You Are Mine, Viona : The Revenge

Over protective father 2



Over protective father 2

0Karena tak tega melihat Fernando duduk sendiri di meja lain Viona akhirnya memanggil suaminya itu untuk bergabung dengannya dan suster Tina di meja favoritnya dulu ketika sedang beristirahat setelah bekerja bersama suster Tina, meja yang tidak terlalu besar akan tetapi nyaman untuk menikmati makanan.     
0

"Maaf dokter, saya sebenarnya tak ada niat sedikitpun untuk melaporkan hal ini. Kalau seandainya saya tau dokter belum tau masalah dokter Cecilia yang di labrak suster Lucia saya pasti akan diam saja," ucap suster Tina dengan penuh penyesalan.     

"Ini adalah ketujuh kalinya kau mengatakan itu suster, coba saja sekali lagi kau mengatakan hal yang sama lagi. Aku akan minta suamiku mengirimmu ke antartika," jawab Viona dengan nada meninggi.     

"Dokter saya...     

"Sudahlah suster aku tau kau tak sengaja, akan tetapi jangan di ulang terus tidak sengajanya!!aku tak mau anak istriku dalam bahaya," sahut Fernando memotong perkataan suster Tina dengan nada meninggi sambil menggenggam tangan Viona dengan erat.     

"Aouch…     

"Sorry babe... sorry…" ucap Fernando kaget ketika menyadari kalau ia menggenggam tangan Viona terlalu kuat sehingga membuat Viona kesakitan.     

Viona tersenyum tipis melihat Fernando meraba-raba tangannya, ia melirik ke arah suster Tina yang diam sambil menunduk setelah mendengar perkataan suaminya. Perlahan ia memberikan kode pada Fernando agar berbicara sesuatu supaya suster Tina tak murung lagi, ia tak tega melihat suster Tina seperti itu.     

"Dimana kau tinggal suster?" tanya Fernando tiba-tiba.     

"A--apa tuan?" tanya suster Tina tergagap.     

"Tadi aku tanya dimana kau tinggal suster." ucap Fernando pelan sambil tersenyum.     

"Saya tinggal di apartemen Jasmine ParkView tuan," jawab suster Tina.     

"Oh Jasmine ParkView apartemen yang baru dibangun itu kan ?" tanya Fernando kembali.     

"Iya tuan, apa anda tau?" tanya balik suster Tina.     

"Tentu aku tau, apartemen itu dibangun atas ide dariku dan dibangun oleh perusahaan konstruksi yang aku dirikan." jawab Fernando sambil tersenyum.     

"Apaaaa….jadi pemilik lima gedung 30 lantai itu adalah anda tuan?" tanya suster Tina tak percaya, pasalnya komplek apartemen Jasmine ParkView ada di daerah strategis yang begitu dibuka langsung sold out terjual dalam waktu satu hari.     

"Bukan aku tapi untuk junior yang ada disini," jawab Fernando pelan sambil meraba perut Viona.     

Viona hanya tersenyum mendengar perkataan suaminya, ia sudah tau tentang rencana Fernando membuatkan beberapa gedung untuk putra mereka yang akan digunakan untuk tabungan masa depan putra mereka. Sementara itu suster Tina masih tak percaya ternyata apartemen tempat ia tinggal adalah milik Fernando Grey Willan yang artinya pria yang saat ini duduk di hadapannya semakin mengukuhkan diri sebagai pria paling kuat secara finansial dan kekuasaan di kota Ontario. Suster Tina menelan salivanya perlahan, ia bergidik ngeri membayangkan jika ada orang yang berani membuat masalah dengan seorang Fernando Grey Willan pasti orang itu akan hancur berkeping-keping.     

"Oh iya suster bagaimana dengan divisi obgyn apakah kau menyukai bekerja disana?" tanya Viona lembut membuyarkan lamunan suster Tina.     

"I--iya dok, saya menyukai divisi obgyn, dokter Lila sangat baik kepada saya. Beliau tak segan membantu saya jika saya dalam kesulitan." jawab suster Tina tergagap.     

Viona yang menyadari kalau suster Tina sedang gugup langsung menyentuh tangan mantan asistennya itu perlahan.     

"Tenang saja, ada aku suster," bisik Viona lirih sambil tersenyum.     

"Terima kasih dokter," jawab suster Tina dengan cepat.     

Saat mengetahui bahwa Fernando adalah pemilik gedung tempat ia tinggal, langsung membuat suster Tina gemetaran. Berada satu tempat duduk dengan Fernando membuatnya tak berdaya, tekanan dari pria yang ada di hadapannya itu terlalu hebat walaupun sebenarnya Fernando tidak melakukan apa-apa tapi tetap saja ia merasa sesak ada didekat Fernando.     

Tak lama kemudian waktu jam istirahat suster Tina pun berakhir, ia akhirnya mohon diri untuk kembali ke pekerjaannya lagi pada Viona dan Fernando masih menikmati makanan yang ada di kantin. Dengan langkah cepat suster Tina meninggalkan kantin, ia berharap untuk cepat sampai ke tempatnya yang ada di gedung sebelah. Melihat suster Tina berjalan dengan cepat meninggalkan kantin membuat Viona menghela nafas panjang ia tahu kalau suster Tina ketakutan karena Fernando.     

