You Are Mine, Viona : The Revenge

Sama-sama keras



Sama-sama keras

0Viona menangis sampai tertidur di depan pintu karena terlalu lelah dengan semua yang terjadi akhir-akhir ini, akhirnya ia terbangun ketika merasakan ada yang membelai pipinya dengan aroma tubuh yang sangat ia hafal.      
0

"Ibu…..!!"     

Viona menjerit dengan keras ketika membuka kedua matanya, ia merasa bahwa sentuhan yang tadi ia rasakan adalah sentuhan asli dari ibu Maria yang baru saja datang ke mimpinya dalam tidurnya yang singkat.      

"Terima kasih ibu...terima kasih sudah datang ke mimpi Anji walau hanya sebentar, terima kasih juga atas belaian tanganmu yang sangat Anji rindukan selama bertahun-tahun ini ibu," isak Viona lirih sambil menyentuh pipi kanannya, ia merasa kalau dirinya benar-benar disentuh oleh ibunya.      

Viona lalu bangun dari lantai dan berjalan pelan menuju ranjang, senyum tipisnya merekah saat melihat jam di dinding. Rupanya tadi dia tertidur selama hampir tiga puluh menit di lantai, dengan perlahan Viona naik ke atas ranjang besarnya dan menyelimuti tubuhnya dengan selimut mahalnya.     

"Sudah lama sekali ibu tidak datang ke mimpiku, rasanya tadi sangat menyenangkan bisa dipeluk oleh ibu walau hanya dalam mimpi. Sering-seringlah datang ke mimpiku bu," ucap Viona pelan sambil menutup matanya.      

Viona tadi bermimpi sedang tidur bersama ibu Maria di kamar ibu Maria, dalam mimpi itu Viona masih menjadi seorang remaja umur enam belas tahun yang sangat manja pada ibu Maria. Ia tertawa bebas tanpa beban saat sedang dipeluk ibunya, bahkan kata-kata manis ibunya pun saat dalam mimpi masih ia dapat ia ingat.     

"Anji akan kuat demi anak anji ibu, Anji yakin bisa melewati ini semua. Terima kasih nasehatnya ibu," gumam Viona lirih sebelum akhirnya ia benar-benar tertidur dengan wajah yang tersenyum.     

Fernando keluar dari kamarnya setelah ia selesai bermain kartu dengan Laura di mana wanita itu sudah tertidur di atas ranjang, dengan perlahan Fernando berjalan menuju kamar utamanya di mana Viona tidur. Sebenarnya ada rasa bersalah di dalam dirinya ketika melakukan semua perbuatannya itu, akan tetapi ia terpaksa melakukan itu karena ingin menunjukkan pada Viona bahwa ia bisa melakukan apapun termasuk membawa wanita lagi ke rumah. Pada awalnya Fernando berharap kalau Viona akan menangis dan meminta maaf kepadanya saat melihatnya membawa wanita pulang kerumah, akan tetapi Viona tak berbicara apapun sehingga membuatnya merasa kesal karena merasa tak dianggap oleh Viona. Oleh karena itu ia membawa pulang Laura kembali ke rumah, walaupun sebenarnya ia tidak melakukan apa-apa dengan Laura di dalam kamar karena ia hanya bergurau saja dengan wanita itu.      

"Kau yang mulai pertama kali Viona, aku hanya mengikuti permainanmu saja," ucap Fernando pelan sambil membelai gagang pintu kamarnya dengan perlahan.      

Setelah berbicara seperti itu Fernando kemudian pergi ke lantai satu untuk mengambil wine yang ada di gudang penyimpanan yang baru, setelah ia membongkar tempat penyimpanannya yang lama Viona menemukan jalan rahasia yang ada di dalam gudang penyimpanan wine mahalnya. Karena Fernando berjalan dengan perlahan tak ada orang yang menyadari bahwa ia turun dari lantai dua, padahal saat ini di ruang makan nampak berkumpul para pelayan yang sedang mengelap meja makan dan meletakkan beberapa peralatan makan kembali di atas meja makan untuk digunakan esok pagi.     

"Aku kasihan sekali dengan nyonya,"      

"Iya aku juga, aku bahkan tak berani bernafas saat menjaga nyonya berjalan di tangga tadi,"     

"Aku masih tak mengerti kenapa tuan membawa wanita itu pulang, padahal ia tak ada apa-apanya dengan nyonya kita,"      

"Jangan samakan nyonya dengan wanita seperti itu, nyonya adalah seorang dokter yang sangat dikagumi. Seorang wanita yang terhormat tidak level sekali nyonya bersanding dengan perempuan yang sok berkuasa itu,"      

"Iya kau benar aku masih mengingat sekali kejadian tadi pagi ketika wanita itu turun dari lantai dua dan berteriak seperti orang hutan meminta air dan berani bicara kasar kepada nyonya,"      

"Jelas sekali berbeda lah levelnya dengan level wanita itu, kalian jangan asal bicara. Nyonya adalah wanita terbaik yang pantas bersanding dengan tuan, aku rasa tuan tidak bisa mencari pengganti nyonya,"      

"Yang semua kalian katakan benar, nyonya adalah wanita yang sangat hebat. Akan tetapi hidupnya sangat menderita karena harus melihat suaminya membawa wanita lain pulang ke rumah, aku yakin saat ini perasaannya pasti sangat hancur aku benar-benar tidak tega kepada nyonya. Tidak ada wanita yang baik-baik saja setelah melihat suaminya membawa pulang seorang wanita ke rumah."      

