You Are Mine, Viona : The Revenge

Semua karena cinta



Semua karena cinta

0Melihat Viona menangis membuat Jenny dan Amina langsung bertindak , mereka lalu berusaha menenangkan Viona karena tak khawatir dengan kandungan sang kakak yang masih sangat muda .      
0

"Kak jangan menangis terus ...apa kakak tak kasian pada keponakanku yang ada disini .?" Tanya Amina pelan sambil memegang perut Viona .     

"Iya kak tolong ingat kakak sekarang kan tak sendiri lagi , aku pernah baca kalau seorang wanita hamil menangis maka bayinya yang sedang dikandung juga bisa merasakan kesedihan sang ibu juga ." Imbuh jeynny menimpali perkataan Amina .     

"A--aku tak menangis aku hanya hiks hanya sedikit sedikit sedikit hiks hiks …." Viona tak dapat menyelesaikan perkataannya karena suaranya seperti tercekat di tenggorokan .     

Jenny dengan cepat memberikan air minum pada Viona supaya membuat Viona nyaman , Amina pun terlihat membantu Amina dengan menyeka air mata yang membasahi wajah cantik Viona yang terlihat sembab . Setelah menghabiskan air minum yang diberikan sang adik Viona terlihat sedikit tenang , air matanya pun sudah berhenti mengalir walau kedua matanya masih berkaca-kaca .     

"Apa kakak sudah pernah USG .?" Tanya Amina pelan .     

"Pernah sekali dan itu belum terlihat apapun karena masih sangat muda sekali waktu aku melakukan USG beberapa minggu lalu ."Jawab Viona dengan cepat .     

"Sepertinya keponakanku perempuan deh kak .." Ucap Amina sambil menyentuh perut Viona perlahan .     

"Jangan sok tau Amina !!! keponakanku ini pasti seorang bayi tampan Amina ." Sengit Jenny ketus , ia berharap akan mendapatkan keponakan lelaki dari Viona yang bisa ia ajak balapan kelak .     

"Melihat perubahan sikap kak Vio aku bisa menebak kalau keponakanku ini pasti seorang gadis cantik sepertiku Jenny ." Sahut Amina tak mau kalah .     

"A boy .!!!" Pekik Jenny sambil berdiri dan berkacak pinggang .     

"A girl !!!" Balas Amina yang juga ikut berdiri di hadapan Jenny .     

"A boy !!!"      

"A girl !!"      

"A boy Amina a boy ...kenapa kau ini menyebalkan sekali .!! " Ucap Jenny dengan penuh emosi .     

"Tak mungkin ...aku yakin kak Vio sedang mengandung seorang bayi perempuan yang bisa kudandani ." Sahut Amina dengan mata berapi-api .     

Beberapa pelayan yang mendengar pertengkaran Amina dan Jenny hanya bisa tersenyum , mereka tau kalau kedua adik sang nyonya itu sebenarnya tak benar-benar bertengkar .      

Fernando yang baru sampai di rumah langsung menghentikan langkah kakinya ketika mendengar suara teriakan Amina dan Jenny yang berasal dari ruang keluarga , alisnya menaut satu sama lain karena suara kedua adik iparnya itu terdengar makin jelas .     

"Apa yang terjadi Teddy .?" Tanya Fernando pelan pada sang kepala pelayan di rumahnya .     

"Itu tuan kedua adik nyonya sedang meributkan jenis kelamin bayi tuan ." Jawab Teddy sambil tersenyum .     

"Maksudnya .?" Tanya Fernando lirih tak mengerti .     

"Jadi nona Jenny bersikeras kalau anak tuan adalah seorang anak laki-laki akan tetapi nona Amina mengatakan kalau anak tuan adalah seorang anak perempuan." Bisik Teddy pelan .      

Sebuah senyuman tersungging di wajah Fernando setelah mengetahui sumber pertengkaran kedua adik iparnya itu .     

"Lalu bagaimana dengan istriku , dia memihak siapa .?" Tanya Fernando penasaran .     

"Nyonya hanya duduk diam melihat kedua adiknya bertengkar tuan karena tadi nyonya ….     

"Kenapa Teddy !!!" Ucap Fernando memotong perkataan Teddy.      

Teddy kemudian menceritakan awal mula pertengahan kedua gadis yang baru datang dari Inggris itu dengan detail , dimulai dari ketika mereka bertiga membuat muffin dan membagikan muffin yang baru dibuat kepada semua pelayan dan penjaga rumah sampai akhirnya Viona bersedih ketika melihat tayangan berita di televisi yang menampilkan Fernando sedang berbicara di depan para wartawan memberikan pengumuman pengunduran dirinya dari pemilihan anggota parlemen yang baru .     

