You Are Mine, Viona : The Revenge

Tempat baru suasana baru



Tempat baru suasana baru

0Setelah mengajukan cuti selama hampir dua minggu untuk mengurus pemakaman kedua orang tuanya yang meninggal karena kebakaran, dokter Louisa akhirnya kembali ke apartemen kecilnya untuk bersiap kembali bekerja. Semua barang-barang milik kedua orang tuanya pun tak ada yang berhasil diselamatkan, kecuali beberapa buku tabungan yang berisi sedikit uang yang diberikan oleh dokter Louisa tiap bulan dan sedikit perhiasan yang disimpan di bank oleh sang ibu menggunakan nama dokter Louisa.      
0

Oleh karena itu ketika kedua orang tuanya meninggal dokter Louisa bisa mengklaim semua barang-barang berharga itu di bank, setelah menebus biaya sewanya yang jumlahnya tidak sedikit dan cukup menguras tabungannya. Akan tetapi dokter Louisa tetap menebusnya karena beranggapan kalau perhiasan-perhiasan itu adalah kenangan terakhir yang diberikan oleh sang ibu walau jumlahnya tidak banyak.     

"Aku benar-benar sendiri kali ini." Ucap dokter Louisa pelan sambil menatap foto kedua orang tuanya yang terpasang di figura yang sedang ia pegang.     

Dengan perlahan dokter Louisa meletakkan kembali figura itu di atas nakas dan meletakkan koper besarnya di dekat lemari, karena lelah ia pun tak sempat merapikan baju-bajunya ke dalam lemari.      

"Lou akan hidup bahagia, ayah dan ibu yang tenang di surga dan ters jaga Lou dari atas sana." Gumam dokter Louisa pelan sambil memejamkan kedua matanya dengan perlahan.     

Wajah dokter Louisa terlihat pucat dr sebelumnya dan terlihat tirus karena terlalu kelelahan mengurus beberapa hal di rumah kecil milik orang tuanya, karena ia tak akan bisa kembali lagi ke kampung halamannya lagi akhirnya dokter Louisa memutuskan untuk menjual tanah bekas rumah kedua orang tuanya berdiri. Dan hasil penjualan tanah itu ia simpan ditabungannya yang akan ia gunakan sebagai persiapan kalau ia akan kuliah lagi untuk mengambil jurusan spesialis agar bisa meraih gelar profesor.     

Suara ribut di depan kamar apartemen dokter Louisa membuatnya terbangun, ia merasa tak nyaman untuk tidur karena suara teriakan itu terlalu bising. Dengan malas ia akhirnya membuka mata dan melihat ke arah jam yang ada di atas nakas.      

"Jam tiga pagi, ada apa dengan orang-orang itu kenapa harus bertengkar lagi jam segini." Ucap dokter Louisa pelan sambil menguap, ia tahu kalau suara ribut-ribut itu berasal dari sepasang kekasih yang tinggal di depan kamarnya.      

Para tetangga termasuk dokter Louisa sebenarnya tidak heran lagi ketika mendengar suami istri itu bertengkar, karena memang hampir tiap malam mereka selalu bertengkar. Karena penasaran dokter Louisa pernah bertanya kepada salah satu orang tetangganya untuk mencari tahu siapa yang menghuni kamar yang ada di depan kamarnya itu , dokter Louisa akhirnya terdiam ketika mengetahui dari tetangganya itu kalau mereka bukanlah suami istri melainkan hanya sepasang kekasih yang tinggal bersama.      

"Kalau tidak nyaman lebih baik berpisah saja daripada terus terluka." Ucap dokter Louisa dalam hati sambil mendengarkan suara pertengkaran kedua orang yang ada di depan kamar apartemennya.     

Ia lalu teringat dengan hubungan tak sehatnya dengan profesor Frank selama dua bulan terakhir dimana ia menjadi budak seks profesor Frank, sampai akhirnya ia memutuskan untuk mengakhiri hubungan itu karena merasa lelah. Lelah berjuang dengan rasa cinta sepihak yang tak terbalas, apalagi ketika mengetahui kalau profesor Frank ternyata berselingkuh dengan dokter Ammy dibelakangnya.     

"Akankah ada lelaki yang tulus menerimaku apa adanya di dunia ini...lelaki yang tak mempermasalahkan keperawanan…" Isak dokter Louisa pelan, ia sebenarnya sangat membenci kebodohannya dulu yang percaya begitu saja pada kekasihnya yang sudah meninggal sampai akhirnya ia harus kehilangan kesuciannya yang sebenarnya ingin ia jaga untuk suaminya kelak.     

