan berjalan keluar menuju dapur. Melihat Fernando pergi ke dapur membuat Viona tersenyum, ia lalu meraih tangan adik iparnya itu untuk memeriksa nadinya. Senyum Viona tersungging saat mengetahui kalau sang adik ipar masih dalam kondisi yang normal, saat akan bangun dan menyentuh dahi Franklin tiba-tiba saja Fernando masuk dan membuat Viona membatalkan niatnya.     

"Apa yang ingin kau lakukan?" tanya Viona kaget saat melihat Fernando sudah datang dengan membawa semangkok besar air es beserta handuk kecil.     

"Mengompresnya," jawab Fernando singkat.     

"Menggunakan air dingin?" tanya Viona kembali.     

"Yes," jawab Fernando pelan sambil memasukkan handuk ke dalam mangkuk yang berisi air dan beberapa balok es.     

Namun saat Fernando akan meletakkan handuk basah itu di kening Franklin tiba-tiba tangan Viona menahannya dengan cepat.     

"Babe apa yang kau lakukan!!!" pekik Fernando dengan keras disertai tatapan penuh kemarahan.     

"Di pusat otak, ada hipotalamus yang bertugas mengatur suhu tubuh. Ketika ada infeksi virus atau bakteri, maka sistem kekebalan tubuh akan merespon dengan menaikkan suhu tubuh. Tujuannya adalah supaya virus atau bakteri tidak bisa bertahan dalam tubuh. Ketika sedang demam tinggi atau bahkan jika sampai menggigil sekalipun sebenarnya tubuh sedang berperang melawan virus atau bakteri. Jadi demam adalah hal yang baik untuk tubuh, asalkan tidak terlalu tinggi dan jika diperlukan untuk mengompres lebih baik dengan menggunakan kompres panas," ucap Viona dengan suara meninggi.     

Fernando terdiam mendengar perkataan sang istri, perlahan ia menarik tangannya dan membatalkan niatnya untuk mengompres kening sang adik. Perlahan Viona meraih wajah Fernando yang terlihat kecewa dan mendaratkan sebuah ciuman di bibirnya dengan mesra.     

"Tenanglah, dia bukan anak kecil lagi. Dia sudah dewasa, kau tak usah terlalu khawatir. Ada aku yang akan ikut menjaganya, kau tak sendirian lagi menjaga adikmu," bisik Viona pelan sambil menyeka bibir Fernando yang baru saja ia cium.     

"Melihatnya sakit seperti ini mengingatkanku dengan kejadian berpuluh tahun lalu saat kami masih kecil, hanya ada aku yang merawatnya. Sedangkan Daddy pergi menikmati malam bersama jalang-jalangnya," jawab Fernando lirih dengan mata berkaca-kaca.     

"Aku tau, makanya itu kau tenang. Semuanya akan baik-baik saja, aku punya obat yang paling mujarab untuk Franklin, " ucap Viona dengan cepat sambil tersenyum penuh arti.     

"Obat apa?" tanya Fernando penasaran.     

"Kau akan tau nanti," jawab Viona singkat sambil menarik tangan Fernando pergi menjauh dari ranjang Franklin.     

Fernando yang masih berat meninggalkan ranjang sang adik hanya bisa menuruti ajakan sang istri, ia keluar dari kamar Franklin dan berjalan menuju ke meja makan dengan patuh. Setelah Fernando duduk di kursi Viona kemudian pergi ke pantry dan membuatkan teh hangat untuk suaminya supaya suaminya itu lebih tenang.     

"Frank baik-baik saja kan?" tanya Fernando tiba-tiba sambil memeluk Viona dari belakang dan hampir membuat gelas yang dipegang Viona jatuh.     

"Babe...kau membuatku kaget, aku sedang di dapur," pekik Viona ketus dengan suara meninggi.     

"Aku takut, sebrengsek apapun Frank. Dia adikku satu-satunya," ucap Fernando lirih dengan suara bergetar.     

Mendengar perkataan Fernando membuat Viona terdiam beberapa saat, belum pernah ia mendengar Fernando berbicara sesedih ini saat membahas orang lain. Bahkan nafas Fernando pun terasa sangat berat terdengar ditelinga Viona.     

