You Are Mine, Viona : The Revenge

Frustasi



Frustasi

0Matahari belum sepenuhnya terbit dari ufuk timur namun Fernando sudah berdiri dengan gagah di depan sebuah toko furniture terbaik di kota melihat anak buahnya membantu para karyawan toko itu memasukkan beberapa barang yang sengaja ia beli secara khusus, sebenarnya toko itu baru akan buka jam delapan pagi namun Fernando menghubungi store managernya secara langsung pada pukul tiga dini hari dan mengatakan akan memborong banyak furniture jam enam pagi. Alhasil dari jam lima pagi toko itu sudah buka secara khusus untuk melayani Fernando.     
0

"Tuan semua pesanan anda sudah masuk ke dalam empat truck itu," ucap Justin pelan.     

"Bagus, oh ya apa kau sudah mengurus pembayarannya?" tanya Fernando singkat dengan tersenyum.     

"Sudah tuan, semuanya sudah di bayar cash," jawab Justin dengan cepat.     

Fernando menganggukan kepalanya perlahan merespon perkataan asistennya itu, ia lalu berbalik dan mengajak Justin untuk segera berangkat ke desa Elora. Perjalanan yang cukup lama membuat Fernando harus sepagi mungkin pergi kesana, melihat Fernando masuk ke dalam mobilnya Harry segera berpamitan pada store manajer yang sedang mengucapkan banyak terima kasih itu. Ia senang karena hampir setengah isi tokonya di borong oleh Fernando.     

"Terima kasih sekali lagi tuan, dan sampaikan salam hormatku pada tuan Willan. Terima kasih sudah membeli banyak barang-barang di toko kami," jawab sang store manajer pada Harry yang sedang memasukkan invoice pembayaran ke dalam tas yang ia bawa.     

"Sama-sama tuan, anda tenang saja. Setiap orang yang berbisnis dengan tuan kami pasti beruntung, jadi anda tak perlu khawatir. Kalau begitu saya permisi, selamat pagi," sahut Harry pelan berpamitan pada store manajer toko furniture yang wajahnya sedang berseri-seri.     

 Sang store manajer dan beberapa anak buahnya menganggukkan kepalanya perlahan saat Harry pergi, mereka memberi hormat pada Fernando dan orang-orangnya yang sudah membeli banyak barang-barang di toko mereka sehingga dalam waktu satu minggu kedepan mereka bisa hidup dengan nyaman karena tak memikirkan kejar target lagi.     

Di dalam mobilnya Ferando tersenyum menatap tablet miliknya yang menampilkan foto Viona yang sedang berdiri dengan adik-adik pantinya, Fernando memutuskan untuk mengganti semua kasur, kursi, sofa dan peralatan elektronik di panti asuhan kasih. Ia juga membeli banyak bahan makanan, baik itu makanan yang siap makan atau yang memerlukan waktu untuk pengolahan.     

"Tuan, ini kopi anda," ucap Justin pelan sambil menyerahkan secangkir kopi pahit pada Fernando, Justin dengan sigap menyiapkan kopi untuk Fernando ketika mereka pergi dari toko furniture menuju desa Elora.     

"Thanks Justin," jawab Fernando ramah sambil meraih kopi pemberian salah satu asitennya itu.     

"Ini sudah menjadi kewajiban saya tuan," sahut Justin dengan cepat.     

"Oh iya tuan, profesor Dexter dan profesor William mereka belum bangun apakah perlu saya menyuruh orang untuk mengecek kondisi mereka?" tanya Justin tiba-tiba, ia baru teringat kalau kedua dokter itu masih belum bangun ketika mereka pergi dari apartemen mewah Fernando.     

"Biarkan saja, mereka bukan anak kecil yang harus diurus. Salah sendiri tak bisa mengontrol diri," jawab Fernando sambil tertawa, ia tersenyum mengingat apa yang terjadi tadi malam dimana kedua sahabatnya itu terkapar setelah minum banyak sekali minum keras.     

Fernando tak mau menganggu istirahat kedua sahabatnya itu maka dari itu tadi pagi ia sengaja tak membangunkan mereka berdua untuk ikut ke desa Elora, setelah profesor Dexter dan profesor William mabuk tadi malam Fernando langsung membuka situs panti asuhan kasih. Ia mencari tau jumlah anak asuh yang masih ada dipanti itu dan setelah mendapatkan info jumlah anak yang ada dipanti Fernando lalu mencari toko furniture terbaik untuk membelikan mereka kasur yang baru, termasuk kasur untuk Adam, ibu Debora, ibu Agnes dan tentu saja Viona. Fernando memilihkan kasur berukuran lebih besar untuk Viona, wajahnya terlihat memerah saat memikirkan kasur untuk Viona.     

