You Are Mine, Viona : The Revenge

After ten months



After ten months

0Hari kamis pagi di desa Elora nampak lain dari hari-hari sebelumnya, pasalnya hari ini ada perayaan sebuah pesta pernikahan salah satu anak orang penting di Elora. Karena itu hari ini aktifitas warga desanya pun tak banyak, mereka menutup toko masing-masing karena ingin ikut berpesta bersama.      
0

Bahkan klinik Adam pun terpaksa tutup, pasalnya ia dipaksa ikut untuk berpesta bersama. Sebagai orang penting di Elora popularitas Adam sangat diperhitungkan, alhasil ia selalu ikut tiap ada acara yang berhubungan dengan pesta warga setempat.     

"Pesta siapa si ini kak?" tanya Viona sedikit berbisik pada Adam dengan perlahan.     

"Pesta anak kepala desa Elora yang lama Anji,"jawab Adam sambil tersenyum.     

"Oh begitu, pantas saja ramai sekali," ucap Viona singkat sambil mengagumi keindahan dekorasi pernikahan.     

"Ya begitulah namanya juga orang kaya jadi ya beginilah," sahut Adam setengah berbisik merespon perkataan Viona yang sebenarnya.     

Viona tersenyum simpul mendengar perkataan Adam, sebenarnya pernikahan yang mereka hadiri saat ini masih jauh dari kesan mewah. Bahkan pesta pernikahannya dulu seratus kali lebih mewah dari pesta yang ia datangi saat ini, namun karena pesta ini ada di desa jadi sudah terlihat sangat mewah.     

Yang menikah hari ini adalah calon walikota yang akan maju dalam pemilu, jadi tak heran kalau semua warga Elora diminta untuk hadir menyaksikan pesta pernikahannya. Tentu saja tidak saja benar-benar gratis, pasalnya beberapa asisten sang pengantin pria memberikan brosur yang berisi tulisan agar warga memilihnya sebagai walikota perwakilan dari desa Elora. Karena inilah Viona merasa sedikit tak nyaman datang ke pesta pernikahan anak mantan kepala desa ini, ia merasa seperti sedang di sogok secara halus melalui makanan agar memilihnya dalam pemilu.     

"Dulu Fernando saja yang sudah dipastikan akan menang dalam pemilihan anggota senat tak perlu melakukan cara seperti ini, lalu kenapa orang ini…     

Deg      

Viona tak dapat menyelesaikan perkataannya ketika menyadari kesalahannya, ia kembali teringat tentang Fernando tanpa sadar. Beberapa hari ini ia memang selalu mengingat Fernando entah kenapa, hal ini semakin membuatnya tak nyaman.      

"Kenapa aku harus mengingatmu lagi Fernando," ucap Viona lirih sambil memegang dadanya yang berdegup dengan kencang.     

Adam yang sedang mengambil buah nampak memicingkan satu matanya ketika melihat Viona, ia merasa ada yang salah dengan Viona. Oleh karena itu ia membatalkan niatnya untuk mengambil buah, ia ingin segera ke tempat Viona yang sedang duduk dibawah pohon mapple yang rindang.     

"Kau kenapa Anji?" tanya Adam dengan cepat ketika ia sudah sampai di sebelah Viona.     

"Aku...aku tak apa-apa kak," jawab Viona tergagap.     

"Kau yakin sedang tidak apa-apa? tapi wajahmu terlihat sangat merah Anji. Apa kau sedang demam ?"tanya Adam kembali sambil berusaha menyentuh kening Viona namun Viona dengan cepat menangkis tangan Adam.      

"Aku baik-baik saja kak... aku benar baik-baik saja kok. Aku hanya sedikit merasa tidak nyaman saja ada di kerumunan orang sebanyak ini," jawab Viona berbohong.      

Mendengar perkataan Viona membuat Adam tersenyum, ia lupa bahwa Viona tidak pernah datang ke pesta pernikahan seperti ini sebelumnya selama ia tinggal bersamanya sepuluh bulan terakhir ini oleh karena itu Adam maklum kalau misalkan Viona merasa sedikit canggung. Adam kemudian berusaha meraih tangan Viona yang sedang memegang gelas berisi cocktail, namun tiba-tiba ponsel yang ada di dalam saku bajunya bergetar dengan sangat keras sehingga membuatnya membatalkan niatnya untuk meraih tangan Viona.      

"Anji aku angkat telepon terlebih dahulu ya, sepertinya ada telepon dari pusat," ucap Adam pelan berpamitan pada Viona sambil menunjukkan ponselnya yang terus berbunyi.     

"Huum," jawab Viona singkat.     

setelah berbicara seperti itu Adam kemudian berjalan menuju ke tempat yang lebih sepi untuk mengangkat ponselnya yang terus berteriak minta untuk ia urus, setelah merasa ada di tempat yang lebih nyaman Adam akhirnya mengangkat teleponnya dan berbicara cukup lama. Viona yang sedang duduk dibawah pohon maple dan berjarak 10 meter dari Adam bisa melihat dengan jelas Adam terlihat tersenyum ketika berbicara di telepon.      

