You Are Mine, Viona : The Revenge

Lose again



Lose again

0Karena merasa pakaian pestanya terlalu menyulitkannya untuk berjalan Viona akhirnya memutuskan untuk berganti pakaian, ia lalu berjalan menuju kamar yang sudah disiapkan untuk dirinya dan Fernando. Dimana dalam kamar itu sudah ada beberapa pakaian miliknya yang sudah disiapkan sebelumnya untuk dipakai dalam acara resepsi pernikahan Profesor dan dokter Louisa, Viona memilih menggunakan mini dress cantik warna pink dengan pita besar dibelakang. Ia tersenyum saat melihat ada Sling bag favoritnya terbawa juga ke kapal, ia memang terlalu menyukai tas itu karena bentuknya yang simple dan bisa dipakai di acara apapun.      
0

Saat dirumah beberapa pelayan sudah membantunya berkemas untuk acara pernikahan Profesor Frank dan dokter Louisa, ia sempat meminta para pelayan untuk mengemas juga beberapa tas untuknya. Setelah berganti pakaian Viona memindahkan isi tas pesta miliknya ke sling bag favoritnya karena merasa lebih nyaman untuk dibawa kemana-mana, saat Viona keluar dari kamarnya tiba-tiba perutnya terasa sakit seperti sedang di cengkram-cengkram dari dalam.     

"Kau kenapa lagi sayang hari mommy dan daddy tidak bertengkar, kami….akhhh…     

Viona tak dapat menyelesaikan perkataannya karena perutnya kembali berkontraksi dengan lebih dahsyat daripada sebelumnya dan kontraksi yang ia rasakan ini berbeda rasanya seperti saat ia mengalami kontraksi yang sebelumnya. Karena merasa ada yang tak beres Viona kemudian berjalan menuju pintu keluar kapal, ia merasa ada yang tak beres dengan dirinya. Viona mempercepat langkah kakinya karena kapal akan segera berlayar, pasalnya pesta resepsi akan dilakukan di tengah laut tidak di dermaga seperti saat tadi sewaktu melakukan pengucapan janji suci.      

"Sayangku kau kenapa akhhhh…mommy dan daddy tidak bertengkar sayang…."      

"Sayang akhhh...mommy sakit nak jangan marah jagoan,"      

Viona terus berusaha mengajak anaknya bicara, biasanya ketika ia sudah berkata seperti itu sakit perutnya akan hilang. Tapi kali ini entah mengapa rasa sakit itu terus-menerus datang dan tak kunjung pergi padahal ia sudah menenangkan anaknya seperti yang ia lakukan selama ini, karena takut terjadi hal yang tak diinginkan Viona memutuskan turun dari kapal disaat banyak orang naik. Sebenarnya Viona berusaha memanggil Fernando melalui salah seorang bodyguard akan tetapi Fernando menolak datang ke tempat Viona berdiri saat ini dengan alasan ia sedang menjamu relasi bisnisnya.     

Karena sudah tak kuat menahan sakit Viona akhirnya memutuskan untuk pergi dari kapal, ia tak mau meminta ijin atau menunggu Fernando. Ia merasa sangat khawatir saat ini karena sakit perut yang ia alami ini sangat berbeda dengan sakit yang sering datang kepadanya dirumah. Pada saat Viona turun dari kapal para tamu undangan tak ada yang mengenalinya, karena saat Viona turun ia menggunakan topi dan mengikat sembarangan rambut panjangnya serta menggunakan jaket salah satu crew wedding organizer yang sedang mengurus jalannya acara resepsi. Para bodyguard yang sedang berjaga pun tak ada yang mengenalinya, mereka lebih sibuk memeriksa para pengusaha dan rekan bisnis Fernando yang datang. Viona turun dari kapal bersama beberapa orang yang sedang menurunkan beberapa krat botol minuman keras yang sudah kosong.     

"Sayang please...ada apa denganmu nak. Mommy sakit nak stop sayang... akhhh…"      

"Sayang please stop,"     

"Mommy sakit sayang,"      

Viona terus berusaha mengajak anaknya bicara, ia yakin anaknya itu sedang marah saja seperti biasanya pada dirinya. Setelah turun dari kapal pesiar Viona kesulitan mencari taksi, pasalnya tempat itu sudah disterilisasi dari orang luar yang tak berkepentingan. Hanya orang-orang yang memiliki ID card pelabuhan saja yang bisa keluar masuk dermaga, saat sudah hampir putus asa berdiri mencari taksi tiba-tiba Viona melihat sebuah mobil sedan akan keluar dari dermaga. Dengan mempertaruhkan tenaga terakhirnya Viona berusaha mendekati mobil itu dengan harapan mobil itu akan mau mengantarnya pergi.     

