You Are Mine, Viona : The Revenge

Dokter Viona



Dokter Viona

0Fernando berjalan menuju pintu depan dengan langkah mantap, ia lalu meletakkan tangan kirinya di daun pintu dan menutupnya dengan kencang sehingga membuat tangannya terjepit.     
0

"Fernando noooo…..     

"Arrggghhhh…."      

Suara Fernando terdengar sangat kesakitan saat tangannya terjepit, Viona yang tak percaya dengan apa yang dilakukan Fernando hanya bisa berteriak dan tanpa mampu menghentikan perbuatan suaminya. Saat Fernando akan melakukan hal sama kedua kali Viona langsung berlari ke arah Fernando dan menarik tangan kiri Fernando yang sudah berdarah menjauh dari pintu.     

"Stopp...kau gila Fernando," teriak Viona dengan suara bergetar saat menyentuh tangan kiri Fernando yang sudah berdarah-darah.     

"Aku sedang menghukum tanganku Vio biarkan aku menghukum tanganku ini yang pernah memukulmu...biarkan aku menghukumnya…     

"Jangan...jangan bicara lagi, ayo kerumah sakit," sahut Viona tergagap, Viona menebak tangan Fernando terluka cukup parah saat ini melihat bekas luka yang mengeluarkan darah cukup banyak.     

"Ada apa… tuannnn!!!!!" jerit Justin dan Harry berbarengan saat melihat tangan kiri Fernando berdarah.     

"Jangan banyak bicara, ayo bawa suamiku ke rumah sakit!!!"ucap Viona keras tanpa sadar menyebut Fernando dengan sebutan suamiku.     

Justin dan Harry langsung berlari keluar sambil membawa kunci mobil Adam, sedangkan Fernando dibimbing Viona berjalan menuju mobil. Ibu Agnes yang awalnya ikut panik saat melihat Fernando berdarah-darah kemudian tersenyum ketika melihat sikap Viona yang lembut, sorot mata Viona terlihat sekali kalau ia sedang sangat khawatir pada Fernando dan itu bisa dilihat dengan jelas oleh ibu Agnes.     

"Semoga dengan ini kalian bisa berbaikan anakku," ucap ibu Agnes tulus mendoakan Viona dan Fernando, ia kemudian membersihkan sisa darah Fernando yang menetes di sekitar pintu menggunakan tisu supaya anak-anak nanti tak ada yang melihat.     

Dalam perjalanan menuju rumah sakit wajah Fernando terlihat memucat sehingga membuat Viona sedikit khawatir, ia takut luka di tangan Fernando mengenai sistem saraf penting. Berkali-kali Viona meminta Justin untuk mempercepat laju mobil mereka menuju rumah sakit, Harry pun juga melakukan hal yang sama seperti sang nyonya sehingga membuat Justin sedikit terganggu konsentrasinya.      

Mobil butut Adam akhirnya sampai di rumah sakit yang sama dengan rumah sakit tempat ibu Debora dirawat, dengan perlahan Justin dan Harry membantu Viona menurunkan Fernando dan membawanya masuk ke ruang IGD menggunakan kursi roda.     

"Ini harus dilakukan tindakan serius tuan," ucap seorang suster pada Justin saat melihat luka serius di tangan Fernando.     

"Ya sudah lakukan, tunggu apa lagi,"sahut Justin dengan cepat.     

"Tapi dokter kami…     

"Dokter kalian kenapa?"tanya Harry tidak sabar.     

"Sejak tadi malam dokter Raul dan para asistennya ditangkap polisi kami kekurangan tenaga dokter, pasalnya dokter yang berjaga di IGD saat ini sedang menggantikan tugas dokter Paul yang terbengkalai," jawab sang suster lirih, ia takut kalau akan membuat pria-pria yang ada di hadapannya marah.     

"Memangnya tak ada dokter lagi apa di rumah sakit ini!!" bentak Harry penuh emosi.      

"Tidak ada…     

"Ada berapa orang suster yang berjaga hari ini?" tanya Viona tiba-tiba.     

"Ada 5 orang," jawab suster rumah sakit Mt. Elizabeth itu tergagap.     

"Detail... berapa orang yang bisa menjadi asistenku di ruang operasi?"tanya Viona kembali.     

"Dua…tunggu anda..     

