You Are Mine, Viona : The Revenge

Sakitnya di hati



Sakitnya di hati

0Laura yang tidak menyangka akan dibawa pulang ke istana Fernando nampak terus menempel di tubuh Fernando, beberapa orang penjaga yang yang yang sedang berjaga malam nampak terkejut ketika melihat tuan mereka membawa seorang wanita seksi pulang. Pasalnya sejak sang tuan besar menikah mereka semua tak pernah lagi melihat tuannya itu membawa seorang wanita manapun pulang, akan tetapi malam ini mereka melihat sang tuan kembali lagi seperti dulu.      
0

"Ayo naik aku sudah tak sabar menikmati pelayananmu Laura," bisik Fernando pelan sambil mengeratkan pelukannya pada tubuh sintal Laura.     

"Dengan senang hati tuan," jawab Laura dengan nada menggoda.     

Fernando mengajak Laura masuk ke lantai dua, ia tak takut sama sekali kalau Viona melihatnya membawa perempuan. Justru itulah yang ia harapkan sebenarnya, Viona harus tahu bahwa ia dengan mudah sekali mencari perempuan cantik. Sesampainya di lantai dua Fernando mengajak Laura ke kamar yang paling ujung, dimana kamar itu dulu memang ia pakai untuk mendapatkan pelayanan dari wanita-wanita yang ia bawa pulang. Sudah hampir satu tahun lamanya ia tak menggunakan kamar itu lagi dan malam ini adalah malam pertama ia memakainya lagi bersama Laura yang kini ada di pelukannya.      

Sesampainya di depan pintu kamar bercintanya Fernando langsung memasukkan beberapa kombinasi angka yang mengunci pintu kesenangannya itu, setelah berhasil membuka kamar itu Fernando lalu menarik Laura masuk kedalam. Saat baru beberapa langkah di dalam ruangan Fernando langsung melempar tubuh Laura ke atas ranjang, saat tubuh Laura terhempas di ranjang kedua payudaranya keluar dari dress ketat yang ia pakai. Melihat pemandangan indah di hadapannya membuat Fernando tersenyum puas, ia lalu membuka jas mahalnya dan melempar nya begitu saja di lantai. Perlahan ia mendekati Laura yang sudah pasrah menerima perlakuan Fernando , saat sudah menindih Laura perlahan Fernando membuka kancing kemejanya satu demi satu dan melepasnya dengan cepat. Kedua mata Laura membelalak ketika melihat deretan otot perut Fernando yang sangat menggoda apalagi otot yang menuju ke tubuh bawahnya, Laura sudah membayangkan betapa jantannya Fernando ketika sudah melepas semua pakaiannya.      

Viona yang belum tidur melihat dengan jelas bagaimana Fernando membawa seorang wanita turun dari mobil masuk ke dalam rumah, kebetulan ia sedang berdiri di jendela melihat bulan yang sedang bersinar terang untuk mencari ketenangan pasca bertengkar dengan Fernando tadi pagi. Dadanya terasa sangat sesak ketika melihat Fernando menuntun seorang wanita berpakaian seksi masuk ke dalam rumah mereka, ia bahkan hampir saja terjatuh kalau tidak berpegangan pada tirai besar yang terpasang di jendela.     

"Inikah yang kau sebut dengan tulus mencintaiku Fernando," ucap Viona terbata sambil menatap tajam ke arah Fernando yang masih berbincang dengan beberapa bodyguard di depan rumah.      

"Akhh….     

Tiba-tiba Viona merasakan perutnya berkontraksi, keringat dingin langsung keluar dari keningnya. Karena merasakan sakit yang luar biasa dari perutnya, Viona akhirnya memilih duduk di sofa yang ada di sebelahnya. Ia lalu membaringkan tubuhnya di sofa sambil berusaha menahan emosinya, dari pagi perutnya belum terisi apapun hanya air putih saja hal itu membuatnya sedikit tidak bertenaga saat ini. Semua makanan yang baru menyentuh mulutnya terasa pahit sehingga ia memutuskan tidak memakan apapun kecuali minum air putih.      

