You Are Mine, Viona : The Revenge

Undangan



Undangan

0Tanpa dapat dokter Louisa bendung kedua matanya langsung mengalirkan air mata dengan sangat deras sehingga membasahi wajah cantiknya, sebenarnya ia sudah pernah mendengar Profesor Frank mengigau sebelumnya ketika mereka tidur setelah selesai bercinta. Namun waktu itu ia menganggap Profesor Frank sedang terlalu banyak bekerja bersama dokter Viona sehingga membuatnya menyebut nama dokter Viona di dalam mimpinya, akan tetapi seiring berjalannya waktu ia akhirnya tahu sebenarnya Profesor Frank punya perasaan tersendiri kepada dokter Viona yang sudah menjadi istri kakak kandungnya sendiri.      

Dokter Louisa selalu merasa kalau setiap ada dokter Viona tatapan mata Profesor Frank terlihat berbeda, tidak seperti saat sedang bersamanya. Hal itulah yang membuat dirinya yakin kalau sebenarnya Profesor Frank memiliki rasa kepada dokter Viona dan dugaannya semakin dikuatkan ketika dia mendengarkan kembali nama dokter Viona disebut oleh Profesor Frank.     

"Sepertinya sudah saatnya aku menyerah dengan perasaanku kepadamu Frank, mungkin memang sudah waktunya aku benar-benar melupakanmu dari dalam ingatanku dan hatiku. Aku harap kedepannya kau bisa menemukan seorang wanita yang benar-benar tulus mencintaimu." Ucap dokter Louisa terisak sambil melepaskan tangan Profesor Frank yang masih mencengkram kuat tangan kirinya.      

Cup     

Dokter Louisa mencium tangan Profesor Frank dengan lembut, ia lalu meletakkan tangan pria itu kembali di atas tempat tidur. Setelah menatap profesor Frank lebih lama dokter Louisa kemudian berjalan cepat meninggalkan ruang perawatan profesor Frank ia tak mau ada orang yang melihatnya berada di sana, kali ini dokter Luisa benar-benar sudah menyerah dengan perasaannya ia sudah bertekad untuk menjauh dan membuang perasaannya untuk profesor Frank setelah sebelumnya ia masih menyimpan perasaan kepada pria itu.      

"Ruanganmu masih sama seperti terakhir kali aku mengunjungimu Will, masih jelek dan berantakan." Ucap Fernando ketus mengejek ruangan dokter William.      

"Bukankah kau adalah pemilik rumah sakit ini seharusnya kau yang merenovasi ruangan ini sehingga nampak indah." Jawab dokter William dengan suara meninggi membalas ejekan Fernando.      

"Ha ha ha pantas saja kau tak punya kekasih Ternyata kau memang tak bisa diandalkan William ha ha ha." Fernando tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi dokter William yang marah karena ia ejek.      

Viona hanya tersenyum melihat suaminya bergurau dengan dokter William, ia menatap sekeliling ruang kerja dokter William dengan pandangan penuh rindu. Dia merindukan menggunakan pakaian kebesarannya yang berwarna putih yang biasanya ia gantung di tempat khusus yang ada di belakang mejanya sesaat setelah ia masuk ke dalam ruang pribadinya, ia rindu menggunakan stetoskop yang biasa ia kalungkan di leher,  ia juga rindu dengan aroma alkohol dan obat yang menyengat setiap kali ia lewat ke ruang obat.     

Dokter William memberikan kode kepada Fernando agar melihat ke arah Viona yang sedari tadi diam tanpa bicara, Fernando pun menoleh ke arah sang istri yang duduk di sofa begitu berhasil membaca kode yang diberikan oleh sahabatnya.      

"Sepertinya istrimu sangat ingin kembali bekerja kembali." Bisik dokter William pada Fernando.      

"Mana mungkin jangan bercanda kau William." Jawab Fernando dengan lirih.     

