You Are Mine, Viona : The Revenge

Lawan seimbang



Lawan seimbang

0Hari yang dinanti oleh Viona akhirnya datang, hari ini ia akan diperkenalkan secara resmi dihadapan semua staff rumah sakit di ruang breefing utama. Sejak pagi ia sudah bangun dan membuat sarapan untuk dirinya sendiri pasalnya Fernando masih ada dirumah sakit, pada hari pertamanya bekerja di rumah sakit Viona sengaja memakai pakaian terbaiknya dengan riasan wajah yang tipis namun tetap menunjukkan kecantikkannya. Viona memakai rok diatas lutut dari chanel berwarna hitam dan ia padankan dengan kemeja blouse putih ruffled yang membuatnya terlihat lima tahun lebih muda dari usianya yang akan memasuki 27 tahun, bahkan Justin yang menjemputnya di pun terkesima melihat penampilan Viona yang sangat berbeda.     
0

"Morning Justin, kau mau sarapan?" tanya Viona pelan sambil menikmati segelas almond milk hangatnya.     

"Tidak nyonya terima kasih, saya tadi sudah meminum kopi sebelumnya," jawab Justin menolak tawaran Viona.     

"Tidak baik minum kopi terlalu banyak, kau harus isi perutmu dengan makanan sebelum minum kopi," ucap Viona pelan.     

"Iya nyonya saya mengeri, terima kasih atas masukan anda," sahut Justin singkat sambil menunduk, ia tak bisa lebih lama menatap sang nyonya yang terlihat sangat berbeda itu.     

Viona hanya tersenyum mendengar perkataan sang asisten pribadi suaminya, ia lalu berjalan menuju pantry untuk meletakkan piring bekas makannya. Ia lalu meraih jas kebesarannya yang ia letakkan di sofa bersama dengan tas chanel terbaiknya, setelah itu Viona berjalan menuju lift dengan anggun. Di dalam lift Viona sibuk dengan ponselnya, ia memeriksa jadwal yang diberikan profesor William. Sementara itu Justin sedang menahan dirinya untuk tak menoleh ke arah sang nyonya, sebagai seorang pria normal ia sedikit tergoda ketika melihat istri dari tuannya yang nampak sangat berbeda dari yang selama ini ia kenal.     

Sesampainya di basement Justin langsung keluar dari lift mendahului sang nyonya menuju mobil yang sudah terparkir apik di temapt parkik khusus Fernando, beberapa orang bodyguard langsung membantu membukakan pintu untuk Viona. Setelah Viona masuk Justin langsung memacu mobilnya menuju ke rumah sakit Global Bross, sepanjang perjalanan tak terjadi percakapan antara Viona dan Justin pasalnya Viona sedang sibuk mempelajari berkas pasien yang diberikan profesor William, sebagai dokter bedah utama ia harus memahami setiap kasus yang sedang ditangani para dokter di divisi bedah. Sebuah kebiasaan yang tak hilang darinya sejak dulu.     

Tiga puluh menit kemudian mobil yang dibawa Justin akhirnya sampai di rumah sakit Global Bros, dengan cepat ia keluar dari mobil dan membantu membukakan pintu untuk sang nyonya. Namun saat akan berjalan ke arah pintu belakang rupanya sang nyonya sudah membuka sendiri pintunya, ia lalu keluar dengan cepat tanpa dibantu Justin.     

"Tak usah terlalu formal Justin, Fernando tak ada disini," ucap Viona pelan menahan tawa.     

"Iya nyonya saya mengerti, tapi ini sudah menjadi bagian dari tugas saya nyonya,"jawab Justin dengan cepat.     

"Jobdesk mu adalah asisten pribadinya bukan supir, jadi kau tak perlu bersikap seperti itu padaku," sahut Viona kembali sambil meletakkan jas putihnya ke lengan kirinya.     

Justin hanya terdiam mendengar perkataan sang nyonya, ia tak berani menatap sang nyonya karena takut. Tak lama kemudian Viona langsung masuk ke dalam rumah sakit dengan anggun, saat Viona berjalan menuju ke ruangannya banyak dokter muda dari divisi lain yang terkesima melihat istri dari pemilik rumah sakit itu. Mereka yang belum mengetahui identitas Viona tak berhenti mencuri pandang ke arah Viona tanpa berkedip.     

"Apa itu dokter baru?"     

"Apakah ada artis yang pindah profesi ?"     

"Divisi apa ya?"     

"Pasti menyenangkan kalau dia bergabung dengan divisi penyakit dalam ha ha ha,"     

"Cantik, sangat cantik aku tadi bahkan hampir mengejarnya,"     

Profesor Frank yang baru datang bersama sang istri dokter Louisa mengangkat satu matanya saat mendengar perkataan para dokter muda itu, ia kemudian berdiri dibelakang para dokter muda itu dengan melipat tangannya di dada.     

"Apakah ini yang kalian pelajari selama di kampus?" tanya profesor Frank dingin.     