"Kau harus membusuk di neraka Eduardo, karena kau lah hidupku hancur dan menjadi penggila sex." Ucap dokter Louisa pelan mengutuk pria yang merenggut kesuciannya beberapa tahun yang lalu saat ia masih kuliah kedokteran.     

Karena sudah tak bisa tidur dokter Louisa akhirnya memilih merapikan barang-barangnya kembali, karena ia berniat untuk pindah dari apartemen mungilnya itu ke sebuah apartemen yang tak jauh dari rumah sakit Global Bros. Setelah menabung cukup lama akhirnya ia bisa membeli sebuah apartemen sederhana yang nyaman di dekat tempatnya bekerja, dan berniat menjual apartemen pertamanya itu pada orang lain. Karena sudah beberapa orang yang menghubunginya menanyakan kepastiannya menjual apartemen yang masih ia huni sekarang, dokter Louisa berniat pindah besok pagi supaya ia bisa cepat menjual apartemennya.     

"Akhhh akhirnya selesai juga." Ucap dokter Louisa sambil melakukan stretching ketika sudah selesai merapikan baju-baju dan barang-barangnya ke dalam tiga koper besar.      

Ia tersenyum ketika melihat apartemennya itu sudah terlihat rapi, menyisakan beberapa sampah kertas yang berasal dari catatan dokter Louisa yang sudah dimasukkan ke dalam tempat sampah. Karena sudah jam enam pagi dokter Louisa kemudian pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan bersiap pergi ke apartemen barunya. Dokter Louisa meninggalkan meja, ranjang dan alat-alat dapurnya untuk calon penghuni apartemennya, karena di apartemen barunya sudah full furniture sehingga ia tak perlu membeli lagi.     

Dengan bantuan supir taksi yang sudah ia panggil dua koper besarnya pun akhirnya bisa masuk ke dalam taksi, Ia lalu pergi ke apartemen barunya menggunakan taksi yang jaraknya tidak jauh dari rumah sakit Global Bros.      

"Sudah selesai nona, terima kasih uangnya." Ucap sang supir taksi ramah sambil menerima uang pemberian dokter Louisa ketika selesai membawakan dua koper besar milik dokter Louisa ke apartemen barunya.     

"Saya yang terima kasih pak, hati-hati dijalan." Sahut dokter Louisa sambil tersenyum.      

Sang supir taksi mengangguk pelan, ia lalu pergi keluar dari apartemen meninggalkan dokter Louisa yang masih berdiri di depan lift. Ia tak mau diantar sampai ke unitnya karena masih trauma dengan kejadian yang dialaminya beberpaa tahun lalu ketika Eduardo menjebaknya dan memerkosa dirinya di apartemen Eduardo. Oleh karena itu ia tak mau lagi mengajak orang asing berkunjung ke apartemennya.     

Setelah sampai di lantai sembilan pintu lift pun terbuka dan dokter Louisa dengan cepat mengeluarkan koper-koper besarnya dari dalam lift, setelah ketiga koper besarnya bisa keluar dari lift dengan cepat ia menarik koper-koper itu ke depan kamar apartemen bernomor 9017. Setelah membuka kunci apartemen barunya itu dokter Louisa lalu memasukkan ketiga koper besarnya ke dalam, dengan nafas tersenggal-senggal ia berjalan mendekati kulkas dan meraih satu botol minum yang ternyata sudah kosong.     

"Kenapa aku bisa lupa tak mengisi air dulu disini." Ucap dokter Louisa pelan mengutuk kebodohannya.      

"Lebih baik aku cari minum dulu di minimarket yang ada dibawah." Imbuh dokter Louisa sambil menyambar tas kecilnya.     

Dengan setengah berlari dokter Louisa keluar dari apartemen barunya, ia berlari menuju ke lift yang pintunya kebetulan terbuka. Tanpa menunggu lama ia langsung masuk ke lift itu dan turun ke lantai satu, ketika pintu lift terbuka dokter Louisa kembali berlari menuju ke minimarket sehingga membuat orang-orang yang ada di dalam lift kaget ketika melihatnya berlari-lari.     

Brukk     

"Akhh maaf maaf…" Pekik dokter Louisa spontan ketika menabrak seorang pria berbadan tinggi yang sedang antri di depan kasir untuk membayar.     

