You Are Mine, Viona : The Revenge

Kebebasan yang kembali hilang



Kebebasan yang kembali hilang

0Viona akhirnya terbangun ketika mobil box yang membawanya berhenti, ia lalu melihat jam yang terpasang di tangan kirinya dengan cepat.     
0

"Aku kira sudah tidur terlalu lama ternyata baru tiga puluh menit." Ucap Viona pelan sambil merapikan rambutnya yang berantakan karena ia lipat di dalam topi.     

Tak begitu lama kemudian pintu box pun kembali terbuka dan beberapa orang pria nampak mengeluarkan box-box itu dari dalam mobil, ketika sudah tidak ada orang lagi yang masuk Viona kemudian keluar dari mobil box dengan cepat. Begitu berhasil keluar ia berjalan dengan cepat menjauhi mobil box supaya tak ada yang curiga melihatnya keluar dari dalam mobil box itu.      

"Akhhhh segarnya udara pagi ini." Ucap Viona sambil mengangkat kedua tangannya ke atas ketika berhasil keluar dari dalam mobil box.     

Viona kemudian menoleh ke sekeliling tempatnya berada, ia ternyata ada komplek sebuah pertokoan yang menjual berbagai makanan ringan dan pernak pernik lucu. Dengan cepat Viona melangkahkan kakinya menuju ke sebuah restoran kecil yang cukup ramai, Viona menikmati suasana dimana tak ada orang yang mengganggunya atau mengejar-ngejarnya seperti saat sedang bersama Fernando.      

"Selamat datang nona." Sapa seorang pelayan ramah sambil membukakan pintu untuk Viona.     

"Terima kasih, apa masih ada kursi kosong.?" Jawab Viona sambil tersenyum dan menatap sekeliling restoran yang hampir penuh.     

"Untuk berapa orang nona.?" Tanya sang pelayan kembali.     

"Saya sendiri." Sahut Viona dengan cepat.     

"Restoran ini menyediakan tempat yang nyaman untuk pengunjung yang menikmati kesendirian, mungkin anda mau mencobanya nona." Ucap sang pelayan menawarkan fasilitas di restoran pada Viona.     

"Boleh, kebetulan saya ingin menikmati sarapan saya dengan tenang nona." Sahut Viona bersemangat.     

"Baik nona, silahkan ikut saya." Ajak sang pelayan pada Viona.     

Viona kemudian mengikuti langkah sang pelayan dengan cepat sampai ke sebuah ruangan yang hanya terdapat empat kursi saja dan ruangan itu langsung menghadap jalanan, dimana ia bisa melihat para pejalan kaki di luar yang berlalu lalang. Viona pun langsung setuju untuk duduk di tempat itu dan langsung memesan makanan yang ada di buku menu.     

"Split Pea Soup, Butter tart satu dan Nanaimo bars lalu untuk minumnya saya mau lemon tea tanpa gula dan tolong berikan daun mint di dalamnya." Ucap Viona pelan menyebutkan pesanannya pada sang pelayan yang berdiri di sampingnya.     

"Baik nona, terima kasih atas pesanannya. Semua makanan anda akan datang dalam tiga puluh menit lagi tolong ditunggu." Jawab sang pelayan ramah.      

"Terima kasih." Sahut Viona dengan cepat.     

"Dengan senang hati nona." Ucap sang pelayan kembali, ia lalu meninggalkan Viona sendiri di ruangan itu dan segera pergi ke dapur untuk memberitahukan koki restoran membuat makanan yang dipesan Viona.     

Setelah sang pelayan pergi Viona berdiri di kaca sambil menatap ke arah luar, dimana banyak orang yang sedang berdiri di pinggir jalan menunggu bus di sebuah halte. Ada juga beberapa pelajar yang berjalan kaki bersamaan menuju sekolah sambil bergurau, melihat pemandangan itu membuat Viona tersenyum.      

"Menyenangkan sekali rasanya bisa seperti anak-anak itu tertawa tanpa beban, sungguh masa remaja yang indah." Ucap Viona lirih sambil terus menatap para pelajar yang sedang naik ke dalam bis sekolah.      

Saat Viona masih berdiri menatap orang-orang yang berlalu lalang tak lama kemudian masuk dua orang pelayan masuk ke dalam ruangannya dengan membawa makanan yang sudah ia pesan sebelumnya, mereka lalu meletakkan pesanan Viona di atas meja dengan hati-hati.     

"Silahkan dinikmati nona selagi masih hangat Soupnya." Ucap seorang pelayan pada Viona sambil tersenyum.      