"Aku bahkan sudah lupa rasanya dihubungi oleh seseorang," ucap Viona tanpa sadar sambil tersenyum tipis melihat ke arah Adam yang terlihat sangat bahagia berbicara di teleponnya.     

Adam kemudian terlihat berlari lari ke arah Viona sambil memegang ponselnya, ia lalu duduk tepat di depan Viona dengan senyum yang lebar.      

"Ada apa kak?" tanya Viona penasaran ketika melihat perubahan ekspresi Adam yang sangat signifikan seperti baru saja memenangkan sebuah lotre.      

"Aku punya berita yang sangat menyenangkan Anji," jawab Adam singkat.     

"Berita apa?" tanya Viona kembali.      

"Ini tentang…     

Adam tak dapat menyelesaikan perkataannya ketika merasakan ada seseorang yang menyentuh pundaknya dari belakang, saat ia menoleh ternyata yang sedang menyentuhnya adalah perwakilan keluarga dari pihak pengantin laki-laki yang sedang mengadakan pesta. Ia mengaku diperintahkan oleh orang tua sang mempelai laki-laki untuk mengundang Adam naik ke atas podium untuk memberikan beberapa patah sambutan kata sebagai perwakilan pemuda di desa Elora.      

"Kenapa harus aku?" tanya Adam bingung.      

"Anda kan satu-satunya dokter di desa ini dok jadi tuan Rudolf ingin meminta anda memberikan sambutan di acara pernikahan putra mereka tuan muda Robby dengan nona jesslyn," jawab salah satu anak buah tuan Rudolf sang empunya acara.     

"Ayo kak sana pergi," bisik Viona memberikan semangat pada Adam.     

"Baiklah kalau begitu, ayo kita ke podium," ucap Adam pelan sambil bangun dari kursinya, ia lalu berjalan meninggalkan Viona menuju podium dengan berjalan penuh wibawa.     

Viona tersenyum melihat Adam, ia tahu kakaknya itu adalah orang yang sangat dihargai di desa Elora. Oleh karena itu tak heran jika ia diminta untuk memberikan sambutan di acara acara penting seperti ini, sebagai anggota keluarga dari Adam ia merasa bangga melihat kakaknya dihormati banyak orang karena hal itu memberikan keuntungan tersendiri bagi panti asuhan.     

Saat Adam berbicara di podium banyak orang yang memperhatikannya, mereka nampak sangat terpesona melihat dokter muda yang tampan seperti Adam. Steffi sang asisten pribadi Adam pun berteriak paling keras ketika melihat dokternya memberikan kata sambutan di depan, melihat apa yang dilakukan oleh Steffi membuat Viona tersenyum. Ia mengingat kembali masa lalunya saat sedang bekerja di rumah sakit Global Bros, dimana suster Tina pasti akan selalu heboh dengan apa yang ia lakukan. Memiliki asisten pribadi merupakan hal yang sangat menyenangkan bagi seorang dokter, karena seorang dokter bisa berbagi masalah dan berbagi ide bersama asistennya itu. Bagi Viona suster Tina bukan hanya sekedar asisten, ia juga sudah menganggapnya sebagai sahabat yang paling baik dan mengerti dirinya. Karena suster Tina adalah orang pertama yang menyambutnya dengan baik ketika ia datang ke Kanada.      

"Apa kabarmu sekarang suster, aku sangat rindu sekali ingin bertemu denganmu," ucap Viona dalam hati sambil terus melihat ke arah Steffi yang masih heboh memberikan tepuk tangan kepada Adam.      

Langit yang sedang cerah tiba-tiba berubah mendung dan langsung turun hujan dengan sangat deras dalam waktu yang singkat, para tamu yang hadir dalam pesta undangan langsung berlarian menuju ke sebuah tenda yang sudah di sediakan sebelumnya. Walaupun pesta pernikahan yang sedang berlangsung bertema garden party akan tetapi pihak wedding organizer pesta pernikahan itu juga menyiapkan tenda dan ruangan khusus jadi para tamu bisa berlindung dan melanjutkan pestanya di dalam ruangan.     

Karena Viona merasa sudah tak nyaman menggunakan gaun pesta sederhana yang sudah basah terkena air hujan, Viona akhirnya memutuskan untuk pulang. Ia lalu mengembalikan gelas yang sedang ia pegang ke meja yang tak jauh dari tempatnya berdiri saat ini, namun saat akan pulang dari kejauhan ia melihat rombongan iring-iringan mobil serba hitam mendekati ke arah tempatnya berada.      

Jantungnya terasa seperti dipaksa keluar dari rongga dadanya ketika melihat orang yang baru keluar dari mobil, walaupun hujan sedang sangat deras dan daya pandang tidak terlalu jelas ia masih bisa mengenali orang yang sedang berdiri lima meter darinya itu.     

"T--tak mungkin...     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.