Dug      

Dug     

"Jesuss…" pekik sang pengendara mobil yang ternyata adalah seorang wanita paruh baya yang baru selesai bertugas sebagai kasir di pintu masuk dermaga.     

"Please help me," pinta Viona memelas dari luar sambil menepuk kaca mobil di sebelah sang pengendara.     

Kreettt…..     

Kaca mobil sedan yang sudah tua itu pun terlihat turun secara perlahan, si pengendara mobil nampak iba ketika melihat Viona menggendor-gedor kaca mobilnya sambil berlinang air mata.     

"Ada apa…     

"Nyonya please antar saya ke rumah sakit, ada yang dengan kandungan saya nyonya," ucap Viona terbata memotong perkataan sang driver.     

"Kau sedang hamil rupa….oh my God!!! cepat masuk kedalam mobil nyonya ...cepat saya akan mengantar anda ke rumah sakit," pekik sang pengendara mobil panik saat melihat ada lelehan darah mengalir dari pangkal paha Viona.     

"Terima kasih nyonya...terima kasih akhhh…     

Viona tak dapat menyelesaikan perkataannya karena perutnya benar-benar terasa sangat sakit, ia bahkan tak menyadari sama sekali kalau sudah ada cairan berwarna merah yang mengalir keluar merembes dari celana dalamnya membasahi kedua pahanya. Viona duduk di kursi belakang mobil sedan itu dengan kesusahan, ia tak merubah posisi duduknya yang masih meringkuk sambil mencengkram erat perutnya.      

Setelah Viona masuk ke dalam mobil sang pengendara mobil sedan butut itu langsung memacu kendaraan tuanya meninggalkan dermaga menuju ke rumah sakit terdekat, beruntung saat ia keluar dermaga jalanan sedang sepi imbas dari pesta pernikahan Profesor Frank dan dokter Louisa sehingga tak ada mobil satupun yang menghalangi jalannya untuk keluar dari dermaga. Perjalanan menuju rumah sakit terasa sangat lama bagi Viona, setiap detik yang ia rasakan bagaikan satu jam. Ia benar-benar baru kali ini merasakan sakit perut yang begitu dahsyat, bahkan ketika ia datang bulan pun belum pernah ia merasakan sakit perut yang sedahsyat seperti sekarang. Ia pun masih tak menyadari bahwa mini dress yang ia pakai sudah basah dengan cairan yang keluar dari selangkangannya, ia mengira cairan itu adalah keringatnya karena saat ini tubuh Viona nampak bermandikan keringat dari wajah sampai tangan.      

"Akhh….sakit…"     

"Sabar nyonya, tahan sebentar. Dua menit lagi kita sampai, lihatlah itu rumah sakit di depan. Kita baru masuk halaman depan ruang sakit nyonya." sahut sang pengendara mobil berusaha menenangkan Viona, ia merasa cemas saat mendengar suara erangan kesakitan Viona yang begitu memilukan.     

"Fernando akhhh… sakit..     

"Sabar nyonya sabar…ok kita sampai," ucap sang pengendara mobil sedan itu dengan cepat sambil turun dari mobilnya.     

Wanita paruh baya itu pun lalu berteriak dengan keras memanggil para suster yang berjaga, ia mengatakan ada seorang wanita yang membutuhkan bantuan di kursi belakangnya. Para suster yang sedang berjaga itu pun langsung berlari mendekati ke arah mobil yang baru saja parkir di depan lobby rumah sakit, mereka langsung membuka pintu belakang mobil sedan itu dan terkejut ketika mendapati Viona sudah mengalami pendarahan.      

Mereka pun langsung bergerak cepat berusaha mengeluarkan Viona dari kursi belakang mobil tua itu dan membawanya ke sebuah ranjang yang tersedia, setelah Viona berhasil dipindahkan mereka langsung bergerak cepat membawa Viona ke ruang gawat darurat untuk melakukan tindakan secepatnya mengingat darah yang keluar dari selangkangan Viona tak kunjung berhenti. Sementara itu sang wanita paruh baya yang membawa Viona kerumah sakit masih panik dan tak mengetahui identitas wanita yang baru saja ia tolong itu, ia hanya bisa berdiri di samping mobilnya sambil melihat wanita muda yang baru saja ia tolong sudah dibawa menuju ruang gawat darurat.     

"Akh iya tadi aku membawa tas, mungkin saja ada ponsel yang bisa aku pakai untuk menghubungi keluarganya," ucap sang wanita baik hati itu dengan mata berbinar-binar, ia lalu masuk ke dalam mobilnya dan berusaha meraih tas Viona yang tertinggal di kursi mobilnya yang sudah penuh darah.     