"Terima kasih banyak." Jawab Viona dengan cepat.      

Kedua pelayan itu pun kembali keluar dari ruangan yang sudah dipilih oleh Viona dan kembali ke pekerjaan lainnya, sementara itu Viona pun langsung duduk di kursinya begitu melihat Split Pea Soup pesanannya terlihat sangat menggoda. Split Pea Soup adalah sup yang dibuat dari kacang kapri dan daging, sup ini sebenarnya dibuat oleh orang-orang Kanada di masa lalu yang terinspirasi para penjelajah Perancis yang datang ke Kanada. Dan sampai saat ini sup kacang kapri atau Split Pea Soup ini banyak ditemukan di berbagai restoran yang ada di Kanada.      

Viona terlihat sangat menikmati supnya dengan lahap, selama ini ia biasa dimanjakan oleh Fernando dengan makanan-makanan mahal yang sampai akhirnya membuatnya bosan. Sehingga ketika menikmati makanan sederhana seperti yang sedang ia makan saat ini terasa nikmat luar biasa, apalagi ini adalah sup sehat yang tidak terlalu banyak menggunakan bahan pengawet dan MSG. walaupun sebenarnya makanan yang ia biasa makan di rumah juga tanpa bahan pengawet dan MSG tapi Viona merindukan makanan sederhana seperti ini yang biasa dimakan oleh orang kebanyakan seperti pengunjung di restoran yang ia datangi sekarang.     

Setelah menghabiskan supnya Viona mulai beralih dengan mencicipi Butter Tart yang sedari tadi menarik perhatiannya, Butter Tart merupakan salah satu makanan khas Kanada yang terbuat dari campuran mentega, gula dan telur yang dibentuk menyerupai mangkok kecil. Butter Tart ini biasanya dihidangkan bersama kopi dan minuman lainnya akan tetapi ia juga bisa dijadikan dessert ketika selesai makan seperti yang Viona lakukan saat ini.      

"Sepertinya kapan-kapan aku harus mengajak Fernando pergi ke sini, supaya tak makan makanan mahal terus." Ucap Viona pelan sambil menyeka mulutnya dengan sapu tangan setelah selesai menikmati semua makanannya.     

Viona akhirnya meninggalkan restoran tempatnya sarapan untuk pergi ke toko muffin baru milik Amina dan Jenny yang sudah mulai buka beberapa hari yang lalu dengan menggunakan taksi, ketika sudah sampai di depan toko kedua adiknya itu ia hanya berdiri dari jauh sambil tersenyum ketika melihat kedua adiknya sangat bersemangat melayani permintaan para pembeli yang antri. Kedua matanya berkaca-kaca ketika melihat jennie dan Amina.     

"Kalian harus bahagia dan hidup dengan baik, melihat kalian seperti ini aku sangat bahagia." Batin Viona lirih sambil menyeka air mata yang keluar dari ujung matanya.      

Saat akan kembali pulang ke rumah Viona tak sengaja melihat dokter Louisa keluar dari sebuah restoran yang tak jauh dari tempatnya berdiri, sebenarnya ia akan menyapa dokter sexy itu akan tetapi niatnya ia batalkan ketika melihat seorang pria dari dalam mobil turun menghampiri dokter Louisa. Seorang pria asing yang tidak pernah ia lihat sebelumnya, karena tak mau mengganggu waktu dokter Louisa dengan sang pria asing itu Viona akhirnya memilih untuk kembali ke rumah karena sudah hampir makan siang. Ia tak mau ada orang yang menyadari kalau dirinya tidak ada di rumah, Viona merasa jalan-jalannya hari ini sudah cukup untuk membuatnya merasa lega karena bisa melihat pemandangan lain.     

Dengan menggunakan taksi Viona kembali ke istana sang suami, ia pun mengarahkan sang supir taksi untuk melewati jalan samping yang di pagar tinggi menggunakan tanaman. Viona masih mengingat jalan rahasia yang diberitahukan oleh sang juru masak istana Fernando terdahulu yang bernama nyonya Lily, yang menurut Fernando sudah meninggal beberapa tahun yang lalu karena sakit. Padahal sebenarnya Viona ingin menemuinya ketika baru sampai ke Kanada, akan tetapi karena keterbatasan ruang geraknya akhirnya ia tak bisa menemukan keberadaan nyonya Lily sampai akhirnya ia menikah dengan Fernando dan baru mengetahui kabar tentangnya Lily dari sang suami.      

