You Are Mine, Viona : The Revenge

Bukan satu level



Bukan satu level

0Ibu Debora membelalakkan kedua matanya saat mendengar perkataan sang anak, ia berusaha menyakinkan dirinya bahwa dia hanya salah dengar saja. Namun saat melihat ekspresi wajah Adam yang berubah serius keraguannya pun menghilang.     
0

"Aku mencintai Anji bu, mencintainya seperti cinta seorang lelaki pada seorang wanita," ucap Adam kembali memperjelas perkataannya yang sebelumnya.     

"Tapi kalian saudara nak…     

"Bu, aku dan Anji tak terikat hubungan darah. Jadi bagaimana mungkin kami saudara, aku mencintainya bu sangat mencintainya," ujar Adam memotong perkataan ibu Debora.     

Ibu Debora terdiam memejamkan kedua matanya sambil menarik nafas panjang, mendengar pengakuan cinta sang anak yang selama ini ia harapkan jutru menbuatnya sedih. Pasalnya gadis yang dicintai anaknya adalah gadis yang ia anggap sebagai anak juga.     

"Sejak kapan kau menyukai Anji seperti itu nak?" tanya ibu Debora lirih sambil membuka kedua matanya.     

"Aku tak bisa mengatakan dengan pasti bu, yang jelas setelah Anji tinggal bersama kita rasa cintaku padanya semakin besar dan aku tak mau melepaskannya untuk pria yang sudah membuatnya menderita bu," jawab Adam penuh keyakinan.     

"Apa kau tau nak, tuan Fernando dan Anji saling mencintai lebih dari delapan tahun. Lalu sekarang tiba-tiba kau mengatakan tak ingin melepaskan Anji, atas dasar apa kau mengatakan hal itu. Mereka terikat hubungan yang jelas anakku, kuat secara hukum dan negara. Mereka masih suami dan istri yang…     

"Tidak bu, bukankah pria itu sudah menceraikan Anji dimalam Anji mengalami pendarahan," ucap Adam memotong perkataan sang ibu dengan cepat,     

Ibu Debora menggelengkan kepalanya perlahan merespon perkataan Adam, ia kemudian meminta Adam untuk duduk di ranjang rumah sakit lebih dekat dengannya. Setelah Adam duduk disampingnya ibu Debora mulai menceritakan apa yang ia ketahui, selama sang ibu berbicara Adam menutup mulutnya rapat. Ia ingin sekali pergi mencari Viona dan bertanya langsung tentang kebenaran cerita sang ibu yang ia dengar akan tetapi ia tak bisa melakukan itu karena jika ia melakukan itu sang ibu pasti kecewa padanya.     

"Sejak ibu dan ibu Maria mengurus kalian dulu, kami sudah memutuskan bahwa kalian adalah saudara. Walaupun kalian tak mempunyai darah yang sama tapi kami hubungan itu sudah kami buat nak, jauh sebelum kalian tau apa itu yang namanya rasa cinta. Kami ingin kalian menyayangi satu sama lain dan saling menjaga sampai kalian punya kehidupan masing-masing ketika kami sudah tiada…     

"Ibu jangan bicara seperti itu, ibu sudah sembuh. Setelah ini kita bisa pulang dan berkumpul bersama lagi bu," ucap Adam memotong perkataan ibu Debora dan langsung memeluknya dengan erat.     

Ibu Debora memeluk sang anak dengan erat, ia tau saat ini putra kesayangannya itu sedang patah hati. Ia berharap dengan mengatakan hal yang sebenarnya Adam akan mengerti bahwa ia tak akan mungkin bisa bersama dengan Viona, ibu Debora tau bahwa Adam bukanlah lawan yang seimbang bagi Fernando dari segi manapun. Oleh karena itu ia ingin membuka mata sang putra dari sisi yang lain, dengan mengetahui bahwa dari awal mereka sudah di claim sebagai saudara ibu Debora berharap Adam akan menyerah untuk mengharapkan Viona.     

Sesampainya diruang perawatan sang suami Viona langsung memerisa tanda vital suaminya yang ternyata masih normal, ia masih bingung kenapa suaminya tiba-tiba demam padahal operasinya berjalan lancar dan tak ada masalah.     

"Bagaimana dengan kondisi tuan Fernando nyonya?" tanya Justin khawatir.     

"Aku sedang memeriksanya Justin," jawab Viona singkat, karenaViona menggunakan masker suaranya tak terdengar oleh Justin sehingga membuat Justin kembali bertanya pertanyaan yang sama pada Viona yang terlihat sedang konsentrasi.     

"Lebih baik kalian berdua keluar, biarkan aku memeriksanya," ucap Viona jengkel, ia mulai kehabisan kesabaran menghadapi kedua asisten sang suami yang terus-menerus menanyakan kondisi suaminya.     

"Tidak nyonya, kami mau disamping tuan," sahut Justin dan Harry bersamaan.     