Saat membuka tas Viona ia tak menemukan ponsel, hanya beberapa uang pecahan seratus dollar dan kartu identitas Viona yang bekerja di rumah sakit Global Bross dulu.     

"Wanita itu ternyata dokter, ya Tuhan. Dia ternyata dokter di rumah sakit besar," ucap sang wanita baik hati itu gagal fokus ketika melihat id card Viona.     

"Viona Angel dokter bedah….ya Tuhan...oh my God aku hampir lupa!!aku harus mencari nomor yang bisa aku hubungi, kenapa juga dokter bedah di rumah sakit sebesar Global Bros tak memiliki ponsel," ucap sang wanita itu kembali mengomentari tak ditemukannya ponsel di dalam tas milik Viona.     

Ia akhirnya menemukan sebuah nomor telepon ruang sakit Global Bros tanpa pikir panjang ia langsung menghubungi nomor yang tercantum dibalik ID card Viona yang sedang ia pegang, pada percobaan pertama ia gagal tersambung karena nomor telepon rumah sakiit Global Bros sedang sibuk. Akan tetapi ia tak menyerah, ia pun kembali menghubungi nomor itu lagi dan akhirnya tersambung dengan customer servise yang bertugas.     

"Apa!!!! anda jangan main-main nyonya, apa anda tau siapa itu dokter Viona yang baru saja anda laporkan mengalami pendarahan ini nyonya.!!" hardik seorang operator wanita dengan suara meninggi, beberapa menit yang lalu ia baru saja  melihat infotainment yang meliput pernikahan Profesor Frank dan dokter Louisa dimana ia juga melihat Viona yang berdiri bersama Fernando dan sedang baik-baik saja tidak seperti yang baru ia dengar ini.     

"Kalau anda tidak percaya tidak apa-apa nona, saya hanya menyampaikan berita saja dan tolong beritahu kepada suami wanita yang sedang mengalami pendarahan ini bahwa istrinya saat ini ada di rumah sakit saint Carolus yang ada di dekat dermaga," ucap sang wanita penolong Viona dengan nada yang lembut berusaha tenang sebelum menutup teleponnya.     

Begitu sambungan teleponnya tertutup, sang operator wanita di rumah sakit Global Bross langsung panik. Ia berteriak kesetanan memanggil beberapa orang yang sedang berjaga malam, ia kemudian menceritakan apa yang baru saja ia dengar itu. Seorang operator lainnya langsung bertindak dengan cepat, ia lalu berusaha menghubungi dokter William yang merupakan atasan dokter Viona selama ia bekerja dulu di rumah sakit pasalnya ia tak bisa menghubungi Fernando.      

"Jangan asal bicara!!!! dokter Viona ada di kapal ini dia sedang bersama kami menghadiri pesta pernikahan Profesor Frank," teriak dokter William dengan keras ketika ia mendapatkan telepon dari rumah sakit yang mengabarkan kalau Viona mengalami pendarahan dan sedang dirawat di rumah sakit saint Carolus yang ada di dekat dermaga.     

"Wanita yang tadi menghubungi kami bahkan dengan jelas menyebutkan nomor induk pegawai dokter Viona, biasanya nomor induk pegawai itu hanya ada di ID card karyawan tersebut. Sangat aneh rasanya jika ada orang yang menemukan ID card dokter Viona secara kebetulan dan sengaja menelepon kami untuk berita yang sangat mengerikan ini, jadi mungkin apa yang dikatakan wanita itu benar dokter. Lebih baik sekarang anda pastikan dulu apakah dokter Viona benar-benar ada di kapal itu atau tidak, kalau misalkan memang dokter Viona ada di kapal berarti apa yang dikatakan oleh wanita yang baru saja menelpon kami itu adalah bohong akan tetapi jika….     

"Stop!!!!jangan bicara yang tidak-tidak, kau tentu tak akan mau bukan kalau Fernando mendengarnya. Ya sudah terima kasih infonya aku akan memerintahkan orang-orang untuk mencari kebenarannya di sini, kalian lebih baik stand by dan jangan ada lagi orang yang mengetahui berita ini cukup kalian berlima saja yang mengetahui kabar ini atau kalian akan berurusan dengan kemarahan Fernando," ucap dokter William memotong perkataan sang operator sebelum mematikan teleponnya dengan nada meninggi.     

Dokter William pun baru sadar bahwa ia sudah hampir tiga puluh menit tidak melihat keberadaan Viona, sejak kapal berjalan meninggalkan dermaga ia memang belum melihat batang hidung Viona.     