"Nona yakin akan turun di sini.?" Tanya sang sopir taksi pada Viona dengan bingung ketika menyadari ia sedang berada di kawasan pribadi milik Fernando Grey Willan.     

"Iya pak ini uangnya." Jawab Viona sambil tersenyum ketika menyerahkan uang taksinya kepada.      

"Tapi nona ini adalah kawasan pribadi milik pengusaha kaya yang bernama Tuan Fernando Grey Willan,  apakah anda tidak salah. Karena setahu saya di sini hanya ada satu rumah besar milik tuan Fernando itu dan tidak ada rumah lainnya lagi nona." Ucap sang sopir taksi kembali mencoba meyakinkan Viona Apakah tujuannya benar atau salah karena ia takut kalau Viona akan mendapatkan masalah jika ditemukan berada di wilayah pribadi Fernando tersebut.      

"Iya saya tahu ini adalah kawasan pribadi milik pengusaha itu anda tenang saja pak. Saya kesini karena ada keperluan lain, bukankah di sebelah sini ada danau yang cukup indah nah saya akan pergi ke danau itu bersama teman-teman yang lain." Jawab Viona berbohong.      

"Oh syukurlah kalau begitu, saya kira anda kesini ingin masuk ke dalam kawasan pribadi milik pengusaha itu. Karena yang saya dengar jika ada orang yang berusaha masuk ke dalam kawasan pribadi milik tuan Fernando maka orang itu akan dipenjara nona, tapi syukurlah anda ke sini karena tujuan lain bersama teman-teman anda. Kalau begitu jaga diri anda nona, saya permisi dulu." Ucap sang sopir taksi sambil tersenyum, tak lama kemudian taksi yang mengantar Viona itu pun pergi meninggalkannya sendirian.      

Viona hanya tersenyum lebar mendengar perkataan sang sopir taksi, ia tak menyangka kalau Fernando begitu ditakuti oleh orang-orang seperti supir taksi yang baru mengantarnya.      

"Lebih baik aku segera masuk kedalam, karena kalau Fernando menemukanku tak ada dirumah maka aku tak bisa kamu seperti hari ini lagi." Ucap Viona lirih sambil berusaha mencari pintu rahasia yang dulu ditunjukkan oleh nyonya Lily.     

"Nah itu dia lubang gorong-gorongnya." Pekik Viona kegirangan ketika melihat pintu rahasia yang menghubungkan gudang penyimpanan wine milik Fernando.     

Tanpa menunggu lama Viona langsung membuka pintu gorong-gorong yang tidak terlalu berat itu, ia lalu masuk ke bawahnya melewati tangga yang sudah menempel di dinding. Karena cahaya matahari yang masuk cukup banyak gorong-gorong itu tidak terlihat lembab seperti gorong-gorong lainnya, walaupun masih ada beberapa ekor laba-laba yang dapat Viona lihat. Dengan memberanikan diri Viona langsung berjalan di gorong-gorong itu menuju ke pintu rahasia di gudang penyimpanan wine milik Fernando yang ada di samping rumah utama.      

Kriiiettttt     

Pintu rahasia di gudang penyimpanan wine Fernando pun terbuka karena didorong oleh Viona dari bawah,  ia mengintip sekeliling untuk memastikan tak ada orang di dalam gudang. Ketika sudah dapat memastikan kalau tak ada orang di dalam gudang Viona lalu keluar dengan cepat dan menutup kembali pintu rahasia itu dengan hati-hati ya supaya tidak ada orang yang curiga.      

"Untung saja pintu ini tidak dak ditutup oleh kaki meja ini." Ucap Viona lirih sambil melihat meja yang cukup berat ada di samping persis pintu rahasia yang ada dibawahnya.      

"Apa yang anda lakukan di sini nyonya.?" Tanya seorang pelayan wanita kaget ketika melihat Viona ada di dalam gudang penyimpanan wine tempat yang seharusnya tidak Viona kunjungi.      

"Oh ini... mmm aku hanya ingin melihat beberapa koleksi wine suamiku saja." Jawab Viona dengan cepat berusaha menutupi ke kekagetannya.     

"Iya saya mengerti nyonya, tapi anda tidak harus datang ke tempat kotor seperti ini. Saya tidak mau dimarahi oleh tuan Fernando, ayo nyonya keluar dari tempat ini. Sepertinya tuan akan segera kembali." Ucap sang pelayan wanita dengan nada bergetar karena ketakutan sambil berusaha mengajak Viona untuk keluar dari gudang.       