"Ya saya dokter bedah, siapkan ruang operasi. Aku yang akan mengoperasi suamiku sendiri," jawab Viona mantap sambil melepaskan tangan kanan Fernando yang masih mencengkram lengannya dengan kuat.     

"Tapi…     

"Ayo suster!!!tunggu apa lagi,!!"hardik Viona dengan suara meninggi.     

Sang suster yang berjaga di ruang IGD langsung berlari menuju ke ruang operasi seperti yang diperintahkan oleh Viona, ia pun sempat memanggil beberapa orang temannya yang berjaga di depan untuk membantunya menyiapkan ruang operasi. Viona nampak sedikit khawatir karena melihat kondisi Fernando yang terlihat semakin melemah, ia benar-benar khawatir dengan kondisi luka di tangan kiri suaminya yang mulai membiru itu. Ia takut kalau luka itu tak segera diurus akan menjadi pembusukan darah dan itu akan sangat berbahaya, pasalnya kulit tangan Fernando yang mengelilingi luka yang robek nampak sudah mulai membiru cenderung hitam.     

"Nyonya anda yakin akan melakukannya sendiri?" tanya Justin tak percaya.     

"Aku dokter Justin, walau sudah satu tahun aku tak menyentuh pisau bedah tapi aku tak kehilangan kemampuanku. Jadi kau tak usah khawatir," jawab Viona penuh keyakinan sambil memeriksa denyut nadi Fernando yang makin melemah.     

Tak lama kemudian para suster memberitahukan pada Viona bahwa ruang operasi sudah siap dengan cepat ia meminta 3 orang suster itu membawa Fernando ke ruang operasi di ikuti Justin dan Harry, saat hampir sampai di depan ruang operasi Viona menarik tangan suster yang pertama kali ia lihat di ruang IGD.     

"Dimana baju operasiku?" tanya Viona pada sang suster yang diketahui bernama Demi itu dengan perlahan.     

"Ya Tuhan hampir lupa, ayo dok ikut saya berganti pakaian dulu," jawab suster Demi dengan cepat mengajak Viona berjalan menuju ke sebuah ruangan ganti para dokter dan suster sebelum masuk ke ruang operasi.      

Dengan cepat Viona meraih baju seragam operasi yang bersih di atas meja, tanpa kesulitan ia lalu memakai baju yang dulu sering ia pakai di meja operasi. Walaupun ini adalah pertama kalinya ia menyentuh meja operasi lagi setelah berhenti menjadi dokter selama 1 tahun, namun Viona tak merasa ragu sedikitpun kemampuannya menjadi dokter selama bertahun-tahun membuat percaya dirinya sangat tinggi. Apalagi saat ini pasien pertamanya Setelah libur selama 1 tahun adalah sang suami sendiri jadi Viona yakin bisa menyelesaikan pekerjaannya ini dengan sangat mudah.      

Setelah memakai seragam operasi Viona kemudian masuk ke dalam ruang operasi setelah mencuci tangannya dengan bersih dan memakai sarung tangan khusus dibantu suster Demi yang bertindak sangat cepat, ketika ia masuk ke ruang operasi Fernando terlihat sudah tidak sadar dengan sebuah infus terpasang di tangan kanannya. Luka di tangan kirinya pun sudah dibersihkan menggunakan alkohol oleh para suster yang menunggu kedatangannya.     

"Apakah kalian sudah menyiapkan darah yang sesuai dengan pasien ini?" tanya Viona pelan dari balik masker yang menutupi wajahnya.      

"Sudah dok, pasien mempunyai golongan darah AB rhesus positif dan kebetulan di rumah sakit kami golongan darah AB rhesus positif sedang banyak Jadi kami tak kesulitan ketika mencarikan kantung darah untuk nya dokter," jawab seorang suster yang ada di seberang Viona perlahan sambil menunjukkan kantong darah yang sudah tersedia.     

"Baik, kalau begitu sebelum kita mulai lebih baik kita berdoa semoga operasi yang kita lakukan berjalan dengan lancar tanpa halangan apapun," ucap Viona pelan, ia memang selalu melakukan doa terlebih dahulu sebelum melakukan tugasnya di meja operasi bersama para suster yang melayani nya dulu di rumah sakit.      

Tak lama kemudian para suster terlihat memejamkan matanya sejenak untuk berdoa mengikuti Viona.     

"Ok berdoa selesai, berikan aku pisau bedah…     

Bersambung      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.