"Baiklah kalau kalian tak mau keluar, kalau begitu aku yang keluar,"jawab Viona dengan cepat sambil berbalik.     

"Jangan nyonyaaa…baiklah, kami yang akan keluar nyonya. Nyonya periksa tuan saja, kami permisi," pekik Justin panik saat melihat sang nyonya akan keluar dari ruang perawatan, Justin kemudian menarik Harry untuk keluar dari ruang perawatan Fernando dan membiarkan Viona melakukan tugasnya.     

Setelah Justin dan Harry pergi Viona kembali focus pada pekerjaannya, ia mulai memeriksa kondisi Fernando lagi dengan detail mulai dari bekas operasi di tangan kirinya sampai dengan semua organ dalam suaminya untuk mencari tau penyebab demam. Setelah memerika hampir selama tiga puluh menit Viona kemudian tersenyum saat mengetahui penyebab demam suaminya.     

"Untung saja kau selama ini menjaga pola makanmu Fernando," ucap Viona lirih sambil menyeka keringat yang keluar dari kening suaminya dengan perlahan menggunakan handuk kecil, selama ia mengenal Fernando baru pertama kali ini ia melihat Fernando sakit.     

Karena suhu tubuh Fernando mulai turun Viona tak memberikan obat pada suaminya, ia lalu keluar dari ruang perwatan Fernando untuk memberikan waktu suaminya beristirahat lebih lama. Begitu Viona keluar dari pintu ruang perwatan Fernando ia langsung ditarik oleh Justin dan Harry yang sangat khawatir dengan kondisi sang tuan.     

"Lepaskan tanganku Justin," ucap Viona pelan.     

"Maaf nyonyaa…maaf saya tidak sengaja," pekik Justin panik sambil melepaskan cengkraman tangannya dari tangan sang nyonya.     

"Its ok," jawab Viona singkat sambil tersenyum ketika melihat wajah ketakutan Justin.     

Harry yang berdiri disamping Justin terlihat memarahi Justin atas apa yang baru saja ia lakukan, melihat pertengkaran kecil kedua asisten suaminya membuat Viona tersenyum.     

"Maafkan atas kebodohan Justin nyonya, si bodoh ini memang tak ada otaknya," ucap Harry pelan menyindir Justin.     

"Sudahlah Harry tak perlu diperpanjang, aku baik-baik saja kau tenang saja," jawab Viona menahan tawa.     

"Fernando baik-baik saja, demam pasca operasi adalah hal yang wajar. Itu menunjukkan kalau ia akan segera sembuh, jadi kalian berdua tenang saja," imbuh Viona mencoba menjelaskan kondisi Fernando lebih detail, ia tau kalau kedua asisten suaminya itu sedang tak tenang dan ingin mengetahui kondisi sang tuan.     

"Benarkah nyonya?"     

"Anda tak bohong kan nyonya?"     

"Lalu kapan tuan sudah boleh pulang ?"     

"Apakah tangan tuan akan baik-baik saja nyonya? tuan tidak akan lumpuh kan ?"     

Mendengar pertanyaan kedua pemuda yang ada dihadapannya membuat Viona tertawa, selama sepuluh bulan baru kali ini ia tertawa sampai perutnya sakit. Ada kepuasan tersendiri baginya saat menjelaskan kondisi pasien pada keluarganya atau orang terdekatnya sama seperti yang sedang ia lakukan saat ia menjelaskan kondisi Fernando pada Justin dan Harry saat ini.     

"Aku dulu dinobatkan sebagai  dokter bedah terbaik di rumah sakit Global Bross, jadi kalian tak perlu meragukan analisaku," jawab Viona pelan sambil menyeka air mata yang keluar dari sudut matanya dengan perlahan.     

"Syukurlah kalau tuan baik-baik saja…aku benar-benar tak mau melihat tuan menjadi orang yang mengerikan seperti sembilan bulan yang lalu saat di Perancis," ucap Justin lega.     

"Aku juga, aku juga tak mau melihat tuan menjadi manusia yang tak punya gairah hidup seperti itu lagi. Ia menjadi lebih mengerikan dari saat ia sedang marah waktu itu," imbuh Harry pelan.     

Senyum Viona mendadak menghilang saat mendengar perkataan Justin dah Harry, ia merasa sudah terjadi hal buruk yang tak ia ketahui.     

"Memangnya apa yang terjadi dengannya?" tanya Viona terbata.     

"Selama tuan berpisah dengan anda dan terpaksa harus tinggal di Perancis demi membangun perusahaan baru disana tuan menjadi manusia tanpa rasa nyonya, saat sedang bersama kolega siang hari ia akan terlihat sangat profesional namun saat malam tiba ia akan menjadi orang yang sangat hancur. Ia akan meratapi anda sambil tertidur di karpet dengan memeluk foto anda…     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.