You Are Mine, Viona : The Revenge

Terbuka



Terbuka

0Viona yang sebenarnya ingin berbicara secara langsung kepada dokter William terpaksa membatalkan niatnya karena sudah ditarik oleh Fernando ke arah tangga, ia hanya diam saja dan tak banyak bicara ketika Fernando menggandengnya dengan erat menaiki satu demi satu anak tangga menuju kamar mereka yang ada di lantai dua.     
0

Sesampainya di kamar Fernando langsung mendudukkan Viona di atas ranjang sementara ia berjalan kembali ke arah pintu untuk menutup pintu kamar mereka karena tadi saat masuk ia lupa menutupnya karena terlalu bersemangat ingin mengajak Viona bicara empat mata.     

"Apa yang ingin kau lakukan.?" Tanya Viona lirih ketika melihat Fernando berjalan ke arahnya.     

Alih-alih menjawab pertanyaan sang istri Fernando justru langsung berlutut di hadapan Viona di depan ranjang sambil menundukkan kepalanya ke lantai, melihat Fernando seperti itu membuatnya Viona kaget ia tak menyangka akan melihat Fernando berlutut seperti itu dihadapannya. Dengan cepat Viona turun dari ranjang dan mendekati Fernando yang sedang berlutut dengan meletakkan kedua tangannya diatas pahanya, Viona bahkan melihat luka yang baru saja dibalut oleh dokter William kembali mengeluarkan darah.      

"Apa yang kau lakukan kenapa kau seperti ini babe.?" Tanya Viona dengan terbata-bata sambil menahan air mata yang sudah penuh di kedua matanya.     

"Silahkan hukum aku."Jawab Fernando tanpa mengangkat wajahnya.     

"Apa maksudmu aku tidak mengerti."Ucap Viona bingung.     

"Aku sudah menghukum tanganku yang yang kemarin ku pakai untuk memukulmu, sekarang kau bisa menghukumku sesuka hatimu aku siap menerimanya."Jawab Fernando dengan cepat.     

Viona terdiam mendengar perkataan Fernando,ia tak menyangka suaminya akan bertindak sampai sejauh itu. Suaranya tiba-tiba tercekat tak bisa keluar dari tenggorokan seperti ada benda aneh yang menahan suaranya di dalam sana. Dengan cepat Viona memeluk Fernando, ia menjatuhkan tubuhnya saat Fernando tidak siap sehingga membuat Fernando jatuh ke belakang dengan sigap Fernando langsung memeluk Viona supaya tak membuat Viona terluka.     

"Apa yang kau lakukan.?" Tanya Fernando dengan cepat sambil memeluk Viona yang sudah menyembunyikan wajahnya di dada Fernando yang berbaring diatas lantai yang beralaskan permadani.      

"Hei sweety jawab aku …     

"Hiks hikss….kau menyebalkan !!!." Tangis Viona terdengar dengan lirih.     

Mendengar suara tangisan Viona membuat Fernando memejamkan matanya, kepalanya yang tadi ia angkat untuk melihat ke arah Viona pun langsung ia rebahkan lagi ke lantai sehingga sejajar dengan tubuhnya. Fernando bisa mendengar dan merasakan detak jantung Viona yang kini berbaring di atasnya dengan jelas, begitu pula dengan Viona yang sedang berada di atas Fernando. Mereka berdua saling memeluk dan melepaskan rindu dalam diam, suara isak tangis Viona berangsur-angsur tak terdengar lagi.     

Perlahan Viona bangkit dari tubuh Fernando, karena suaminya itu memintanya untuk bangun. Saat sudah duduk berhadapan di lantai kedua mata Viona terlihat sangat sembab dan merah, walaupun ia baru menangis sebentar tapi kedua matanya langsung memerah dan bengkak seolah sedang bekerja keras mengeluarkan semua air mata yang tertahan selama beberapa hari terakhir ini.     

"Kenapa kau cengeng sekali sekarang.?" Tanya Fernando pelan sambil mencubit gemas pipi viona.     

"Bukanya kau yang membuatku menangis terus." Jawab Viona ketus.     

