You Are Mine, Viona : The Revenge

Mimpi



Mimpi

0Dokter Louisa berjalan dengan langkah berat menuju ruang ganti, ia sudah ijin pulang cepat hari ini pada dokter William karena merasa tak enak badan. Pada awalnya ia tak mendapatkan ijin dari dokter Wiliam akan tetapi entah mengapa tiba-tiba dokter William menghubunginya dan memberikannya ijin untuk pulang lebih awal dari biasanya. Berada di rumah sakit dengan hati yang kacau tak membuatnya bisa berkonsentrasi bekerja dengan baik, oleh karena itu ia memilih pulang cepat dari pada tak maksimal dalam bekerja.       
0

Saat sedang menunggu bis di halte tiba-tiba sebuah mobil sport mewah berhenti dihadapan dokter Louisa.     

"Masuk!!" Pekik seorang pria dari dalam mobil pada dokter Louisa.     

"Kau..     

"Jangan membuatku memintamu dua kali Louisa!!" hardik profesor Frank memotong perkataan dokter Louisa.     

Mendengar suara teriakan Profesor Frank kembali membuat dokter Louisa akhirnya bangun dari kursi di halte, perlahan ia berjalan mendekati mobil mewah milik profesor Frank. Saat tangannya melayang diudara akan menyentuh handle tiba-tiba pintu itu sudah terbuka dari dalam dan keluarlah tangan kekar profesor Frank menarik tangan dokter Louisa sehingga membuat dokter Louisa jatuh tersungkur masuk ke dalam mobil.     

"Aku tak suka orang lambat!!" Ucap profesor Frank sinis sambil melirik ke arah dokter Louisa yang masih kesakitan.     

"Pasang sabuk pengamanmu, apa kau mau ditangkap polisi." Bentak profesor Frank tak sabar ketika melihat dokter Louisa memijat-mijat tangannya.     

"Iya maaf." Sahut dokter Louisa dengan lirih yang hampir tak terdengar.     

Begitu dokter Louisa selesai memasang sabuk pengaman dengan baik profesor Frank langsung memacu mobilnya dengan cepat menuju ke arah De' Lavenue Apartemen yang merupakan apartemen dokter Louisa, sepanjang perjalanan ia sama sekali tak bicara apapun pada dokter Louisa yang duduk disebelahnya.     

Setelah berkendara selama hampir tiga puluh menit mobil sport mahal milik profesor Frank akhirnya sampai di parkiran bawah tanah De'Lavenue Apartmen, ia lalu membuka sabuk pengamannya dan bersiap keluar dari mobil namun tangan dokter Louisa menahannya.     

"Apa yang kau lakukan?" Tanya profesor Frank dingin, tatapan mata tajamnya seperti akan menelan hidup-hidup doker Louisa.     

"K--- kau mau apa?" Tanya balik dokter Louisa terbata.     

"Pulang tentunya, ayo aku sudah lelah aku ingin segera tidur." Jawab profesor Frank dengan cepat tanpa rasa bersalah.     

"Tapi ini apartemenku...     

"Lalu memangnya kenapa.!!" Ucap profesor Frank dengan cepat memotong perkataan dokter Louisa.     

Dokter Louisa langsung terdiam mendengar perkataan profesor Frank, ia seperti tak bisa berkata-kata lagi ketika berhadapan dengan profesor tampan itu. Perlahan dokter Louisa membuka sabuk pengamannya, ia sedikit meringis kesakitan ketika tangan kanannya yang tadi terkena dashboard ketika ditarik paksa profesor Frank secara tak sengaja terkena karet sabuk pengaman. Ada bekas memar biru keungan muncul di tangan putihnya yang sangat kontras sekali.     

Profesor Frank yang berdiri didepan mobil sangat tidak sabar melihat betapa lambatnya pergerakan dokter Louisa, ia kemudian berjalan mendekati dokter Louisa dan menyeretnya keluar dari mobil dengan mencengkram memar di tangan kanan dokter Louisa.     

"Awww sakit..." Ucap dokter Louisa mengerang kesakitan.     

"Sakit kenapa....     

Profesor Frank tak dapat menyelesaikan perkataanya ketika melihat tangannya yang sedang mencengkram luka memar ditangan dokter Louisa, alih-alih melepaskan cengkraman tangannya profesor Frank justru melingkarkan tangannya kepinggang dokter Louisa sehingga membuat dokter Louisa kaget karena tak menyangka akan mendapatkan perlakuan seperti itu dari profesor Frank.     

"Aku bisa jalan sendiri." Ucap dokter Louisa setengah berbisik pada profesor Frank, ia tak nyaman di rangkul seperti itu oleh profesor Frank yang saat ini sudah tak ada hubungan apapun dengannya.     

"Diam atau aku akan menyeretmu masuk kedalam." Sahut profesor Frank dingin sambil mengeratkan pelukannya kepinggang dokter Louisa.     

Dokter Louisa langsung terdiam tanpa kata, entah mengapa saat diperlakukan seperti ini oleh profesor Frank membuatnya tak nyaman. Padahal dulu ia sangat merindukan diperlakukan secara romantis oleh profesor Frank, pasalnya ia dulu selalu dilarang untuk mengumbar kemesraan di tempat umum.     

