You Are Mine, Viona : The Revenge

Penolakan pertama



Penolakan pertama

0Viona dan Adam turun dari mobil untuk berjalan kaki karena mobil tak bisa lagi berjalan, pasalnya jalan menuju panti asuhan sudah tertutup oleh beberapa mobil besar yang berhenti di jalan utama menuju panti.     
0

"Ada apa kak kenapa banyak truk besar seperti ini?"tanya Viona pelan kepada Adam.     

"Aku juga tidak tahu ini tidak biasanya ada banyak truk seperti ini di sekitar sini," jawab Adam bingung, selama ia tinggal di panti asuhan ini adalah pertama kalinya ia melihat banyak truk yang parkir di tempat itu.     

Karena penasaran Viona akhirnya mengikuti truk-truk itu dengan terus berjalan kedepan, di mana ia melihat banyak pria tengah bekerja dengan menurunkan barang-barang dari dalam truk. Viona yang baru sampai di depan panti nampak kaget saat melihat barang-barang di dalam panti ada di halaman.     

"Ibu...apa kita mau pindah?" tanya Viona panik pada ibu Debora yang sedang berdiri melihat para pekerja menurunkan barang-barang dari dalam panti.     

"Tidak nona, kita tidak akan pindah," jawab Fernando tiba-tiba muncul dari balik truk sambil tersenyum lebar pada Viona.     

Deg      

Viona langsung terdiam saat melihat Fernando ada disamping ibu Debora,seharusnya ia sudah tahu dari awal bahwa Fernando lah otak dari semua keanehan yang terjadi di panti siang ini     

"Kau..akh maksudnya anda mau pindah ke panti atau…     

"Hei anak cantik sini ibu beritahu kejadian sebenarnya," ucap ibu Agnes memotong perkataan Viona sambil menarik Viona kearahnya, tak lama kemudian ibu Agnes mulai menceritakan kejadian yang sebenarnya terjadi.     

Saat ibu Agnes bercerita Viona terlihat berulang kali memijat keningnya yang tidak terasa sakit, ia bahkan sampai menarik nafas panjang ketika ibu Agnes menjelaskan secara detail apa yang sudah Fernando lakukan untuk panti asuhan kasih tempatnya tinggal.      

"Jadi semua barang-barang…     

"Ya semua barang-barang kita diganti dengan barang yang baru oleh tuan baik hati itu, tak ada satupun barang kita yang tak diganti nak," ucap ibu Agnes penuh semangat.     

"Lihatlah adik-adikmu, mereka sangat bahagia saat melihat kasurnya diganti dengan kasur kualitas nomor satu nak. Mereka bahkan dari tadi terus menjerit dengan mengatakan sudah tak sabar ingin tidur," imbuh ibu Agnes kembali sambil menunjuk ke arah anak-anak yang sedang duduk manis menatap pada pekerja memasukkan kasur-kasur baru mereka ke dalam panti.     

Viona hanya tersenyum tipis melihat adik-adik pantinya duduk dengan manis sambil menatap penuh harap ke arah para pekerja yang sedang memasukkan barang-barang ke dalam panti, selama mereka tinggal di panti baru kali ini mereka merasakan memiliki barang baru pasalnya selama ini mereka selalu mendapatkan barang bekas hasil donasi dari orang-orang kaya. Viona bahkan meneteskan air matanya ketika melihat betapa polosnya adik-adiknya pantinya itu yang sedang duduk berbaris rapi di kursi yang ada di taman depan panti.      

"Mereka sangat bersyukur memiliki barang-barang itu nak, ibu sampai tidak tega menolak permintaan tuan Fernando yang mengatakan ingin mengganti semua barang-barang yang ada di dalam panti dengan barang-barang baru," bisik ibu Debora pelan sambil menyentuh pundak Viona.     

"Iya bu, kita tak boleh menolak berkat dari Tuhan seperti ini kak," jawab Viona terisak menyembunyikan air matanya dari sang ibu.     

"Berterimakasihlah pada tuan Fernando nak, hanya kau yang belum berterimakasihlah pada tuan baik hati itu," ucap ibu Debora kembali.     

"Hanya aku kan ada kak Adam juga yang…     

Viona tak dapat menyelesaikan perkataannya saat melihat Adam sedang berbincang dengan Fernando, ia bahkan bisa melihat ekspresi Adam yang sedang mengucapkan banyak terima kasih pada Fernando berkali-kali. Viona tahu kalau Adam sangat mengagumi Fernando, terbukti dari setelah Fernando kembali ke kota kemarin sore Adam tak henti-hentinya membicarakan Fernando pada semua orang yang ada di panti. Ia menceritakan betapa hebatnya seorang Fernando Grey Willan yang sukses di usia muda, ia juga menceritakan tentang besar dan bagusnya rumah sakit Global Bros milik Fernando yang menyuplai obat-obatan di klinik saat banyak rumah sakit menolak proposalnya waktu itu.     

