You Are Mine, Viona : The Revenge

Final Decision



Final Decision

0Fernando langsung terdiam mendengar ucapan kedua adik iparnya yang kompak itu , ia tak menyangka kalau Viona dulu begitu takut kepadanya sampai dia bercerita kepada orang lain .     
0

"Apakah pria itu masih mengganggu istriku lagi saat ini .?" Tanya Fernando pelan .     

"Kak Vio sudah tak pernah menceritakan masalah ini lagi pada kami jadi aku rasa mungkin pria itu sudah tak mengganggu kak Vio ." Jawab Jenny dengan cepat .     

"Baiklah aku akan meminta anak buahku mengawasi pria itu , lebih baik kita segera pulang . Vio pasti sangat bahagia melihat kalian ." Ucap Fernando sambil tersenyum .     

Jenny dan Amina langsung bangun dari tempat duduknya dengan bersemangat , mereka berdua sudah tak sabar ingin bertemu dengan Viona . Walaupun mereka baru dua bulan lalu bertemu akan tetapi rasa rindu pada Viona tetap tak tertahan , karena bagi Amina dan Jenny sosok Viona adalah segalanya bagi mereka berdua . Untuk Viona mereka bahkan rela menyerahkan nyawanya karena mereka mungkin sudah tak bernyawa enam tahun lalu jika tak diselamatkan oleh Viona .      

Fernando hanya tersenyum mendengar celotehan Jenny dan Amina berjalan yang sudah tak sabar untuk bertemu dengan Viona  , mereka kemudian masuk ke dalam mobil mewah milik Fernando yang sudah siap di depan kantor untuk membawa mereka pulang kerumah . Sepanjang perjalanan Jenny dan Amina mengagumi pemandangan indah kota Ontario yang kini akan menjadi rumah bagi mereka yang baru , setelah berkendara hampir empat puluh lima menit mobil yang membawa Fernando bersama Amina dan Jenny akhirnya sampai di kawasan hutan pribadi milik Fernando dimana istananya berada di dekat danau yang tak jauh dari hutan .     

"Selamat datang tuan ." Sapa Teddy menyambut kedatangan Fernando .     

"Dimana istriku .?" Tanya Fernando dengan cepat .     

"Nyonya ada di kamar tuan , tadi setelah makan nyonya masuk kembali ke dalam kamar tanpa berbicara apapun pada kami semua ." Jawab Teddy menceritakan apa yang ia lewati bersama Viona seharian ini .     

"Ok ." Sahut Fernando pelan , ia sudah menduga kalau istrinya pasti masih marah dengannya .     

Langkah Jenny dan Amina terdengar dengan keras ketika mereka berdua menaiki tangga istana Fernando karena membawa koper yang berat , beberapa pelayan pun langsung turun tangan membantu Jenny dan Amina membawakan barang sehingga membuat mereka berdua merasa canggung .     

"Tak apa mereka hanya melakukan tugasnya saja ." Ucap Fernando pelan sambil tersenyum ketika melihat Jenny dan Amina terlihat bingung.      

"Tapi aku bisa membawanya sendiri kak ." Protes Jenny dengan cepat.      

"Iya aku juga bisa membawanya kak , lagipula itu tidak berat ." Imbuh Amina menimpali perkataan Jenny .     

"Rupanya yang keras kepala tak hanya istriku , kalian berdua rupanya juga ." Sahut Fernando dengan cepat sambil tertawa lebar .     

Mendengar perkataan Fernando membuat Jenny dan Amina langsung terdiam , mereka berdua pun akhirnya mengalah dan membiarkan para pelayan Fernando melakukan tugasnya . Fernando lalu mengajak Jenny dan Amina naik ke kamarnya yang ada di lantai dua dimana Viona berada , saat berada di depan kamar jantung Fernando berdetak dengan cepat karena sudah dua hari ini ia tak masuk ke kamarnya dan bertemu Viona . Ia masih merasa bersalah atas apa yang sudah ia lakukan sebelumnya , setelah menguatkan hatinya Fernando akhirnya memasukkan password di pintunya untuk masuk ke dalam .      

"Kalian masuklah ." Ucap Fernando pelan memberikan jalan pada Amina dan Jenny untuk masuk terlebih dahulu ke kamarnya .     

"Yakin tak apa kak.?" Tanya Amina canggung.      

"Its ok ." Sahut Fernando cepat sambil tersenyum .     

Mendengar perkataan Fernando membuat Amina langsung masuk ke dalam disusul oleh Jenny dibelakang , mereka berdua berjalan dengan sangat pelan tanpa suara sehingga membuat Viona tak menyadari kedatangan kedua adiknya . Ia masih sibuk membaca buku diatas ranjang dengan serius , air mata rindu Amina dan Jenny langsung mengalir begitu saja .      

"Kakak…."Panggil Jenny dan Amina bersamaan dengan suara serak .     

Viona yang sedang fokus membaca buku dalam keadaan sunyi langsung mendengar panggilan itu , ia pun menoleh ke arah sumber suara dan langsung menjatuhkan bukunya dengan seketika diatas kasur.      

"Kakak !!!" Jerit Amina dengan menangis sambil berlari kearah Viona disusul oleh Jenny dibelakang .     