Dengan menggunakan lift mereka naik ke kamar dokter Louisa, di dalam lift pun profesor Frank tak melepaskan pelukannya dari dokter Louisa. Diperlakukan seperti itu membuat dokter Louisa seperti sedang bermimpi, bunyi lift yang berhenti akhirnya membuat dokter Louisa sadar bahwasanya ia sedang tak bermimpi.     

"Kau bisa berjalan kan?" Tanya profesor Frank pelan sambil melepaskan tangannya dari pinggang dokter Louisa.     

"Sejak tadi aku bisa berjalan sebenarnya, yang luka tanganku bukan kakiku Frank." Jawab dokter Louisa singkat.     

"Kau tadi panggil aku apa Lou?" Tanya profesor Frank cepat.     

"Frank...bukankah namamu Frank." Jawab dokter Louisa dengan cepat tanpa rasa bersalah, ia kemudian berjalan dengan cepat menuju kamarnya meninggalkan profesor Frank yang masih berdiri didepan lift.     

Profesor Frank menatap tajam ke arah dokter Louisa yang sedang berjalan didepannya, sebuah senyuman mengembang diwajah tampannya dengan tiba-tiba.     

"Kau sudah membangkang rupanya sekarang Lou." Ucap profesor Frank lirih sambil berjalan menyusul dokter Louisa yang sudah sampai didepan kamarnya.     

Karena grogi dokter Louisa nampak kesulitan memasukkan kode password kamarnya, ia terlihat terburu-buru memasukkan kombinasi angka di depan pintunya. Saat percoban ketika gagal keringat dingin mulai mengalir dari keningnya, melihat itu membuat profesor Frank tersenyum tipis.     

"Berapa paswordnya?" Tanya profesor Frank tiba-tiba sambil memegang tangan dokter Louisa yang akan memasukkan kode kembali.     

"Aku bisa membukanya sendiri....     

"Berapa paswornya Louisa!!" Bentak profesor Frank pada dokter Louisa, ia nampak sudah hampir kehabisan kesabarannya.     

"Lou...     

"Tanggal lahirku." Jawab dokter Louisa cepat memotong perkataan profesor Frank.     

Profesor Frank tersenyum tipis mendengar perkataan dokter Louisa pasalnya tanggal lahir mereka berdua sama persis hanya berbeda tahun saja, dokter Louisa dua tahun lebih muda dari profesor Frank. Dalam sekali percobaan profesir Frank bisa membuka pintu apartemen dokter Louisa, ia langsung masuk kedalam begitu pintu terbuka tanpa rasa sungkan. Sementara itu dokter Louisa nampak masih bingung dengan apa yang baru saja terjadi hanya diam didepan pintu melihat ke arah profesor Frank yang sekarang sedang duduk di sofa barunya yang dialasi karpet bulu warna biru langit yang merupakan warna kesukaannya.     

"Mau sampai kapan kau berdiri disitu?" Tanya profesor Frank dengan nada meninggi pada dokter Louisa.     

"Kau...kau mau apa di apartemenku?!!" Jerit dokter Louisa dengan lantang, sudah sejak tadi ia ingin berkata seperti itu akan tetapi suaranya seperti sedang tertahan di tenggorokannya.     

"Tidur...     

"Tapi ini apartemenku!!! Kenapa kau tak pulang ke tempatmu bukankah dokter Ammy sedang menunggumu saat ini." Sahut dokter Louisa penuh emosi dengan nafas naik turun memotong perkataan profesor Frank, entah dapat energi dari mana ia bisa berbicara seperti itu pada profesor Frank kali ini.     

Mendengar perkataan dokter Louisa membuat profesor Frank memutar bola matanya ke arah dokter Louisa, melihat apa yang dilakukan profesor Frank membuat dokter Louisa terpundur. Ia sudah sangat hafal jika profesor Frank sudah melakukan itu artinya saat ini ia sedang marah sekali, ia juga hafal sekali dengan apa yang akan ia lakukan jika sedang marah. Dokter Louisa bergidik ngeri membayangkan hukuman profesor Frank yang dulu sering ia terima.     

"Kau...kau mau apa?" Jerit dokter Louisa panik ketika menyadari profesor Frank sudah ada dihadapannya.     

"Menurutmu apa yang akan kulakukan untuk gadis pembangkang sepertimu Lou." Jawab profesor Frank dengan cepat sambil mengarahkan tangannya kearah payudara dokter Louisa.     

"No...jangan lakukan itu, aku tak mau!!" Ucap dokter Louisa panik sambil mundur kebelakang sehingga ia kini bersandar pada dinding yang ada dibelakangnya.     

"Ikut aku masuk kedalam atau aku akan membuatmu telanjang disini sekarang juga." Sahut profesor Frank mengancam dokter Louisa.     

"Aku bukan budak seksmu Frank ...sekarang kau pergi dari tempatku.!kehadiranmu tak diinginkan disini.!!" Teriak dokter Louisa dengan suara bergetar.     