"Hei sayang jangan marah, mommy baik-baik saja. Mommy tak apa-apa sayang, orang itu adalah partner bisnis daddy. Jadi kau jangan marah ya sayang…"      

"Itu hanya teman daddymu saja sayang,"      

"Mommy tidak marah dan sedih, jadi kau jangan marah lagi ya sayang...cup cup cup…"      

Viona berbicara kepada anaknya sambil meraba-raba perutnya, ia merasa kalau sang anak yang masih ada di dalam tubuhnya itu bisa merasakan emosinya. Walaupun bayi yang ada didalam kandungannya itu belum terbentuk sempurna karena masih berusia tiga bulan akan tetapi Viona yakin bahwa anaknya itu bisa merasakan emosi yang sama dengan dirinya, oleh karena itu Viona berusaha untuk tetap tenang dan berpikiran positif saat ini supaya tidak membuat anaknya marah lagi sehingga membuatnya kesakitan lagi.     

Karena sudah terlalu lelah Viona akhirnya tertidur di sofa tanpa menggunakan selimut dan bantal, ia hanya meringkuk begitu saja di sofa yang cukup besar untuk dua orang. Buliran air kristal bening masih menetes dari sepasang mata indah milik Viona yang tertutup, meskipun sudah terdengar dengkuran halus yang berasal dari Viona yang nampaknya sudah tertidur pulas akan tetapi air murni yang keluar dari sepasang matanya masih belum bisa berhenti, seakan tubuhnya masih belum bisa menerima apa yang baru saja terjadi.     

Viona akhirnya tertidur dengan pulas setelah sempat shock saat melihat sang suami membawa seorang perempuan pulang di mana selama seharian ini ia belum makan apapun, kondisi tubuhnya yang lemah membuatnya tak punya tenaga untuk berteriak sekadar untuk meluapkan emosi dan rasa kecewa. Viona membawa rasa emosi dan kekecewaannya dalam tidur dan berharap ketika ia bangun esok hari apa yang baru saja ia lihat hanyalah sebuah halusinasi semata, Viona masih meyakini bahwa Fernando tak akan pernah melakukan hal yang menjijikan itu lagi. Karena ia sudah berjanji padanya tak akan bermain perempuan lagi setelah menikah, karena itu merupakan satu syarat diantara beberapa syarat yang diberikan oleh Viona ketika dulu ia menerima lamaran Fernando.      

Matahari pagi akhirnya terbit di ufuk timur membangunkan jiwa-jiwa yang masih terbuai dalam alam mimpi, cahaya terang nya membawa kehidupan baru bagi makhluk yang berfotosintesis. Rasa hangat dari sinar terangnya membuat beberapa hewan bernyanyi kegirangan karena kembali merasakan kehangatan dari sinar sang surya yang perkasa. Begitu pula dengan para pelayan di istana Fernando yang sudah sibuk bahkan sebelum matahari mampu berada kokoh di atas bumi, kabar mengenai Fernando yang membawa seorang wanita pulang sudah terdengar di seluruh penjuru istana megah Fernando akan tetapi tak ada satupun dari mereka yang berani membuka mulut atau sekedar bertanya identitas wanita tersebut. Mereka sibuk dengan pekerjaannya masing-masing sambil memikirkan bagaimana perasaan saya nyonya saat ini, para pelayan berharap sang nyonya tidak mengetahui tentang keberadaan wanita yang dibawa pulang oleh sang tuan. Oleh karena itu mereka terus berdoa dalam hati semoga sang nyonya saat ini belum bangun dan berharap wanita yang dibawa oleh sang tuan segera bangun dan bisa pergi dengan cepat sehingga mereka akan dengan mudah menutupi kejadian itu dari sang nyonya.     

"Selamat pagi semua," ucap Viona lembut menyapa semua pelayan yang ada di dapur.     

Suasana dapur yang sebelumnya tenang tiba-tiba menjadi gaduh karena para pelayan nampak serba salah, bahkan seorang pelayan yang paling senior pun nampak menjatuhkan piring yang ia bawa ke lantai sehingga membuat suasana semakin canggung dan panik.     

"Hati-hati itu nanti pecahannya mengenai kaki kalian," pekik Viona kaget sambil mengulurkan tangannya ke depan berusaha melarang semua pelayan bergerak.     