"Aku mencintaimu Vio … aku mencintaimu sejak pertama kali aku melihatmu, mungkin kau tak percaya tapi itu adalah faktanya." Ucap Fernando pelan sambil menatap dalam kedua mata Viona yang merah.     

"Butuh waktu bertahun-tahun bagiku untuk menyakinkan akal ku masih waras atau tidak, dulu aku sempat berpikir kalau aku sedang gila karena menyukai gadis yang usianya jauh dibawahku akan tetapi semakin lama aku semakin sadar itu bukanlah sekedar suka biasa. Aku benar-benar sudah jatuh cinta padamu, bahkan ketika aku sedang bersama dengan wanita lain selama bertahun-tahun sejak kepergianmu tanpa pamit itu aku masih memikirkanmu dan selalu menyakinkan diriku bahwa kau akan kembali lagi kepadaku." Imbuh Fernando pelan sambil mencium tangan Viona penuh cinta.     

"Aku…     

"Maafkan aku kalau aku masih lepas diri, aku tak bisa mengontrol emosiku kalau sedang bertengkar denganmu apalagi kalau kau sudah mulai memancing amarahku. Aku adalah orang gila Vio, orang yang kejam dimata semua orang yang pernah menjadi rival bisnisku oleh karena itu aku masih belum sepenuhnya bisa mengontrol diri. Oleh karena itu aku mohon padamu tolong jangan memancing amarahku, aku takut tak bisa menahan diri dan melukaimu lebih parah lagi dari kemarin...aku mohon Vio tolong jangan buat aku menyesal dan sakit karena sudah melukaimu…."Ucap Fernando dengan suara yang hampir tak terdengar dengan pilu.     

Dengan perlahan Viona meraih wajah suaminya yang sedang menunduk ke lantai agar bisa berhadapan dengannya, dada Viona terasa sesak mendengar perkataan Fernando.      

"Maafkan aku atas semua sifat kekanak-kanakanku selama ini, maafkan kalau aku sudah banyak menyusahkan mu…     

"Jangan berkata seperti itu !!!kau tak menyusahkan aku, semua yang kau mau aku akan mengabulkan nya dengan senang hati selama aku mampu. Jadi jangan pernah berkata seperti itu lagi, aku tak pernah merasa direpotkan olehmu." Ucap Fernando dengan cepat memotong perkataan Viona .     

Tes      

Tes      

Air mata Viona mengalir kembali dengan deras di kedua pipinya tanpa bisa ia tahan, ia bahkan menolak ketika Fernando akan membersihkan air matanya yang membasahi pipinya.      

"A--ku minta maaf telah berkata kasar seperti itu padamu aku tak bermaksud untuk melukai perasaanmu babe." Ucap Viona sambil terisak.     

"Aku tahu apa yang membuatmu sampai berkata kasar seperti itu kepadaku kemarin dan ….sebentar kenapa kau tak menceritakan masalah itu kepadaku? aku suamimu swetty kenapa kau masih harus merahasiakan itu dariku hemm.?" Tanya Fernando sambil menyeka sisa air mata di pipi Viona.     

"Masalah apa.?" Tanya Viona bingung.     

"Dasar nenek-nenek belum apa-apa sudah lupa.!!" Sahut Fernando gemas sambil mencubit hidung Viona.     

"Ikhhh...siapa nenek-nenek!! aku calon mama muda yang kekinian!!!" Ucap Viona dengan ketus.     

"Ha ha ha ha ….."      

Fernando tertawa terbahak-bahak mendengar perkataan Viona sampai kedua matanya keluar air mata, sementara itu Viona terlihat memicingkan matanya melihat Fernando tertawa sampai sebesar itu karena mendengar perkataannya.     

"Sudah tertawanya sudah.?" Tanya Viona ketus.     

"Sejak kapan ha ha sejak kapan kau selucu ini honey." Jawab Fernando terbata-bata sambil menyeka air mata yang keluar dari kedua matanya.     

"Akh aku malas denganmu sejak tadi kau terus menggodaku.!!" Sengit Viona jengkel karena merasa terus-menerus di bully oleh Fernando sambil berusaha menjauh dari Fernando.     