Fernando tertegun mendengar perkataan para pelayannya yang membicarakan Viona, kedua kakinya seperti sedang yang dipaku di tempat saat para pelayannya itu mengatakan bahwa tadi pagi Laura sempat berteriak-teriak membentak Viona karena ingin meminta minum. Walaupun ia dan Viona sedang terlibat perang dingin akan tetapi ia tak rela ada orang yang yang melukai hati Viona.     

"Aku hanya ingin mendengar permintaan maafmu saja Vio, kenapa kau sangat egois sekali menahan harga dirimu setinggi ini," ucap Fernando pelan tanpa sadar.     

Fernando yang berniat ingin pergi ke ruang bawah tanah nya terpaksa membatalkan keinginannya itu, karena ia sudah kehilangan mood paska para pelayan membicarakan Laura dan Viona.      

"Apa tidak lebih baik kita berbicara pada tuan," ucap seorang pelayan wanita dengan lirih     

"Apa maksudmu?" tanya pelayan lainnya.     

"Kita harus memberitahu tuan untuk jangan terus melukai hati nyonya, wanita hamil itu sangat rentan. Aku takut terjadi sesuatu pada kandungan nyonya, walaupun selama dua hari terakhir ini nyonya selalu mengatakan tidak apa-apa pada dirinya namun aku yakin nyonya pasti sedang tidak apa-apa saat ini," jawab pelayan pertama dengan sedih.      

Blarr     

Fernando seperti sedang terhantam oleh petir ketika mendengar perkataan pelayannya yang terakhir, dengan cepat ia naik ke atas tangga menuju kamar di mana Laura tidur. Pikirannya sangat tidak tenang saat ini sebelum berbicara dengan dokter William, setelah sampai di dalam kamar Fernando lalu berjalan menuju ke sofa untuk mengambil ponselnya yang ada di dalam Jas. Karena ponsel lama nya sudah ia hancurkan Fernando kemudian memerintahkan Justin untuk membelikannya ponsel baru dan saat ini ia sudah memegang ponsel barunya itu dimana tak ada satupun yang mengetahui nomor di ponsel barunya itu kecuali Justin dan Harry, karena ia mengganti satu angka terakhir di nomor telepon lamanya.     

Fernando lalu memasukkan nomor telepon dokter William tanpa salah sedikitpun, ia sudah sangat hafal nomor telepon sahabatnya itu.       

"Brengsek, kau ini kemana sejak tadi aku telepon tak diangkat," umpat Fernando kesal, berbicara sendiri karena sudah tiga kali ia menelfon dokter William tak ada jawaban.     

"Angkat Will..angkat…     

"Hallo ini dengan siapa?" tanya dokter William dengan suara parau karena ia sedang tidur.     

"Brengsek, ini aku kenapa kau harus bertanya lagi hah!!" jawab Fernando dengan suara keras.     

"Aku...aku siapa?" tanya dokter William bingung sambil menatap layar ponselnya dimana muncul sebuah nomor baru yang tak masuk dalam daftar kontak teleponnya.     

"Aku Fernando brengseekk!! Memangnya siapa lagi yang menghubungimu tengah malam seperti ini hah selain aku," jawab Fernando dengan berteriak hilang kesabaran.     

"Fernando…tapi ini nomor…     

"Ini adalah nomor baruku dan tak usah tanya kenapa aku ganti nomor, lebih baik kau dengarkan saja perkataanku ini karena aku tak akan mengulanginya untuk kedua kalinya," ucap Fernando dengan ketus memotong perkataan dokter William yang masih bingung.      

Dokter William akhirnya yakin bahwa orang yang sedang menghubungi itu adalah Fernando, karena tak ada orang lain yang berani bicara kasar Fernando kepada dirinya.      

"Kau mau bicara apa?" tanya dokter William pelan.     

"Aku ingin kau besok pagi datang ke rumahku dan periksa kondisi Viona dengan baik bersama profesor Erick, aku ingin memastikan bahwa anakku yang sedang dikandung oleh Viona baik-baik saja," jawab Fernando dengan cepat.     

"Kenapa kau tiba-tiba ingin aku datang ke rumahmu memeriksa keadaan dokter Viona? bukannya lebih baik kau mengantarnya datang ke rumah sakit saja?" tanya Dokter William kembali.      

"Kau sudah tahu jawabannya brengsek kenapa kau harus bertanya lagi padaku, lakukan saja apa yang aku perintahkan kepadamu William dan jangan membantah. Ya sudah aku mau tidur hari sudah hampir jam tiga pagi," jawab Fernando dengan suara meninggi sebelum menutup teleponnya.     

Dokter William meletakkan ponselnya kembali di atas nakas yang ada di sebelah ranjangnya, ia lalu kembali berbaring sambil menyelimuti tubuhnya.     

"Sampai kapan kalian berdua akan saling menyakiti seperti ini, aku tahu kau sangat mencintai istrimu Fernando. Tapi seharusnya kau melunak sedikit kepadanya, dokter Viona bukanlah wanita yang sama seperti wanita-wanitamu di masa lalu. Kau seharusnya punya cara lain untuk mengambil hatinya bukan justru menyiram minyak di api yang sedang membara seperti ini," ucap dokter William pelan sambil mengingat perjumpaannya terakhir dengan Viona di taman yang ada di istana Fernando. Ia tahu bahwa sebenarnya Viona juga mencintai Fernando, ia bisa melihat rasa penyesalan dan bersalah di sorot mata Viona yang ia temui tadi pagi.     

"Cinta memang sampah hoaaammmm…. Fernando brengsek mengganggu tidurku saja," ucap dokter William pelan sambil menguap dan menutup kedua matanya kembali karena masih mengantuk, ia punya tugas besar besok pagi yang baru saja diberikan oleh Fernando.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.