Kelima dokter muda yang tadi membicarakan Viona langsung menoleh ke sumber suara, mereka langsung menutup mulutnya rapat ketika melihat profesor Frank berdiri dibelakang.     

"Kenapa diam?" tanya profesor Frank lagi dengan suara meninggi.     

"Proff sudahlah jangan...     

"Mereka harus tau etika seorang dokter yang baik seperti apa dokter Louisa sehingga kedepannya tak akan bersikap seperti ini lagi dok," ucap profesor Frank ketus memotong perkataan dokter Louisa sang istri, ketika dirumah sakit mereka akan bersikap profesional dengan menyebut gelar masing-masing walaupun mereka suami istri.     

"Maaf prof," sahut kelima dokter muda yang ada dihadapannya kompak.     

"Aku akan memaafkan kalian setelah kalian membuat laporan tiga pasien dan bawa kehadapanku sebelum jam makan siang, itupun kalau kalian masih mau bekerja dirumah sakit ini," jawab profesor Frank dingin.     

"Baik prof, akan kami kerjakan. Kami permisi prof," sahut kelima dokter muda itu tergagap, tak lama kemudian mereka pergi meninggalkan profesor Frank dan dokter Louisa untuk mengerjakan apa yang diminta sang profesor .     

Ketika kelima dokter muda itu pergi profesor Frank langsung mencengkram kuat lengan dokter Louisa dan menatapnya tajam.     

"Kau sudah lama jadi dokter Lou, jangan bersikap seperti dokter baru. Aku paling tak suka dibantah saat sedang memberikan hukuman pada dokter muda seperti mereka Lou, sadarlah kau hanya dokter biasa yang tak bisa membantah seorang profesor sepertiku. Kalau kau tak mau belajar dan terus berdiam dalam posisimu yang sekarang ini maka jangan kaget kalau suatu saat kau akan terkejar lagi oleh dokter muda seperti mereka Lou," ucap profesor Frank dingin.     

"Raihlah gelar profesormu atau minimal kau setara dengan dokter Viona baru kau bisa membantahku," imbuh profesor Frank kembali sambil melepaskan tangan dokter Louisa yang notabene adalah istrinya sendiri, setelah berkata seperti itu ia meninggalkan dokter Louisa begitu saja tanpa menoleh. Ia masih kesal pada dokter Louisa yang gagal dalam tes pertama pendaftaran calon profesor muda dan ini adalah yang ketiga kalinya ia gagal di tahap pertama sama seperti dokter Cecilia yang juga gagal dalam tes seleksi tahap pertama, padahal profesor Frank sudah berharap banyak pada istrinya itu bisa lulus dalam seleksi dan bisa mengikuti seleksi lanjutan untuk pemilihan calon profesor selanjutnya namun rupanya harapannya harus sirna karena istrinya gagal dalam tahap pertama.     

"Aku memang tak sehebat dokter Viona, aku tak sepintar dirinya. Tapi bisakah kau berhenti membandingkan aku dengan orang lain Frank, aku istrimu Frank. Lagipula tes pemilihan profesor itu juga diikuti para dokter senior, kalau misalkan aku gagal dalam tahap pertama itu sangat wajar Frank...aku bukan level para senior dirumah sakit ini," ucap dokter Louisa lirih dengan mata berkaca-kaca, ia tau kalau suaminya itu berharap banyak pada karirnya namun karena masih kurang dalam pengalaman akhirnya dokter Louisa harus  rela mengalah pada para seniornya.     

Setelah bisa mengusai dirinya dokter Louisa lalu berjalan menuju ke ruang ganti untuk bersiap menuju ruang briefing yang akan dilakukan sebentar lagi, saat hampir sampai keruang ganti ia dikagetkan oleh dokter Cecilia yang ternyata juga baru datang.     

"Are you ok dok?" tanya dokter Cecilia pelan.     

"Suamiku seperti biasa, dia pasti marah saat aku gagal dalam preses seleksi," jawab dokter Louisa lriih.     

"Ha ha ha...aku kalau jadi suami kalian berdua juga pasti akan marah, mengikuti tes berkali-kali dan selalu gagal ditahap pertama. Lihat aku, aku lolos hanya dalam sekali tes saja. Lebih baik kalian berdua belajar lagi dikampus ha ha hahah," ejek dokter Ammy tiba-tiba memotong perkataan dokter Louisa dan dokter Cecilia, setelah berkata seperti itu ia kemudian berjalan bersama asistennya suster Lucia menuju ruang briefing meninggalkan kedua dokter cantik itu didepan ruang ganti.     

Viona yang sedang berdiri dibalik dinding mendengar semua yang dikatakan dokter Ammy pada dokter Cecilia dan dokter Louisa, ia tak menyangka kalau wanita yang sudah membunuh anaknya itu ternyata selama ini sangat arogan seperti itu. Tiba-tiba sebuah senyuman tersungging diwajah Viona, ia lalu meneruskan langakahnya menuju ruang briefing melalui jalan lain.     

"Lawanmu bukan mereka Amelia Smith tapi aku Viona," ucap Viona dalam hati.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.