"Aku bisa membaca dari tatapan matanya Fernando, sebuah tatapan kerinduan seorang dokter yang rindu kembali bekerja kembali. Aku yakin kau tak paham akan hal itu, karena kau tak mengerti perasaan kami sebagai tenaga medis." Ucap dokter William gemas sambil mencubit lengan Fernando.      

Fernando terdiam mendengar perkataan dokter William sambil terus menatap sang istri yang sedari tadi menatap sekeliling ruangan dokter galian tanpa berbicara, hati kecilnya sebenarnya kasihan melihat Viona tak melakukan apapun di rumah akan tetapi karena ketakutannya pada sang adik Franklin akhirnya membuatnya terpaksa harus mengurung Viona di dalam rumah besarnya ia terlalu berharap dengan anak yang saat ini dikandung oleh Viona.     

"Hey are you ok?" Tanya Fernando pelan sambil duduk di sebelah Viona.     

"Hemmm...yes im fine, kenapa?" Tanya balik Viona bingung.     

"Tak apa aku hanya penasaran saja kenapa ketika sudah masuk ke dalam ruangan kotor ini kau jadi pendiam."Jawab Fernando mencoba melucu untuk mencairkan suasana.      

"Tidak, aku hanya sedang melihat saja ruangan ini. Sebelum dipakai oleh dokter William ruangan ini adalah ruanganku jadi seperti sedang bernostalgia saja." Ucap Viona pelan sambil mencoba tersenyum, sewaktu awal ia bekerja di rumah sakit Global Bros ruangan yang dipakai oleh dokter William saat ini adalah ruangannya untuk dua bulan pertama ia bekerja setelah itu ia pindah ke ruangannya yang sekarang dipakai oleh dokter Robert.      

Fernando dan dokter Robert pun langsung terdiam dan saling pandang seolah sedang berbicara dari tatapan mata.     

Tok      

Tok      

Tok     

"Maaf dokter saya dengan suster Tina." Terdengar suara suster Tina dari depan pintu ruangan dokter William yang yang tidak tertutup, iya sedang berdiri di ambang pintu sambil menatap kedalam dimana Viona dan Fernando berada.     

Viona langsung menoleh ke arah sumber suara ketika mendengar suara mantan asistennya ia langsung berdiri dan berlari menuju ke arah suster Tina dan memeluk dengan erat.      

"Dokter aku sangat rindu pada anda."Ucap suster Tina sambil terisak.      

"Aku juga rindu padamu suster, bagaimana pekerjaanmu apakah semuanya baik-baik saja?" Tanya Viona pelan sambil terus mengeratkan pelukannya pada suster Tina.     

"Semuanya baik-baik saja hiks hiks hiks….     

Suster Tina tak dapat menyelesaikan perkataannya karena menangis, ia sudah terlalu rindu kepada dokter yang menjadi panutannya selama setahun terakhir itu. Dulu sewaktu Viona belum menikah dengan Fernando mereka sering menghabiskan waktu bersama setelah pulang bekerja, saling berbagi cerita dan makan bersama di kedai-kedai favorit mereka sampai tengah malam walaupun keesokan harinya masih harus bekerja kembali.      

Melihat Viona dan suster Tina saling melepas rindu membuat Fernando mengajak dokter William untuk keluar dari ruangan, ia memberikan kesempatan sang istri untuk berbicara dengan rekan kerjanya.      

"Ketika melihat Viona seperti itu hatiku merasa sakit Will." Ucap Fernando pelan ketika duduk di depan kursi yang ada di sebelah ruangan dokter William.      

"Why?" Tanya dokter William pelan sambil tersenyum.     

"Entahlah aku merasa terlalu jahat kepadanya tapi disisi lain aku tak ingin ada bahaya yang mendekatinya, seperti hari ini ketika ia bertemu dengan Franklin kembali rasanya jantungku berdetak dengan sangat cepat." Jawab Fernando dengan suara yang hampir tak terdengar.      