"Kenapa kau harus berkata seperti tadi kepada suster Tina babe?" tanya Viona pelan sambil menikmati puding mangga yang dibawakan oleh pelayan.     

"Berkata apa memangnya, aku tidak merasa ada yang salah," jawab Fernando jangan cepat.     

"Seharusnya kau tak perlu mengatakan bahwa kau adalah pemilik dari komplek apartemen Jasmine Park view itu, sikapnya langsung berubah begitu kamu mengatakan bahwa apartemen tempatnya tinggal adalah milikmu," ucap Viona pelan.     

"No no no no….. apartemen itu bukan milikku babe, apartemen itu milik anak kita," jawab Fernando dengan nada meninggi, sebenarnya komplek apartemen itu memang sudah dibangun sejak ia belum menikah dengan Viona.     

Fernando memang mengembangkan bisnisnya ke ranah properti juga untuk mengokohkan posisinya di kota, akan tetapi setelah ia menikah dengan Viona ia pun berniat memberikan semua apartemen itu untuk anak mereka kelak dan saat ini keinginannya akan segera terwujud karena di dalam perut Viona sudah ada anaknya.      

Viona tersenyum mendengar perkataan Fernando ia merasa bahwa sebanyak apapun ia bicara tidak akan pernah bisa menang dari Fernando, setelah merasa kenyang Viona mengajak Fernando untuk berjalan-jalan di sekitar rumah sakit. Ia benar-benar merasa rindu kembali bekerja setelah berada di rumah selama dua bulan lebih tanpa melakukan apapun, Fernando dengan senang hati menemani Viona berjalan mengelilingi rumah sakit yang juga sudah menjadi miliknya itu.      

"Kalau aku sudah melahirkan apakah aku boleh kembali bekerja?" tanya Viona pelan saat berjalan menyusuri lorong yang akan menuju ke taman belakang rumah sakit.      

"Apa kau rela memberikan anakmu diasuh oleh orang lain?" tanya balik Fernando tanpa ekspresi.      

"Aku tak langsung meninggalkannya setelah melahirkan, yang pasti aku harus menunggu dia berusia 3 bulan dulu baru aku bisa tinggal bekerja lagi," jawab Viona dengan cepat, ia belum menyadari bahwa Fernando tak suka mendengar permintaannya untuk kembali bekerja.      

"Jadi intinya adalah kau merelakan anak kita diasuh oleh orang lain bukan,"ucap Fernando dengan nada meninggi.      

Deg      

Viona langsung menghentikan langkahnya ketika mendengar perkataan Fernando yang terakhir, ia lalu menoleh ke arah Fernando yang berjalan di belakangnya. Tak lama kemudian Viona pun tersenyum ketika menyadari bahwa suaminya itu sedang marah saat ini.     

"Dasar tukang marah," ucap Viona pelan sambil mencubit pipi Fernando dengan gemas.     

Fernando diam saja ketika pipinya dicubit oleh Viona biasanya ia akan berteriak kesakitan jika dicubit seperti itu sang istri, tapi kali ini ia tak punya ekspresi karena masih merasa marah mendengar permintaan Viona yang mengatakan ingin kembali bekerja setelah melahirkan. Ia merasa bahwa apa yang ia berikan kepada Viona masih belum cukup membuat istrinya itu duduk di rumah mengasuh anak mereka dengan baik sambil menunggu dirinya kembali dari kantor.      

"Kau benar-benar marah padaku babe?" tanya Viona pelan sambil menarik tangannya dari wajah Fernando.      

Fernando diam saja tak merespon perkataan Viona dari sorot matanya sudah mengatakan kalau ia sedang marah saat ini, melihat Fernando tak merespon perkataannya Viona kemudian berbalik dan berjalan pergi meninggalkan Fernando. Viona berjalan dengan cepat meninggalkan Fernando yang masih berdiri di tempatnya, ia kemudian memutuskan untuk pulang dari rumah sakit karena menyadari bahwa Fernando tidak mengejarnya      

"Egois," ucap Viona lirih saat berada di dalam lift. Saat lift yang membawanya sudah sampai di lantai satu Viona kemudian keluar, akan tetapi tiba-tiba langkahnya terhenti. Ia kemudian berjalan menuju ke pintu sebelah barat bukan ke pintu utama di mana mobilnya berada, pintu di mana biasa dipakai oleh para karyawan untuk masuk ke dalam rumah sakit.     

Viona berjalan menuju ke halte bus yang letaknya tidak jauh dari rumah sakit, ia mempercepat langkahnya ketika melintasi halaman utama rumah sakit untuk menghindari sopirnya yang masih berada di samping mobil menunggu kedatangannya. Beruntung saat Viona sampai di halte sebuah bus baru saja datang, tanpa berpikir panjang Viona langsung naik ke dalam bus tanpa mengetahui tujuan bus itu akan membawanya kemana yang ada di dalam pikirannya saat ini adalah ingin mencari udara segar.      