Profesor Frank tersenyum mendengar perkataan dokter Louisa, ia kemudian menoleh kearah kanan dan kiri seperti sedang memperhatikan keadaan sekitar. Tak lama kemudian ia menggendong dokter Louisa seperti karung beras kepundaknya dan membawanya masuk ke dalam apartemen, ia lalu berjalan menuju ranjang dengan dokter Louisa yang ada di pundaknya yang sedang meronta untuk dilepasakan.     

Brukk     

Dokter Louisa di lempar dengan kasar oleh profesor Frank begitu saja ke atas kasur.     

"Kau benar-benar sudah melewati batasanmu Louisa, akan kuingatkan kembali siapa dirimu sebenarnya." Ucap profesor Frank pelan sambil membuka pakaiannya.     

"No...jangan lakukan itu aku mohon, aku tak mau melakukan itu lagi Frank....aku bukan pemuas nafsumu Frank...aku tak mau huu huuu jangan lakukan itu padaku....." Teriak dokter Louisa menggila sambil mundur keujung ranjang sambil memegangi bajunya dengan kedua tangannya, air matanya sudah mengalir deras membasahi wajahnya yang terlihat sangat ketakutan.     

Dokter Louisa sudah berjanji didepan makam kedua orang tuanya bahwasanya ia akan menjalani hidup normal seperti orang lain, tanpa menjadi budak seks seorang pria seperti yang sudah ia alami dulu bersama profesor Frank. Maka dari itu ia kini sangat ketakutan ketika melihat profesor Frank sudah melepas semua pakaiannya dan hanya menyisakan celana boxernya saja.     

"Jangan Frank aku mohon jangan lakukan itu padaku, aku sudah bertobat Frank. Aku ingin menjalani hidup seperti orang normal lainnya hiks hiks..." Pinta dokter Louisa memohon belas kasihan dari profesor Frank yang sudah naik ke atas ranjang.     

"Memangnya orang normal lainnya seperti apa Lou...bukankah yang kita lakukan juga seperti orang lainnya." Sahut profesor Frank dengan cepat sambil menarik kaki dokter Louisa ke arahnya.     

"No Frank....     

Tak lama kemudian suara jeritan dokter Louisa terdengar lebih memilukan diatara desahan dan erangan profesor Frank yang sedang memacu kejantanannya di dalam liang surgawi dokter Louisa yang sintal, tak bercinta selama hampir satu bulan dengan dokter Louisa membuat profesor Frank menggila. Ia terlihat sangat menikmati setiap gesekan kejantannya di dalam vagina dokter Louisa yang terasa kesat karena tak melakukan fore play terlebih dahulu seperti yang sudah-sudah, walau dokter Louisa sudah tak perawan dan sudah sering bercinta ia masih bisa merasakan sakit saat bercinta dengan cara seperti itu.     

"Sakittt....akhhh..." Ucap dokter Louisa terbata ketika satu kakinya diangkat ke atas oleh profesor Frank dan diletakkan di atas pundaknya, dalam posisi seperti itu penetrasi yang dilakukan profesor terasa lebih dalam dan nikmat.     

"Kau makin mengairahkan jika berontak seperti itu Lou...Plakkk Plakkk..." Profesor mengakhiri perkataannya dengan menampar bokong dokter Louisa berkali-kali.     

"Frankkk akhhh stop ..." Ceracau dokter Louisa dengan mata penuh air mata, ia merasa sangat terhina dipaksa melayani nafsu profesor Frank saat ini.     

"You are mine Lou...until the last breate you are mine lou...." Sahut profesor Frank dengan berteriak saat mencapi puncak kenikmatannya, ia terlihat memejamkan kedua matanya saat menyemprotkan sperma miliknya ke dalam rahim dokter Louisa dalam posisis doggy style, salah satu posisi bercinta favoritnya dimana ia bisa memacu tubuh dokter Louisa dari belakang dan bisa mencengram kedua payudara dokter Louisa sesuka hatinya.     

Setelah selesai melakukan pelepasan profesor Frank nampak ambruk disamping tubuh dokter Louisa yang meringkuk ke kiri sambil menangis, ia merasa sangat kotor saat ini. Diperkosa oleh pria yang ia cintai membuatnya hancur .     

"Aku membencimu Frank....hiks kau jahat..." Isak dokter Louisa berkali-kali.     

"Kau boleh membenciku silahkan saja, tapi aku tidak...kau hanya bisa menjadi milikku Lou, kau selamanya milikku." Sahut profesor Frank dengan cepat.     

"Kau egois..kau sudah ada dokter Ammy kenapa kau tak mau melepaskan aku...     

"Karena kau akan jadi ibu dari anakku Lou..aku tak akan melepaskanmu." Ucap profesor Frank lirih memotong perkataan dokter Louisa.     

Deg     

Deg     

Jantung dokter Louisa berpacu dengan cepat mendengar perkataan terakhir profesor Frank yang kini sudah memeluknya dengan erat dari belakang, ia bisa mendengar suata dengkuran halus yang berasal dari pria yang ia cintai itu.     

"Andai itu nyata Tuhan..." Isak dokter Louisa lirih.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.