Jantungnya langsung berdegup dengan kencang mengingat perkataan staf dari rumah sakit Global bros yang baru saja menghubunginya itu, tanpa pikir panjang dokter William menghubungi beberapa orang yang berada di dermaga. Ia memerintahkan mereka untuk pergi ke rumah sakit saint Carolus untuk memeriksa kebenaran kabar yang baru saja ia dengar itu, setelah menghubungi anak buah Fernando yang berjaga di dermaga dokter William kemudian berusaha mencari Fernando yang saat ini sedang ada di lantai dansa menikmati wine mahal miliknya bersama para koleganya.      

langkah dokter William menuju ke lantai dansa terasa sangat berat, jantungnya pun berdetak dengan sangat cepat. Ia tak bisa membayangkan bagaimana ekspresi Fernando begitu mengetahui kabar yang sangat mengerikan ini, apalagi ia sangat tahu bahwa Fernando sangat menginginkan anak yang sedang dikandung oleh Viona.     

Saat sudah hampir sampai ke tempat Fernando tiba-tiba ponselnya kembali bergetar dengan cepat dokter William mengangkat ponselnya itu dan membaca pesan masuk, kedua kakinya hampir saja tak dapat menahan berat tubuhnya saat membaca pesan yang dikirimkan oleh anak buah Fernando. Dimana mereka memberikan kabar bahwa apa yang dikatakan oleh staf rumah sakit Global Bros adalah benar adanya, ia bahkan mendapatkan foto Viona yang sudah mendapatkan perawatan intensif di ruang gawat darurat karena mengalami pendarahan hebat.     

"Si brengsek itu harus tau dulu istrinya dalam bahaya, perduli setan kalau ia akan marah padaku."ucap dokter William pelan sambil menelan salivanya.     

"Hei Will, ayo gabung dengan kami," pekik Fernando dengan riang sambil mengangkat satu botol wine mahal ke udara saat melihat dokter William mendekatinya.     

"Ikut aku sebentar Fernando," ucap dokter William dengan suara bergetar, ia berusaha menahan emosinya agar tak meledak di hadapan semua orang.     

"Ada apa?apakah kau menemukan gadis cantik yang bisa kau aja tidur malam ini hah?" tanya Fernando mencoba melucu.     

"Ini serius, ikut aku sebentar saja. Kalau memang berita yang akan kusampaikan ini tak penting kau bisa kembali lagi ke tempat ini dan aku tak akan mengganggumu lagi," jawab dokter William datar dengan menatap tajam kearah Fernando.      

Senyum Fernando langsung menghilang dari wajahnya saat mendengar perkataan dokter William, ia merasa bahwa temannya itu sedang membicarakan masalah yang sangat serius. Dengan perlahan Fernando meletakkan botol winenya di atas meja dan berpamitan kepada para koleganya yang masih tertawa satu sama lain. Perlahan ia mengikuti langkah dokter William yang semakin menjauh dari keramaian.      

"Ada apa…     

"Viona miscarried….     

Deg      

Dada Fernando terasa dipukul oleh sebuah palugada yang sangat besar ketika mendengar perkataan dokter William yang mengatakan kalau istrinya mengalami keguguran.      

"This is not funny William…" ucap Fernando terbata-bata.     

"Dia ada di rumah sakit Saint Carolus saat ini Fernando," sahut dokter William pelan.     

"No!!!!! Kau pasti bohong, Viona ada di kapal ini. Dia baik-baik saja dia…     

Plak     

Dokter William menampar Fernando yang sedang panik, ia mencoba untuk menyadarkan teman baiknya itu agar bisa berpikir secara dingin saat ini.     

"Lihatlah helikopter sudah sampai, sekarang aku tenang dan ikut aku ke rumah sakit Saint Carolus."ucap dokter William pelan sambil menunjuk ke arah helicopter yang sedang mendarat apik diatas kapal pesiar yang sedang mereka naiki itu.     

Tanpa bicara Fernando mengikuti langkah dokter William menuju helikopter yang menunggu kedatangannya itu, karena kapal pesiar sudah berjalan cukup jauh dari dermaga dokter William akhirnya memerintahkan anak buah Fernando untuk datang menyusul kapal pesiar yang sudah mulai berjalan itu menggunakan helikopter untuk menghemat waktu mereka menuju ke rumah sakit Saint Carolus.      

"Viona… kau tak bisa melakukan ini padaku Viona, anak itu milikku Viona…"     

"Jangan bunuh anakku lagi Viona…"     

Dokter William hanya bisa menghela nafas panjang ketika mendengar Fernando mengucapkan kalimat-kalimat itu di dalam helikopter yang sudah mulai mengudara.      

"Tambah kecepatan mu capten, aku harus melihat anakku. Cepat capten…     

"Fernando sabar, tenang dulu," ucap dokter William mencoba untuk memenangkan Fernando yang menggila.     

"Anakku Will….anakku dalam bahaya dan aku harus sabar. Kau gila Will,!!!"      

"Arrgghhhh…."     

Bersambung      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.