Karena tak mau membuat curiga sang pelayan Viona akhirnya keluar dari gudang dengan membawa sebotol wine yang ada di samping kirinya tanpa melihat tahun berapa wine itu dibuat. Dengan membawa botol wine di pelukannya Viona berjalan menuju ke dalam istana melalui pintu samping dengan sang pelayan ada dibelakangnya sambil berjalan menunduk.     

"Apa yang kau bawa babe.?" Tanya seorang pria dengan suara keras yang sangat Viona hafal.      

"Hi….lihat apa yang aku temukan." jawab Viona sambil tertawa lebar dengan mengangkat botol lainnya ke udara untuk ditunjukkan kepada seorang pria yang baru bertanya kepadanya dan pria itu tak lain adalah Fernando sang suami.      

"Dari mana kau mendapatkan ini.?" Tanya Fernando kembali sambil melihat botol yang dibawa oleh Viona.     

"Dari gudang, aku sengaja mencarinya untukmu." Jawab Viona tanpa rasa bersalah bersikap senatural mungkin supaya Fernando tidak curiga kepadanya.      

"Kau mengambilnya sendiri di gudang." Ucap Fernando tidak percaya.      

Viona menganggukkan kepalanya merespon perkataan sang suami sambil tersenyum, Fernando lalu menatap tajam kearah pelayan yang berdiri di belakang Viona. Menyadari Fernando akan marah kepada sang pelayan Viona tiba-tiba merentangkan kedua tangannya ke udara ketika Fernando berjalan mendekati sang pelayan yang sudah ketakutan di belakang Viona.     

"Gendong." Ucap Viona manja sambil mengayunkan kedua tangannya.     

Fernando yang sedang memegang botol wine hampir menjatuhkannya ketika melihat sikap manja Viona yang baru saja ia lihat.      

"Ayo gendong.!!!" Pekik Viona kembali ketika Fernando tak kunjung menuruti kemauannya.      

Mendengar teriakan Viona membuat Fernando akhirnya sadar, ia lalu menyerahkan botol wine yang ada di tangannya kepada sang pelayan yang sedang berdiri di samping sang istri. Dengan cepat ia lalu menggendong Viona ala bridal style masuk ke dalam rumah.     

Viona langsung tertawa lebar ketika sudah digendong oleh Fernando Ia pun mengalungkan kedua tangannya dileher Fernando supaya wajah nya bisa lebih dekat dengan wajah sang suami.      

"Untung saja tadi aku tidak membawa tas. " Ucap Viona dalam hati.     

"Kenapa tiba-tiba manja seperti ini.?" Tanya Fernando sedikit curiga ketika melihat sikap Viona yang sedikit berubah, pasalnya Viona selama ini tidak mau mengumbar kemesraan nya di luar.      

"Memangnya kenapa,? lagi pula kan aku minta gendong pada suamiku sendiri, ya sudah kalau kau tak mau menggendongku turun kan saja aku disini. Aku bisa jalan sendiri masuk ke dalam rumah." Jawab Viona dengan ketus.      

Tawa Fernando kemudian meledak ketika mendengar perkataan Viona, ia lalu mengangkat Viona lebih tinggi dan mencium wajah istri berkali-kali di hadapan para pelayan.      

"Aku suka kau manja seperti ini lebih menggairahkanku." Bisik Fernando pelan ke telinga Viona.     

"Ah…. jangan bicara seperti itu di sini.!!" Pekik Viona jengkel sambil memukul dada Fernando perlahan.     

Fernando kembali tertawa ketika melihat Viona kembali merajuk, saat akan masuk ke dalam rumah tiba-tiba ia menoleh kearah pelayan yang sedang membawa botol wine dengan tatapan dingin.      

"Mulai saat ini kunci gudang itu supaya tidak ada yang bisa masuk ke sana kecuali pelayan yang bertugas, jangan sampai aku melihat istriku menginjakkan kakinya di sana lagi." Ucap Fernando dengan lantang.     

"Jangaaannnnn….." Teriak Viona dengan keras.     

"Lho kenapa memangnya babe.?" Tanya Fernando bingung.      

"Ituuu….aku…     

"Kalau aku membutuhkan wine, aku bisa meminta pelayan untuk mengambilkannya kau tak perlu turun tangan sendiri. Aku tak mau hal ini terjadi lagi, kau mengerti kan ucapanku kan babe.!" Ucap Fernando dengan cepat memotong perkataan Viona.     

"Yah aku tak bisa keluar lagi." Ucap Viona tanpa sadar.     

"Kau bilang apa babe.?" Tanya Fernando dengan suara meninggi.     

Bersambung      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.