You Are Mine, Viona : The Revenge

try to get love again



try to get love again

0Profesor Frank menyudahi permainannya ketika jarum jam menunjukkan pukul satu siang, yang artinya ia sudah bercinta selama tujuh jam bersama dokter Louisa. Memang tidak selama tujuh jam akan tetapi mereka bercinta hampir tiap satu jam sekali, bahkan tadi sebelum jam dua belas mereka bercinta dua kali dalam satu jam.     
0

Saat ini tubuhnya sudah sangat lengket dengan keringat yang bercampur dengan cairan cinta milik dokter Louisa yang sudah menyatu dengan spermanya, ia bercinta dengan berbagai gaya dengan dokter Louisa. Tak bercinta cukup lama dengan dokter Louisa membuatnya begitu kecanduan untuk lagi dan lagi merasakan jepitan otot-otot vaginanya yang wangi, karena dokter Louisa memang sangat rajin merawat organ intimnya sebagai kebiasaan setelah dulu Profesor Frank memintanya untuk melakukan spa vagina hampir tiga hari sekali.     

Dengan langkah gontai profesor Frank bangun dan berjalan menuju kulkas tanpa menggunakan pakaian, ia kemudian menenggak habis air putih yang ada di dalam botol yang ada di dalam kulkas. Pandangannya pun teralihkan ke arah dokter Louisa yang masih tergeletak tak berdaya diatas kasur tanpa penutup apapun, melayani nafsunya sungguh membuat dokter Louisa kepayahan saat ini.     

"Bangun dan minumlah dulu." Ucap Profesor Frank lirih sambil menyentuh pipi dokter Louisa dengan membawa segelas air mineral dingin yang ia ambil dari kulkas.     

"Aku mau tidur….     

"Lou...aku tak suka dibantah!!!" Ucap Profesor Frank kembali memotong perkataan dokter Louisa.     

Mendengar perkataan profesor Frank membuat dokter Louisa membuka matanya dengan perlahan, ia lalu bangun dari ranjang dengan kepayahan karena tenaganya sudah habis. Setelah berhasil duduk ia langsung meneguk semua air putih yang dibawakan oleh Profesor Frank.      

"Haus?" Tanya Profesor Frank pelan sambil tersenyum ketika melihat dokter Louisa seperti pemain bola yang kehausan.     

"Kau yang membuatku seperti ini." Jawab dokter Louisa dengan cepat sambil mengembalikan gelas kosong pada Profesor Frank.     

"Salah siapa kau menggairahkanku Lou." Bisik profesor Frank menggoda dokter Louisa.     

"Frank!!!" Jerit dokter Louisa kesal, ia tak suka membahas permainan sexs yang sudah ia lalui tadi.     

Profesor Frank terkekeh melihat dokter Louisa merajuk, ia kemudian mencium kening dokter Louisa dengan mesra.     

"Aku mandi dulu setelah itu baru kita cari makan." Ucap Profesor Frank pelan.     

"Huum." Jawab dokter Louisa singkat, ia sangat butuh istirahat saat ini. Melayani nafsu Profesor Frank selama berjam-jam benar-benar membuatnya kehabisan tenaga.     

Tak lama kemudian Profesor Frank lalu berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya yang sudah sangat lengket meninggalkan dokter Louisa yang terkapar di atas ranjang, setelah hampir tiga puluh menit berada di kamar mandi Profesor Frank lalu menyudahi acara mandinya karena cacing yang ada di perutnya sudah berteriak minta diisi makanan.      

Dengan hanya menggunakan jubah mandi milik dokter Louisa yang masih baru Professor Frank membuat makanan di dapur dokter Louisa, ia membuat omelet, toast roti dan menggoreng beberapa potong bacon yang dilengkapi dengan segelas teh hangat.     

"Hei wake up." Bisik Profesor Frank pelan ke telinga dokter Louisa.     

"Wake up...ini hungry." Ucap Profesor Frank kembali.     

"mmmmm aku masih lelah, kenapa menggangguku." Sahut dokter Louisa lirih tanpa membuka kedua matanya.     

"Aku lapar, apa kau tak mau membuatkan makanan untuk suamimu?" Tanya profesor Frank pelan.     

Deg     

Kedua mata dokter Louisa langsung terbuka dengan cepat ketika mendengar perkataan terakhir Profesor Frank.     

"Kau bilang apa?" Tanya balik dokter Louisa dengan tergagap.     

"Apa kau tak mau membuatkan makanan untuk suamimu." Jawab Profesor Frank kembali.     

Air mata dokter Louisa langsung keluar membanjiri wajah cantiknya ketika mendengar dengan jelas perkataan pria yang kini ada di atas tubuhnya, entah mengapa saat ini ia ingin sekali menangis.      

"Hei hei hei...kenapa menangis?" Tanya Profesor Frank panik, pasalnya ia tak melakukan apapun yang bisa melukai dokter Louisa.     

"A--aku hiks hiks hiks...aku…     

"Apa kau tak mau menikah denganku Lou." Ucap Profesor Frank kembali dengan nada meninggi.     

"Aku mau Frank aku mau….hiks hiksss….aku mencintaimu Frank, aku mencintaimu." Jawab dokter Louisa dengan terbata menjawab pertanyaan profesor Frank.     