"Terlalu mengekangnya dengan erat seperti ini tidak baik juga Fernando." Ucap dokter William singkat sambil menepuk pundak Fernando.     

"Aku sedang menata hatiku untuk tak terlalu mengekangnya Will, aku berusaha untuk meluluhkan egoku ini supaya tak membuatnya tersiksa ada disisiku. Hanya saja ketakutan itu terlalu besar, aku takut terjadi hal buruk pada anakku kau tentu tahu siapa Franklin sebenarnya aku takut kalau ia akan berbuat nekat." Sahut Fernando lirih merespon perkataan dokter William.     

"Baguslah kalau kau sudah mengurangi egoku, yang penting sekarang berilah istrimu kepercayaan. Viona pasti bisa menjaga dirinya sendiri dengan baik." Ucap dokter William pelan.     

Fernando tersenyum tipis mendengar perkataan dokter William, ia sebenarnya juga heran pada dirinya sendiri. Kenapa bisa ia jadi seprotektif ini pada Viona terutama setelah tau kalau sudah ada bayi di dalam kandungan Viona, pernah kehilangan Zevanya beberapa tahun yang lalu membuatnya takut kehilangan lagi.     

Di dalam ruangan dokter William suster Tina bercerita banyak pada Viona, ia menceritakan kejadian yang sudah terjadi sejak Viona berhenti kerja.      

"Jadi dokter Cecilia saat ini sudah digantikan oleh dokter Robert?" Tanya Viona kaget, ia tak tahu perihal pergantian dokter Cecilia.     

"Iya, menurut gosip yang beredar masuknya dokter Robert supaya tak ada rasa iri yang beredar di kalangan para dokter di rumah sakit ini dok." Jawab suster Tina sambil berbisik.     

"Iri….iri tentang apa?" Tanya Viona bingung.     

"Iri karena anda dokter." Jawab suster Tina lirih.     

"Aku??kenapa memangnya denganku." Tanya Viona kembali dengan bingung.     

Suster Tina nampak menghela nafas panjang, ia lalu menceritakan secara detail apa yang sebenarnya terjadi. Setelah Viona mendapatkan kemudahan untuk tak masuk bekerja selama satu minggu penuh banyak dokter yang iri, mereka mengatakan apa yang Viona dapatkan adalah sebuah nepotisme. Para dokter merasa iri atas apa yang Viona dapatkan sampai akhirnya berita itu terdengar oleh Fernando melalui suster Chloe yang memang diperintahkan Fernando untuk melaporkan apapun yang terjadi di rumah sakit, sehingga akhirnya Fernando memutuskan mengganti dokter bedah wanita menjadi dokter bedah pria sampai akhirnya ia merekrut dokter Robert dari Rusia.     

Viona terdiam mendengar perkataan sang mantan asisten pribadi, ia merasa bersalah karena menjadi penyebab kekacauan di rumah sakit berkali-kali sampai akhirnya harus melibatkan suaminya Fernando.     

"Jadi pemindahan dokter Cecilia karena aku?" Tanya Viona merasa bersalah, pasalnya dokter Cecilia dipindah ke bagian IGD karena posisinya yang semula sudah diisi dokter lain.     

"Bukan karena anda dok, jadi anda jangan berkata seperti itu." Jawab suster Tina pelan berusaha menenangkan Viona.     

"Sepertinya aku harus berbicara langsung pada dokter Cecilia sus, walau bagaimanapun aku harus bertanggung jawab atas apa yang terjadi." Ucap Viona lirih.     

Drrtttt     

Tiba-tiba ponsel Viona berdering minta diangkat, perlahan Viona meraih ponselnya yang ada di dalam tas. Wajahnya langsung tersenyum lebar ketika melihat ponselnya.     

"Dokter Cecilia mengirimkan undangan resepsinya dua hati lagi sus." Ucap Viona bersemangat, ternyata dokter Cecilia baru saja mengirimkan pesan kepadanya untuk datang ke pesta resepsinya dengan Andrew.     

Bersambung     

1


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.