Justin dan Harry yang melihat sang tuan sedang tersenyum sendiri tak berani mengganggu, melihat sang tuan bisa tertawa lagi saja mereka sudah bahagia. Karena perjalanan masih membutuhkan waktu empat jam lagi Fernando akhirnya memilh untuk memejamkan mata sebentar, walaupun ia belum mengantuk pasca tidak tidur dari semalam namun Fernando tetap mamaksakan diri untuk tidur sebentar supaya ia tak sakit. Melihat sang tuan memejamkan mata Justin dan Harry pun memutuskan untuk melanjutkan pekerjaan mereka, walau sedang tak ada dikantor tapi mereka berdua tetap memeriksa pekerjaan kantor supaya tak ada masalah dikemudian hari.     

"Anji kau pulang jam berapa hari ini?" tanya Adam pelan saat berjalan menuju klinik bersama Viona.     

"Hari ini jadwalku hanya setengah hari kak, mungkin aku akan pulang sebelum makan siang, ada apa memangnya kak ?" tanya balik Viona sambil menghabiskan susu almondnya.     

"Taka pa-apa, kakak hanya tanya saja. Kebetulan hari ini jadwalku praktek juga hanya setengah hari. Nanti aku jemput kita pergi nonton ya," jawab Adam sambil tersenum.     

"Menonton…mmm aku sudah lama tak menonton, ya sudah aku ikut. Jam dua belas jemput aku di toko ya," sahut Viona penuh semangat.     

"Ok, ya sudah sana masuk nanti dimarahi bosmu he he he. Kakak langsung ke klinik ya," ucap Adam pelan.     

Viona menganggukkan kepalanya merespon perkataan sang kakak, ia lalu melambaikan tangannya pada Adam yang sudah pergi meninggalkan toko menuju klinik tempatnya praktek yang letaknya tak jauh dari toko roti tempanya bekerja. Viona lalu berganti pakaian kerjanya dan masuk ke dalam dapur untukmulai bekerja, saat Viona datang kebetulan sang koki utama juga baru datang. Tak lama kemudian mereka pun mulai bekerja bersama menyiapkan roti-roti lucu yang menggugah selera.     

Apartemen Casa Grande     

Lucia duduk di senuah kursi yang ada didalam kamar apartemen Ammy, ia tak berbuat apa-apa ketika sang dokter atasannya itu menggila. Ammy menghancurkan semua barang-barang didalam apartemennya pasca rencannya untuk menjebak Fernando gagal, padahal ia sudah merencanakan dengan baik sejak hari pertama ia tau Fernando kembali ke Canada.     

"Justin sialan, beraninya ia tak memberitahu Fernando tentang acara di rumah sakit…fuck,"     

"Kau cari masalah denganku rupanya Justin, tunggu pembalasanku. Pembalasam Amelia Smith pasti akan membuatmu jera,"     

"Arrrhhhhh….brengsek semuanya kacau,"     

"Kenapa kau harus tak datang Fernando, seharusnya kau saat ini sudah menjadi millikku,"     

"Seharusnya aku sudah menyandang gelar nyonya Willan saat ini Fernandoooooo…arhhhgggg,"     

Suara teriakan penuh kekesalan dari dokter Ammy membahana di dalam apartemennya, dari tadi malam sebenarnya ia sudah menggila pasca menunggu Fernando seharian di rumah sakit. Namun ternyata Fernando tak datang dalam acara penghargaan itu, sehingga ia marah besar dan menyalahkan kedua asisten pribadi Fernando.     

"Tenang dok, anda pasti akan mendapatkan kesempatan lagi untuk mendekati tuan Fernando dok," ucap Lucia mencoba untuk menenangkan Ammy sang dokter tersayangnya.     

"Aku masih kesal Lucia,sangat kesal. Seharusnya hari ini aku sudah menjadi nyonya Willan, ini semua pasti kerja dua asisten bodoh itu yang tak mengingatkan Fernando tentang jadwalnya di rumah sakit," sahut Ammy penuh emosi.     

"Iya saya tau dok, oleh karena itu anda harus tenang dan susun rencana baru untuk melancarkan rencana kita dok," bisik Lucia pelan sambil menepuk perlahan punggung Ammy.     

Sebuah senyum tersungging di wajah Ammy mendengar perkataan Lucia.     

"Kau benar sus, aku masih punya banyak kesempatan untuk menaklukkan Fernando. Kali ini rencanaku pasti tak akan gagal lagi, Fernando harus jadi milikku. Milik Amelia Smith seorang," ucap Ammy penuh percaya diri.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.