"Ada apa kenapa kalian sangat ribut sepagi ini…     

Teddy tak dapat menyelesaikan perkataannya karena melihat keberadaan sang nyonya yang ada di dapur, ia kini menyadari apa yang baru saja terjadi karena semua pelayan yang ada di dapur nampak memberikan kegugupan yang sama.      

"Teddy tolong perintahkan seseorang untuk membersihkan pecahan piring itu, aku takut pecahannya akan melukai salah satu pelayan," pinta Viona pelan pada Teddy yang berdiri di belakangnya.     

"Baik nyonya, anda tenang saja. Saya akan merapikannya sendiri nyonya," jawab Teddy dengan cepat.     

"Terima kasih Teddy dan tolong hati-hati," sahut Viona khawatir.     

Teddy menganggukan kepalanya pelan merespon perkataan sang nyonya, ia lalu bergerak cepat menuju ke dapur dimana nampak pecahan pricing berceceran di antara kaki para pelayan yang sedang sibuk membuat makanan.     

"Pak…     

"Diamlah, nyonya masih ada disini," ucap Teddy lirih memotong perkataan seorang pelayan muda yang mencoba berbicara padanya.     

Sang pelayan wanita yang berusaha berbicara pada Teddy pun akhirnya terdiam, mereka hanya bisa menunduk dan diam melihat Teddy bekerja dengan perasan campur aduk karena sang nyonya masih berdiri di depan dapur dengan wajah khawatir. Tak lama kemudian Teddy pun akhirnya selesai merapikan pecahan kaca yang ada di lantai, ia lalu membuang pecahan piring itu ke tempat sampah setelah sebelumnya menyimpan di tempat kantung sampah khusus.     

"Apakah ada yang bisa saya bantu nyonya?" tanya Teddy pelan saat ia selesai mencuci tangannya.      

"Aku tak butuh apa-apa Teddy, aku hanya ingin melihat para pelayan menyiapkan makanan saja," jawab Viona pelan berbohong.     

"Tapi lebih baik anda istirahat saja nyonya…     

"Pelayan!!!! air…..mana air minumku pelayan," teriak seorang wanita dari lantai dua dengan keras sehingga membuat Teddy tak dapat menyelesaikan perkataannya.     

Deg     

Jantung Viona berdetak dengan kencang saat mendengar suara wanita yang semalam ia lihat diajak masuk oleh Fernando, harapannya pun luluh seketika saat menyadari bahwa yang ia lihat semalam bukanlah halusinasinya akan tetapi sebuah kejadian yang benar-benar terjadi.     

Tak      

Tok     

Tak      

Tok     

Laura menuruni tangga dengan langkah terburu-buru, suara sepatu yang ia pakai terdengar sangat keras.      

"Kenapa pelayan disini tuli semua hah!!" teriak Laura dengan suara keras sambil berkacak pinggang begitu sampai didepan dapur.      

Viona yang masih menghadap arah yang sama dengan Laura saat ini belum melihat sosok Laura yang ada di belakangnya, ia berusaha berdamai dengan dirinya agar tak meledak.      

"Jadi selain tuli kalian juga bisu ya ?!" teriak Laura kembali dengan keras.     

"Maaf nona ada yang bisa saya bantu?" tanya Viona lembut sambil berbalik badan.     

Kedua mata Viona seperti akan melompat dari rongga matanya ketika melihat sosok Laura yang kini ia bisa lihat dengan jelas, wanita itu saat ini hanya memakai kemeja putih milik Fernando. Ia bahkan tak memakai bra karena puting payudaranya dapat Viona lihat dengan jelas, seorang wanita malam yang diajak Fernando pulang berlagak sebagai seorang nyonya rumah di hadapan nyonya rumah yang asli saat ini.     

Viona berusaha sekuat tenaga untuk tak menangis walaupun sebenarnya kedua matanya sudah sangat pedas, dadanya pun terasa sangat sesak. Seandainya Viona memakai sepatu tinggi mungkin ia sudah jatuh saat ini karena kedua kakinya terasa seperti tak bertulang saat melihat wanita asing yang sedang memakai pakaian suaminya sedang berdiri angkuh dihadapannya.     

"Apa kau tuli hah...aku butuh air!!" jawab Laura dengan keras.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.