"Its ok ok ...im fine." Sahut sang pria itu ramah.     

"Maaf sekali lagi maaf saya tidak sengaja." Ucap dokter Louisa merasa bersalah sambil merapikan botol minuman milik sang pria itu dengan merasa bersalah, ia tadi tak hati-hati ketika masuk ke dalam minimarket sehingga akhirnya membuat seorang pria yang sedang membawa barang belanjaannya terjatuh.     

"Tak apa nona, lagipula ini hanya botol minuman saya bisa merapikan sendiri. Silahkan nona lanjutkan belanja anda." Jawab si pria baik hati itu sambil mengambil botol minuman yang dipegang oleh dokter Louisa.     

Dokter Louisa terdiam beberapa saat, ia kemudian mengangguk pelan lalu berjalan meninggalkan sang pria baik hati yang ia tabrak untuk mengambil minuman. Tenggorokannya sudah tak bisa diajak kompromi lagi, dengan cepat dokter Louisa membuka botol minuman yang belum ia bayar. Dengan cepat ia menenggak air dalam botol itu sambil berdiri di depan kulkas tempat air mineral dingin yang sedang ia pegang itu berasal.     

"Akhhh leganya." Ucap dokter Louisa sambil memegangi tenggorokannya yang kering.     

Dari kasir sang pria yang tadi ditabrak oleh dokter Louisa nampak tersenyum melihat apa yang ia lakukan, ia kemudian maju ke arah kasir karena gilirannya sudah tiba. Setelah membayar si pria itu lalu keluar dari minimarket dan berjalan menuju lift untuk kembali ke apartemennya sementara itu dokter Louisa masih sibuk dengan barang-barang yang sedang ia pilih untuk ia beli, di dalam keranjangnya terlihat banyak minuman mineral dan buah juga ada roti. Dokter Louisa ingin mengisi kulkasnya dengan bahan makanan sebelum ia pergi bertemu dengan calon pembeli apartemen lamanya, ia tak mau membuat calon pembelinya menunggu oleh karena itu dokter Louisa hanya membeli bahan makanan penting saja.     

Setelah selesai belanja dokter Louisa segera kembali ke kamarnya yang ada di lantai sembilan dengan menggunakan lift, karena terburu-buru saat keluar dari lift dokter Louisa kembali menabrak seseorang yang akan masuk ke lift. Semua barang belanjaan dokter Louisa berserakan di lantai dan membuat dokter Louisa kaget.     

"Apa yang kau…..     

"Kau..     

Dokter Louisa tak dapat menyelesaikan perkataannya karena kaget saat melihat orang yang baru saja menabraknya, ia yang tadinya mau marah tiba-tiba tak bisa marah karena merasa tak enak.     

"Robert." Ucap pria yang baru saja menabrak dokter Louisa sambil mengulurkan tangan.     

"Louisa." Jawab dokter Louisa pelan sambil meraih tangan Robert yang ingin berkenalan dengannya itu.     

"Maaf nona Louisa saya…     

"Call me Lou, just Lou." Ucap dokter Louisa memotong perkataan Robert yang sedang membantunya merapikan botol minuman, buah apel dan roti yang berserakan di lantai.     

"Sepertinya hari ini kita impas Lou, tadi kau menabrakku dan kali ini aku yang menabrakmu." Sahut Robert sambil tersenyum.     

"Tapi sebenarnya ini salahku juga, seharusnya tadi ketika keluar dari lift aku melihat ke atas sehingga tak terjadi tabrakan seperti tadi." Ucap dokter Louisa merasa bersalah.     

"Kali ini salahku Lou, seharusnya aku memberikan jalan untukmu keluar dari lift dulu." Jawab Robert pelan.     

Dokter Louisa tersenyum mendengar perkataan pria yang baru saja ia kenal itu, Robert kemudian berpamitan pada dokter Louisa karena harus segera pergi. Dokter Louisa mengangguk pelan ketika Robert berpamitan padanya, ia kemudian melanjutkan langkahnya menuju apartemen barunya.     

Di dalam lift Robert tersenyum mengingat pertemuan tak sengaja nya dengan Louisa.     

"Gadis ceroboh." Ucap Robert pelan sambil mengingat apa yang baru saja terjadi, sebenarnya tadi waktu keluar lift ia tak bersalah.      

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.