"Maaf maaf aku minta maaf sweety … " Ucap Fernando dengan cepat sambil menahan Viona yang akan pergi dari hadapannya.     

Viona akhirnya tak jadi pergi dari hadapan Fernando, ia justru duduk diatas paha Fernando yang kini bersandar ke ranjang.      

"Apa Darren masih mengganggumu.?" Tanya Fernando pelan sambil menyentuh perut Viona dengan perlahan.     

"K--kau tau dari siapa tentang nama orang itu.?!" Tanya balik Viona dengan kaget.     

"Bukannya menjawab pertanyaanku ini malah balik bertanya dasar nakal." Ucap Fernando dengan nada meninggi.     

"Iya tapi maksudku dari mana kau tahu dengan nama itu, nama orang yang sangat jahat itu." Sahut Viona pelan.     

"Menurutmu aku bisa tahu dari mana, coba tebak." Ucap Fernando sambil tertawa lebar.     

Viona menautkan kedua alisnya dengan perlahan berusaha berfikir mencari tahu jawabannya setelah mendengar perkataan Fernando, kedua matanya lalu terbuka lebar setelah berhasil memikirkan kemungkinan terbesar bagaimana Fernando bisa tau tentang Darren.     

"Amina dan Jenny kan." Ucap Viona dengan cepat.     

"Istriku memang cerdas." Sahut Fernando sambil mengangkat dua jempolnya keudara.     

"Dasar dua gadis nakal !! kenapa juga harus mengatakan soal orang jahat itu kepadamu." Sengit Viona jengkel sambil menatap ke arah pintu keluar seolah melihat Jenny dan Amina ada di depan kamarnya.     

"Jangan marah pada kedua gadis baik itu, mereka tak sengaja menceritakannya sweety." Bisik Fernando pelan sambil meletakkan kupingnya diperut Viona.      

Viona pun terlihat melembut dan membiarkan Fernando menciumi perutnya dengan puas, ia terlihat memejamkan kedua matanya saat Fernando berkali-kali mendaratkan kecupan kasih sayang di perutnya.     

"Aku hanya tak mau kau berubah menjadi jahat seperti orang itu babe." Ucap Viona pelan sambil merapikan rambut Fernando yang berantakan.     

"Hemmm apa kau bilang apa honey.?" Tanya Fernando sambil mengangkat wajahnya dari perut Viona.     

"Sini bangun jangan disitu...bagaimana bisa bicara dengan baik kalau kau seperti itu." Jawab Viona dingin.     

Fernando tertawa lebar mendengar perkataan Viona, ia pun kemudian bangun dan duduk dengan baik dihadapan Viona kembali sama seperti sebelumnya.     

"Aku tau alasannya kau melarangku masuk ke dunia politik." Ucap Fernando sambil mencium pipi Viona dengan lembut.     

"Kau sudah tau alasannya.?" Tanya Viona dengan cepat.     

"Tentu saja...kedua informan baruku itu sudah menceritakan secara detail." Jawab Fernando sambil tertawa lebar sehingga deretan gigi putihnya terlihat jelas.     

"Huh...mereka itu adik siapa sebenarnya kenapa jadi memihak kepadamu.!!" Sahut Viona kesal.     

"He he he sudah sudah jangan menyalahkan mereka, niat mereka baik honey." Ucap Fernando pelan mencoba menenangkan Viona.     

Viona tersenyum mendengar perkataan suaminya, ia lalu merebahkan tubuhnya diatas dada bidang Fernando yang sedang bersandar di pinggiran ranjang besar mereka.     

"Apa kau tak penasaran kenapa aku ingin terjun ke dunia politik babe.?" Tanya Fernando pelan.     

"Aku baru mau tanya tapi kau sudah bicara terlebih dahulu ya sudah bagus, sekarang coba katakan padaku apa tujuanmu masuk ke dunia mengerikan itu.?" Tanya Viona dengan cepat.     

"Aku ingin mencari orang tua kandungmu… aku ingin ….     

"No !!!jangan lakukan itu." Jerit Viona dengan lantang.      

"Why ….     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.