Melihat dokter Louisa menangis seperti itu membuat profesor Frank tersenyum manis, ia lalu meraih tubuh dokter Louisa dan memeluknya dengan erat. Dengan perlahan profesor Frank menggendong tubuh dokter Louisa menuju kamar mandi, ia ingin tubuh wanitanya bersih sebelum mereka makan. Ia tak suka dengan aroma tubuh dokter Louisa yang terkena spermanya, dengan telaten profesor Frank memandikan dokter Louisa yang duduk di dalam bathup.     

"Kenapa kau tiba-tiba ingin menikahi ku Frank?" Tanya dokter Louisa lirih.     

"Mungkin kau akan menganggapku gila, yang pasti saat ini aku sudah tak bisa hidup jauh darimu." Jawab profesor Frank dengan cepat.     

"Lalu bagaimana dengan dokter Ammy, bagaimana dengan kelanjutan hubungan kalian?" Tanya dokter Louisa pelan dengan suara yang hampir tak terdengar.     

Profesor Frank menghentikan gerakan tangannya yang sedang menyabuni punggung dokter Louisa yang putih bersih ketika mendengar perkataan wanitanya yang membahas wanita lain dihadapannya.     

"Apa kau …     

"Aku tau hubungan kalian, aku bahkan juga tau kalau kau selama ini mencintai dokter Viona dan aku juga tau kalau aku selama ini hanya dijadikan budak seks mu saja ...aku ….akui hiks hiksss…" Tangis dokter Louisa akhirnya pecah, ia tak kuat berbicara lagi.     

Profesor Frank terdiam mendengar perkataan dokter Louisa, ia sedang memikirkan sejak kapan dokter Louisa tau mengenai semua hal itu. Padahal selama ini ia menutup rapat rahasia itu darinya, ia bahkan menyewakan satu apartemen khusus untuk dokter Ammy waktu itu jadi kemungkinan dokter Louisa tau tentang hubungannya dengan dokter Ammy seharusnya makin kecil.     

"Sejak kapan kau tau itu semua?" Tanya profesor Frank datar.     

"Kau sering mengigau dan menyebut nama dokter Viona sesaat setelah kita bercinta, pada awalnya aku kira kau sedang bermimpi saja namun akhirnya aku sadar bahwa kau memang mencintai dokter Viona yang sering aku impikan itu." Jawab dokter Louisa terbata, sudah lama sekali ia ingin mengeluarkan segala isi hatinya selama ini pada Profesor Frank. Ia ingin supaya lelaki yang ia cintai itu tau bahwa ia sangat terluka atas apa yang ia lakukan.     

"Kalau kau sudah tahu semua itu apakah kau masih ingin melanjutkan hubunganmu denganku saat ini?" Tanya Profesor Frank kembali.     

"Aku…     

"Apa kau percaya kalau aku mengatakan bahwa saat ini aku ingin menjalin hubungan serius padamu!! Apa kau percaya bahwa aku akan melepaskan Ammy si wanita jahat itu, apa kau percaya aku sudah mencoba melepaskan dokter Viona saat ini?!" Tanya Profesor Frank dengan suara datar pada dokter Louisa yang masih menunduk menatap busa sabun yang ada di tubuhnya.     

Dokter Louisa hanya terdiam mendengar pertanyaan pertanyaan dari Profesor Frank, semua suaranya tercekat di tenggorokannya saat ini. Ia ingin sekali mengatakan bahwa dirinya masih sangat mencintai pria yang ada di hadapannya itu saat ini, akan tetapi disisi lain ada suatu perasaan tak percaya kalau profesor Frank sudah berubah.      

"Ok kau tak usah menjawabnya, aku sudah mengetahui jawabanmu." Ucap Profesor Frank tiba-tiba memecah keheningan.      

"Kalau kau memang tak percaya padaku aku tak bisa memaksamu Lou, yang pasti semua yang tadi aku katakan kepadamu benar-benar tulus dari lubuk hatiku yang paling dalam. Akan tetapi jika kau tak mau mempercayainya aku tak akan memaksanya seperti yang aku katakan padamu tadi Lou, aku hanya ingin kau tahu bahwa aku sudah berubah." Imbuh Profesor Frank kembali meyakinkan dokter Louisa.      

Setelah berkata seperti itu Profesor Frank kemudian keluar dari kamar mandi, ia berjalan dengan kepala menunduk karena kesal dokter Louisa tak mempercayai perkataannya. Padahal hampir semua yang ia katakan sebelumnya adalah sebuah kebenaran, kecuali perasaannya yang yang masih sedikit tersisa untuk Viona. Ia belum seratus persen ikhlas merelakan Viona bersama Fernando.     

Dengan cepat profesor Frank memakai pakaiannya kembali, ia meletakkan piyama mandi milik dokter Louisa di sebuah kursi yang tak jauh dari ranjang. Setelah memastikan semua barang-barangnya ia bawa, profesor Frank kemudian berjalan pelan menuju pintu. Hari ini ia sudah merendahkan dirinya dihadapan dokter Louisa akan tetapi rupanya niat baiknya bertepuk sebelah tangan.     

"Mungkin ini yang namanya hukum karma, aku ditolak mentah-mentah oleh wanita yang sering aku tiduri ha ha ha." Ucap profesor Frank dalam hati.     

Ketika tangannya sudah berhasil menggapai pintu tiba-tiba ia merasakan ada tangan mungil yang memeluknya dari belakang.     

"Aku percaya padamu Frank...aku percaya …     

Bersambung      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.