You Are Mine, Viona : The Revenge

Janji Louisa



Janji Louisa

0Setelah meletakkan belanjaannya di pantry dokter Louisa kemudian kembali keluar dari apartemen barunya karena ingin bertemu calon pembeli apartemen lamanya, dengan menggunakan taksi dokter Louisa pergi ke sebuah restoran yang sudah ia sepakati sebelumnya dengan sang calon pembeli. Sebenarnya sudah banyak yang menanyakan pada dokter Louisa mengenai apartemen lamanya akan tetapi ia belum ketemu pembeli yang cocok dan baru satu minggu lalu ia menemukannya sepasang pengantin baru.     
0

"Terima kasih pak." Ucap dokter Louisa pelan sambil menyerahkan uang taksi pada sang supir.     

"Terima kasih kembali nona." Jawab sang supir sambil tersenyum, sejak dokter Louisa naik ke taksinya kedua matanya tak lepas dari dada seksi dokter Louisa yang menantang.     

Dokter Louisa pun dengan cepat keluar dari taksi karena merasa tak nyaman, ia merasa sang supir taksi punya niat jelek padanya karena terus mencuri pandang pada dirinya melalui kaca spion. Dengan setengah berlari dokter Louisa berjalan masuk kedalam restoran dimana calon pembelinya sudah menunggu, ia juga merapikan mantelnya supaya tubuhnya tidak terlihat terlalu seksi.      

Sepasang payudara seksi dokter Louisa memang terlihat lebih besar dari wanita normal lainnya ia mendapatkan itu karena genetika dari sang ibu tanpa melakukan operasi implan payudara, ia bahkan sering merasa risih pada awalnya karena merasa ukuran payudaranya terlihat lebih besar dari orang lain. Namun karena Eduardo sang mantan kekasih selalu memujinya ia menjadi percaya diri, sampai akhirnya ia tahu kalau Eduardo selama ini mendekatinya hanya karena ingin memerkosanya dan menjadikan dia pemuas nafsu birahinya saja.     

"Terima kasih, semoga kalian suka dengan apartemennya." Ucap dokter Louisa sambil menjabat tangan sepasang suami istri di depannya yang sudah memberikan pembayaran secara full padanya.     

"Sama-sama nona Louisa, kami sudah suka ketika melihat fotonya dari pertama anda mempostingnya di forum jual beli apartemen itu nona." Sahut sepasang suami istri itu bersamaan.      

Dokter Louisa tersenyum mendengar perkataan suami istri di hadapannya, ia lalu menyerahkan kunci apartemennya kepada mereka berdua setelah ia menerima uang yang masuk di nomor rekeningnya setelah sang pria mentransfer kepadanya. Mereka lalu berpisah setelah semua urusan selesai, karena masih banyak hal yang harus ia kerjakan di apartemen barunya dokter Louisa berniat ingin pulang akan tetapi langkahnya terhenti ketika mendengar suara tawa dari seorang pria yang sangat ia kenal. Bahkan wangi parfum yang dipakai pria itu masih dapat ia kenali, ia membatalkan niatnya untuk berbalik karena melihat dokter Ammy sedang berjalan ke arahnya.     

"Frank…" Ucap dokter Louisa dalam hati dengan mata berkaca-kaca sambil berusaha menutupi wajahnya dengan kerah mantel yang ia pakai saat melihat dokter Ammy berjalan mendekati profesor Frank yang berdiri tak jauh dari dirinya.     

"Semoga kau bahagia Frank, aku akan berusaha melupakanmu mulai saat ini walau terasa berat." Isak dokter Louisa pelan sambil menahan tangis ketika melihat pria yang ia cintai berpelukan dengan wanita lain dihadapannya.     

Karena sudah tak tahan dokter Louisa akhirnya berlari menjauh dari restoran itu karena tak mau melihat kemesraan pria yang masih ia cintai itu bersama wanita yang sangat ia kenal, dengan menahan tangis dokter Louisa berdiri di pinggir jalan dan berhasil menyetop taksi untuk pulang ke apartemen barunya. Sepanjang perjalanan air matanya mengalir tanpa henti dan tak dapat ia kontrol.     

"Tissue nona." Ucap sang supir taksi ramah sambil menyerahkan sekotak tissue kepada dokter Louisa.     

"Terima kasih bu." Sahut dokter Louisa pelan sambil menerima tissue pemberian sang supir taksi perempuan yang membawanya pulang ke apartemen.     

"Sama-sama nona, anda masih muda dan cantik jangan menangis hanya karena pria. Lihatlah saya walau saya hanya seorang supir taksi tapi saya sudah menikah tiga kali lho nona..he he he …" Ucap sang supir taksi kembali sambil tertawa mencoba menghibur dokter Louisa.     