Saat ada di dalam bus Viona mulai merasa mengantuk, ia lalu berpindah tempat duduk memilih di kursi paling belakang tempat paling nyaman untuk tidur. Viona langsung memejamkan kedua matanya ketika sampai di kursi favoritnya, setelah merapikan tas dengan baik Viona kemudian mulai memejamkan kedua matanya untuk beristirahat sebentar sambil menunggu pemberhentian halte berikutnya.      

Fernando yang masih marah nampak tak berbicara apapun ketika Justin dan Harry memberikan laporan tentang perusahaan kepadanya di rumah sakit, pikirannya masih melayang-layang mengingat perkataan Viona sebelumnya yang mengatakan ingin kembali bekerja setelah melahirkan.     

"Anda mau kemana tuan?" tanya Justin bingung ketika melihat Fernando bangun dari kursinya tiba-tiba.     

"Kita kekantor saja, aku tak nyaman ada di rumah sakit membahas hal penting seperti ini."jawab Fernando pelan, moodnya benar-benar jelek saat ini.     

"Siap tuan," jawab Justin dan Harry kompak, mereka lalu merapikan berkas-berkas yang sudah mereka keluarkan sebelumnya untuk dibawa pergi kembali ke kantor.     

Saat Fernando sedang memakai jasnya tiba-tiba pintu ruangannya terbuka dan masuklah dokter William dengan membawa dua kaleng minuman soda.     

"Kau mau kemana?" tanya dokter William bingung saat menyadari Fernando sudah rapi kembali.     

"Kembali kekantor, aku tak nyaman ada dirumah sakit." jawab Fernando singkat.     

"Viona??" tanya dokter William kembali.     

Fernando hanya diam saja ketika dokter William menebak dengan benar apa yang membuatnya tak mood, ia lalu berjalan keluar pintu melewati dokter William yang masih berdiri didepan pintu.     

"Kau kenapa brengsek!! kenapa kau diam saja saat aku tanya,!!" hardik dokter William kesal.     

"Aku tak mood Will…     

"Katakan ada apa? apa yang membuat kalian bertengkar lagi?!" tanya dokter William memotong perkataan Fernando.     

"Viona...dia mengatakan ingin bekerja lagi setelah melahirkan, aku tak habis pikir apa yang ada didalam otaknya itu. Apakah yang aku berikan selama ini masih kurang untuknya, lalu kenapa ia harus bekerja lagi!! saat dia jadi dokter dirumah sakit ini aku langsung beli sahamnya lalu apa lagi yang ingin ia cari? uang apakah uangku kurang banyak sehingga membuatnya harus kembali bekerja !!!" jawab Fernando dengan setengah berteriak, emosinya benar-benar sudah tak bisa ditahan lagi saat ini.     

Dokter William terdiam mendengar perkataan Fernando, ia tau kalau Fernando benar-benar marah saat ini.     

"Kalau dia bekerja lagi, lalu siapa yang akan merawat anakku Will. Aku tak rela anakku dirawat orang lain," ucap Fernando lirih.     

"Aku tak mau anakku mendapatkan kasih sayang dari orang lain Will...dia harus bahagia, dia harus mendapatkan perhatian penuh dari ibunya bukan dari orang lain Will…" Isak Fernando terbata, mengingat perkataan Viona membawanya kembali mengingat masa kecilnya bersama Frank yang diasuh oleh pelayan.     

Tumbuh besar tanpa kasih sayang orang tua membuat kehidupannya merasa tak sempurna, ia tak mau anaknya merasakan apa yang ia rasakan dulu.      

Dokter Wiliam yang paham dengan arah pembicaraan Fernando hanya bisa diam, ia tahu kalau Fernando hanya ingin anaknya bisa mendapatkan masa kecil yang bahagia.      

"Bicara perlahan dengannya, katakan dengan kepala dingin kalau kau tak ingin anakmu diasuh orang lain. Aku yakin Viona akan mengerti, ia wanita yang cerdas Fernando," ucap dokter William pelan sambil menepuk pundak Fernando perlahan.     

"Aku takut anakku tak bahagia...aku tak mau anakku merasakan kehidupan yang menyedihkan sepertiku Will," jawab Fernando dengan suara hampir tak terdengar.     

"I know Fernando, maka dari itu bicaralah baik-baik pada istrimu. Aku yakin ia akan mengerti," sahut dokter William memberikan semangat pada sahabatnya.     

Fernando menganggukan kepalanya pelan merespon perkataan dokter William sang sahabat,ia kemudian terlihat menarik nafas panjang untuk menenangkan dirinya.      

Tanpa mereka ketahui ada sepasang mata berbulu lentik yang melihat dan mendengar apa yang mereka semua katakan, si empunya mata indah itu tersenyum. Ia kini punya target baru untuk melancarkan aksinya.     

"Bahagiamu itu harusnya bersamaku tuan….     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.