"Ayo giliranmu nak," ucap ibu Debora lembut membuyarkan lamunan Viona.     

"Aku...nanti saja bu kalau semua sudah selesai," jawab Viona terbata, ia belum siap berbicara empat mata dengan Fernando.     

"Kita harus jadi orang yang tau terima kasih anakku, karena tak banyak orang baik seperti tuan Fernando yang rela mengeluarkan uang banyak untuk mengganti semua barang-barang di panti kita nak," sahut ibu Debora pelan.     

"Iya bu, Anji tau," jawab Viona lirih.      

Ibu Debora tersenyum melihat sikap Viona, tangannya yang sedang membawa kantung kertas berisi mochi terlihat gemetaran. Wanita tua itu tau bahwa anaknya masih mencintai suaminya yang sedang sibuk bersama Adam membantu para pekerja merapikan berbagi hiasan di dalam panti, Fernando bersikeras membantu padahal Adam sudah melarangnya. Ia bahkan sampai melepas jas mahalnya dan menggulung lengan kemejanya sampai lengan ketika bekerja, walaupun Fernando tak membuka baju namun otot dadanya yang bidang bisa terlihat dengan jelas karena ia membuka kedua kancing teratas kemejanya.     

Tanpa Viona sadari wajahnya memerah ketika melihat Fernando bekerja seperti itu, pasalnya selama ini ia tak pernah melihat Fernando berkeringat seperti itu kecuali saat sedang bercinta.      

Deg      

"Akhhh…" Viona menjerit sambil berlutut tiba-tiba dengan memegangi dadanya yang terasa sakit, sehingga membuat ibu Debora dan ibu Agnes kaget.     

"Anji kau kenapa nak?" tanya ibu Debora panik.     

"Anakku kau kenapa? Kenapa kau memegangi jantungmu?! apa jantungmu sakit?" tanya ibu Agnes tak kalah panik.     

Viona hanya diam tak menjawab pertanyaan kedua ibunya itu, ia juga tak tau kenapa tiba-tiba dadanya terasa sakit saat mengingat tentang kemenakannya dulu bersama Fernando di istana. Rasa sakit dan kecewanya pada Fernando masih mengakar kuat dalam hatinya, sehingga saat ia mengingat tentang hal manis yang sudah ia lewati bersama Fernando tubuhnya bereaksi.     

Fernando yang sedang membawa figura foto di dalam panti langsung meletakkan foto-foto itu ke atas meja saat melihat Viona terduduk di tanah, Fernando pun langsung berlari ke arah Viona dengan cepat.     

"Honey… Vio kau kenapa?" tanya Fernando panik saat sampai di samping Viona, ia tak sengaja kalau keceplosan memanggil sayang pada Viona dihadapan ibu Agnes dan ibu Debora yang tak menyadari panggilan Fernando untuk Viona.     

"Vio…"ucap Fernando lembut sambil menyentuh tangan Viona dengan gemetaran.     

"Don't... don't touch me!!" sahut Viona dengan suara keras sambil menampik tangan Fernando yang menyentuhnya.     

"You're the one who hurt me Fernando, i hate you," ucap Viona terbata dengan lirih sehingga hanya Fernando lah yang mendengar perkataan Viona itu karena kebetulan ibu Agnes sedang berdiri menjaga ibu Debora yang terlihat sangat khawatir pada Viona.     

Deg      

Fernando langsung membatu mendengar perkataan Viona, wajahnya yang terlihat sangat khawatir tiba-tiba berubah menjadi sendu dan penuh kesedihan.     

Dengan perlahan Viona bangun dari tanah, ia lalu berjalan menuju danau meninggalkan Fernando bersama ibu Debora dan ibu Agnes tanpa berkata-kata.     

"Sabar nak,"ucap ibu Debora tanpa suara pada Fernando.     

"Aku tau bu, pasti sulit padanya melupakan semua yang sudah berlalu," jawab Fernando lirih.     

Ibu Debora menggenggam tangan Fernando dengan kuat untuk memberikan semangat pada suami anak kesayangannya itu, Fernando pun akhirnya tersenyum saat merasakan tangan ibu Debora makin kuat mencengkram dirinya.     

"Aku tak akan menyerah honey, kau pasti akan kembali lagi padaku secepatnya," ucap Fernando dalam hati sambil menatap Viona yang duduk di batu besar dipinggir danau.     

Bersambung      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.