Viona pun langsung membuka kedua tangannya lebar-lebar menyambut kedatangan kedua adiknya itu , setelah berhasil memeluk Jenny dan Amina air mata Viona langsung menetes dengan deras di wajahnya . Mereka bertiga pun menangis bersama sambil berpelukan diatas tempat tidur sementara Fernando hanya berdiri di depan pintu tanpa bisa berkata apa-apa , rasa rindunya sudah terobati sedikit ketika melihat Viona walau ia tak bisa memeluknya saat ini .      

Karena tak ingin mengganggu reuni Viona dan kedua adiknya Fernando akhirnya memilih keluar dari kamar utamanya itu dan berjalan menuju ke kamar kedua yang ada di depan kamar utama persis dengan membiarkan pintu kamarnya tetap terbuka , ia berharap masih bisa mendengar apa yang Viona bicarakan di dalam kamarnya bersama Jenny dan Amina .     

"Kapan kalian datang .? Kau baik-baik saja kan Jenn tak ada yang terluka kan " Tanya Viona sambil terisak mencoba mengintrogasi Jenny yang baru saja mengalami hal yang mengerikan .      

"Kami baru sampai tadi siang kak jam satu siang dijemput oleh orang kak Fernando , seperti yang kakak lihat aku baik-baik saja kak ." Jawab Jenny dengan sambil tersenyum .     

"Fernando …     

"Iya kak , kami datang atas undangan kak Fernando ." Sahut Amina pelan sambil menyeka air matanya dengan perlahan .     

"Kenapa kalian ...ah bukan maksudku apa mau orang itu sampai harus membawa kalian kesini .?" Tanya Viona jengkel .     

"Sebenarnya kami sudah diminta datang kemari setelah kejadian mengerikan itu akan tetapi aku tak mau pergi sendirian kalau Amina tak ikut , jadi kami memutuskan pergi setelah Amina selesai ujian semester dan akhirnya hari ini kami sudah ada disini ." Jawab Jenny sambil merangkul Viona .     

"Kuliahmu bagaimana Amina , apa kau sudah memastikan kalau semua nilai ujianmu tak ada yang jelek .?" Tanya Viona serius.     

"Tentu saja semua bagus kak , aku hanya dapat dua nilai B selebihnya adalah A kak jadi tak ada masalah dan kepindahanku kesini bisa berjalan lancar ." Jawab Amina penuh semangat .     

Viona langsung terdiam mendengar perkataan Amina , ia sedang berusaha mencerna perkataan sang adik yang baru saja ia dengar .     

"Apa maksudmu dengan kata pindah Amina .?" Tanya Viona tergagap .     

"Menurut kakak bagaimana ." Alih-alih menjawab pertanyaan sang kakak Amina justru mengembalikan pertanyaannya pada Viona kembali.      

"Iya menurut kakak bagaimana .?" Ucap Jenny menimpali perkataan Amina .     

"Hu huuu ...hwaaa…"      

Tangis Viona tiba-tiba pecah karena perkataan kedua adiknya itu , ia sudah dapat memahami maksud perkataan Amina . Melihat viona menangis membuat Jenny dan Amina menjadi kaget , pasalnya dulu Viona sangat jarang sekali menangis.     

"Kakak jangan menangis ..maafkan aku kak , aku tak bermaksud untuk membuatmu sedih aku hanya ingin memberikan sedikit kejutan untukmu kak ." Ucap Amina panik .      

"Kak Vio maafkan aku juga kak , aku sama sekali tak bermaksud untuk mempermainkanmu ." Imbuh Jenny sambil ikut menangis .     

"A--aku tak tau kenapa akhir-akhir ini aku sangat cengeng sekali hu hu hu ...padahal aku sebenarnya tak mau menangis tapi aku hu aku tak tau kenapa air mata ini keluar ." Jawab Viona tergagap .     

"Akh jangan menangis kak , kalau kakak menangis aku bisa ikut menangis ." Sahut Amina dengan cepat sambil memeluk Viona .     

"Aku juga.. hiks hikss maafkan aku kak , Jenny janji tak akan membuat kakak khawatir lagi ." Imbuh jenny dengan cepat sambil ikut memeluk Viona dan Amina .     

Ketiga kakak beradik tanpa hubungan darah itu pun kembali menangis bersama di atas ranjang milik Viona sambil berpelukan satu sama lain , dari balik dinding Fernando menatap sang istri dan kedua adik iparnya menangis lagi hanya bisa terdiam . Ia tak pernah melihat ada hubungan seindah itu dari orang-orang yang tak ada hubungan darah sama sekali , karena hubungannya dengan Frank sang adik saja tak baik walau mereka saudara kandung.      

"Maafkan aku Vio , mungkin dengan membawa dua adikmu kemari kau mau memaafkan aku . " Ucap Fernando lirih .     

Fernando kemudian meninggalkan istri dan kedua adik iparnya di dalam kamar , ia pun langsung menutup pintu dengan rapat karena menerima telpon dari orang kantor pemerintahan yang memintanya untuk segera mengirimkan berkas pendaftaran nya.      

"Baik pak besok saya akan datang langsung ke kantor dan menyerahkan secara langsung saja ." Ucap Fernando pelan sambil menutup teleponnya menyudahi pembicaraan pentingnya .     

Ia kemudian tersenyum menatap layar ponselnya yang masih menunjukkan kalkulasi pendapatan suara untuk dirinya di wilayah Ontario .     

"Aku melakukan ini untukmu honey , semoga keputusanku tidak salah  ." Ucap Fernando dalam hati .     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.