"Dia akan baik-baik saja, kau tenanglah. Aku dokter babe, aku jamin Franklin akan kembali seperti sedia kala," jawab Viona lembut sambil menyentuh tangan Fernando yang sedang melingkar di perutnya.     

"Lepaskan pelukanmu aku akan membuat teh hangat untukmu," imbuh Viona kembali.     

Alih-alih melepaskan pelukannya Fernando justru mengeratkan pelukannya di tubuh Viona sampai akhirnya tiba-tiba ia langsung melepaskan pelukannya dari tubuh sang istri dan langsung membalikkan tubuh Viona menghadap ke arahnya.     

"Babe..."     

"Jangan Fernando, kita sedang di apartmen adikmu. Jangan lakukan itu disini," pekik Viona dengan cepat, ia sepertinya bisa paham dengan tatapan sang suami.     

"Tapi, hanya itu yang bisa membuatku tenang," sahut Fernando memelas.     

Wajah Viona memerah mendengar perkataan Fernando, ia tau apa yang ada dalam otak suaminya saat ini. Dan ia juga tau kalau Fernando adalah orang yang paling tak bisa menahan hasratnya jika ia sudah on fire seperti saat ini.     

"Please jangan menolakku," pinta Fernando lirih sambil berusaha meraba paha bagian dalam Viona yang sudah ia tahan menggunakan kakinya.     

"Babe..ini bukan rumah kita," jawab Viona pelan.     

"Aku akan bermain cepat, janji," sahut Fernando dengan cepat.     

"Ok, do it and faster," ucap Viona singkat, ia akhirnya mengalah karena tak tega melihat Fernando memohon seperti itu padanya.     

Kedua mata Fernando langsung berbinar-binar mendengar perkataan Viona, tanpa menunggu lama ia langsung mengangkat Viona menuju ke sofa yang ada di ruang tamu apartemen sang adik. Tak lama kemudian suara desahan Viona terdengar lirih karena ia menutup mulutnya menggunakan tangannya saat Fernando mulai memacu tubuhnya, tempo permainan Fernando memang cepat sesuai dengan janjinya saat di pantry namun itu justru membuat Viona menggila. Justru ia yang pertama kali mendapatkan puncak kenikmatan saat Fernando masih menikmati permainnya, saat tempo gerakan maju mundur Fernando makin cepat akhirnya Viona tak kuat menahan dirinya untuk tak berteriak. Namun saat ia melepaskan tangannya dari bibir dan bersiap mengeluarkan suara Fernando langsung mencium bibirnya dengan cepat menahan Viona agar tak berteriak, Fernando tau kalau Viona menikmati permainnya dan biasanya jika hal itu terjadi maka ia akan berteriak keras saat akan mencapai orgasme kembali. Maka dari itu Fernando bertindak cepat dengan mencium bibir istrinya, tak lama kemudian cairan hangat pun mulai memenuhi rahim Viona saat Fernando mencapai puncak kenikmatannya.     

"A-aku mencintaimu Viona..sangat mencintaimu," ucap Fernando pelan dengan nafas terputus-putus sambil menatap Viona yang masih ada dibawahnya.     

"Terima kasih untuk tak pernah menolakku," imbuh Fernando kembali.     

"Cepat bangun, kau berat,"jawab Viona lirih.     

Fernando tersenyum mendengar perkataan sang istri, ia kemudian melepaskan dirinya dari tubuh Viona. Tanpa memakai celana panjang terlebih dahulu Fernando menggendong Viona menuju kamar mandi yang tak jauh dari tempat bercinta mereka, karena Viona menggunakan mini dres tak sulit bagi Fenando untuk melampiaskan birahinya.     

Tak lama kemudian Fernando keluar dari kamar mandi sambil merangkul Viona yang masih lemas, make up Viona pun sudah berantakan begitu juga dengan rambutnya. Fernando hanya tersenyum melihat istrinya kelelahan, saat sudah selesai memakai celana panjangnya kembali Fernando mendekati Viona yang sedang duduk bersandar di sofa.     

"Jangan pernah pakai mini dress lagi kalau tak mau membangunkan hasratku," bisik Fernando pelan menggoda Viona.     

"Kau...!!!"     

Brakkk     

Pintu apartemen Franklin terbuka dengan sangat keras dari luar secara tiba-tiba mengagetkan Viona dan Fernando yang sedang duduk di sofa.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.