Fernando terlihat tenang mendengar penjelasan Teddy raut wajahnya pun tak terlihat berubah , dalam posisi seperti itu ia terlihat lebih mengerikan ketika sedang marah . Teddy pun terlihat langsung mundur melihat ekspresi Fernando yang tak biasa itu .      

"Tuan anda …     

"I'm fine Teddy ." Ucap Fernando memotong perkataan sang pelayan sambil berusaha tersenyum .     

Selesai bicara Fernando kemudian melanjutkan langkahnya menuju ke ruang keluarga dimana sang istri dan kedua adiknya berada . Ia tersenyum tipis ketika mendengar pertengkaran Amina dan Jenny masih belum berhenti .     

"Sekarang tanya kak Vio supaya adil ." Ucap Jenny dengan cepat .     

"Apa maksudmu Jenn .?" Tanya Amina bingung .     

"Iya kita tanya kak Vio dia akan bilang memilih team Jenny atau team Amina ." Jawab Jenny dengan suara meninggi sambil berjalan mendekati Viona yang sejak tadi duduk di sofa .     

"Ok siapa takut ." Sahut Amina singkat , ia kemudian berjalan pelan mengikuti langkah Jenny .     

Viona yang merasa bahaya sedang mengancam nampak duduk lebih dalam ke sofa sambil mengangkat kedua kakinya ke atas sofa seperti anak kecil yang sedang ketakutan mencoba menghindari kedua adiknya yang sedang bertarung itu .     

"Kak ...kak Vio sekarang putusan team Jenny atau team Amina ." Ucap Jenny dengan suara meninggi sambil duduk disebelah Viona .     

"Aku harus ikutan juga .?" Tanya Viona bingung .     

"Tentu saja kak , jadi sekarang katakan padaku kakak team Amina kan . Kakak pasti setuju dengan pendapatku kan ." Jawab Amina dengan cepat .     

"A--akuuu….     

"Aku team Jenny ." Sahut Fernando dengan lantang tiba-tiba mengagetkan semua orang yang sedang duduk di sofa .     

"Kakak ipar ." Ucap Jenny dan Amina bersamaan dengan kaget ketika melihat Fernando sudah berdiri dihadapannya mereka .     

"Aku team Jenny ." Ucap Fernando kembali sambil tersenyum .     

"Apa kak kau team ku !!! Horay jadi sekarang poinnya jadi dua satu ….sudahlah Amina kau menyerah saja karena kak Vio juga akan team Jenny juga kan kak ." Jawab Jenny sambil tertawa penuh kemenangan menoleh ke arah Viona yang masih diam .     

"Awww…." Jenny menjerit kesakitan ketika tangannya ditarik oleh Amina dengan paksa.      

"Apa kau sudah gila Amina , tanganku sakit." Ucap Jenny berontak berusaha melepaskan diri dari cengkraman tangan Amina .     

"Diam kau ...biarkan mereka berdua menyelesaikan urusan rumah tangganya ." Sahut Amina ketus sambil melirik ke arah Fernando dan Viona yang masih saling tatap tanpa berbicara .      

Mendengar perkataan Amina membuat Jenny berhenti berontak , ia pun akhirnya dengan senang hati meninggalkan ruang keluarga mengikuti langkah Amina yang mengajaknya pergi . Setelah Amina dan Jenny pergi Fernando kembali melangkahkan kakinya mendekati Viona yang masih duduk di sofa dengan perlahan.      

"Babe ….     

"Aku …     

Fernando dan Viona tak dapat menyelesaikan perkataannya karena bicara secara bersamaan .     

Kedua mata mereka berdua beradu seolah sedang bicara , sampai akhirnya buliran air pun jatuh dari pelupuk mata Viona yang sejak tadi sudah berkaca-kaca ketika pertama melihat Fernando datang .     

Fernando langsung menjatuhkan dirinya ke sofa untuk memeluk Viona yang sedang menangis tanpa suara , rasa rindunya pada Viona sudah tak tertahan lagi . Tak saling bicara selama lima hari benar-benar menyiksa batinnya .     

"Maafkan aku babe atas apa yang aku lakukan kemarin ." Bisik Fernando pelan penuh sesal .     

"Aku yang minta maaf karena aku sudah ...sudah hiks .. " Viona tak dapat menyelesaikan perkataannya karena Fernando sudah menambah kekuatan pelukannya sehingga wajah Viona semakin tenggelam di dadanya .     

"Jangan bicara lagi ...akulah yang salah karena terlalu egois ...maafkan aku babe , aku tak bisa kehilanganmu ...maafkan aku ." Ucap Fernando lirih.      

"Aku ...akhhh …. " Viona tiba-tiba mengeluh kesakitan dan berusaha melepaskan diri dari pelukan sang suami .     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.