"Iya nyonya, saya sudah berjanji ini adalah kali terakhir saya menangis untuk pria itu." Jawab dokter Louisa terbata.     

Sang supir taksi wanita itu tersenyum mendengar perkataan dokter Louisa, alhasil sepanjang perjalanan mereka jadi mengobrol banyak sehingga membuat dokter Louisa terlupa akan apa yang baru ia lihat di restoran.     

"Kita sudah sampai dokter Lou." Ucap sang supir sambil tersenyum     

"Terima kasih nyonya Pamela, kalau ada waktu anda bisa mampir ke rumah sakit tempat saya bekerja nyonya." Sahut dokter Louisa pelan sambil menyerahkan uang taksinya pada sang supir.     

"Saya masih ingin sehat dokter jadi saya tak mau datang ke rumah sakit dokter." Jawab Pamela sang supir taksi berkelakar.     

"Ha ha ha anda bisa saja nyonya, datang ke rumah sakit tak melulu menjadi pasien bukan. Ya sudah terima kasih nyonya sudah mengantar saya pulang, saya masuk dulu." Ucap dokter Louisa sambil memberikan uang tips kepada nyonya Pamela.     

"Nona dokter ini terlalu banyak….     

"Ambil untuk nyonya dan anak-anak, saya permisi ya nyonya." Sahut dokter Louisa pelan sambil memotong perkataan sang supir taksi.     

Pamela tersenyum penuh syukur ketika melihat uang sepuluh dollar yang baru saja diberikan dokter Louisa, ia merasa sangat beruntung karena karena uang tip yang diberikan oleh dokter Louisa pasalnya ongkos taksinya saja hanya delapan dollar. Setelah menghapus air mata haru Pamela pun menginjak gas mobilnya, ia lalu pergi meninggalkan depan apartemen dokter Louisa untuk kembali bekerja.      

"Aku harus bahagia seperti yang nyonya Pamela katakan tadi, aku percaya akan ada pangeran berhati malaikat yang akan menerimaku apa adanya." Ucap dokter Louisa dalam hati sambil berjalan menuju apartemennya.      

Sepanjang perjalanan menuju apartemennya sang sopir taksi yang bernama Pamela menceritakan kisah hidupnya kepada dokter Louisa, ia mengatakan banyak hal tentang apa yang sudah ia lalui selama mengarungi bahtera rumah tangga.  Nyonya Pamela bahkan mengatakan juga kepada dokter Louisa kalau dia sebenarnya sudah pernah menikah sampai lebih dari lima kali, oleh karena itu ia memberikan semangat kepada dokter Louisa untuk tetap semangat menjalani hidup. Karena diluar sana masih banyak lelaki yang akan menerima wanita dengan tulus apapun kondisinya.      

Mendengar hal itu membuat dokter Louisa sedikit tenang, rasa ketakutan dalam hati terdalamnya pun perlahan-lahan menghilang. Ia selama ini beranggapan bahwa tidak akan ada laki-laki yang mau menerima kondisinya yang sudah hancur seperti saat ini, ditambah dengan pengalamannya yang terakhir bersama Frank yang hanya memanfaatkan tubuhnya saja itu semakin membuatnya takut menjalani cinta kembali. Akan tetapi setelah mendengar cerita dan semangat yang diberikan nyonya Pamela yang baru ia temui itu kini membuatnya kembali bersemangat dan yakin akan ada pria yang benar-benar tulus kepadanya.     

Karena masih banyak pekerjaan yang harus ia kerjakan di kamar apartemen yang yang baru dokter Louisa mempercepat langkah kakinya menuju ke dalam gedung, ia sudah tidak sabar ingin merebahkan tubuhnya di atas kasur. Kedua matanya terasa sangat berat pasca tadi pagi ia bangun jam tiga pagi setelah mendengar keributan yang terjadi di depan kamar apartemen lamanya yang sudah ia jual hari ini.     

"Hi Lou." Sapa Robert pada dokter Louisa yang sedang berdiri di depan lift.     

"Oh hi Robert." Sahut dokter Louisa tergagap kaget ketika melihat Robert berdiri di sampingnya.     

"Are you ok.?" Tanya Robert pada dokter Louisa.     

"Sure, im fine." Jawab dokter Louisa dengan cepat.     

"Kedua matamu merah sekali, wajahmu pun terlihat pucat." Ucap Robert pelan.     

"Oh iya aku tadi malam baru tidur jam dua belas malam dan terbangun jam tiga pagi karena mengurus banyak hal, alhasil sekarang aku sudah seperti zombie." Sahut dokter Louisa berkelakar sambil tertawa lebar, ia kemudian melangkahkan kakinya masuk ke dalam lift yang pintunya baru saja terbuka.     

"Jaga kesehatanmu Lou, kalau bukan kau yang menjaga dirimu sendiri lalu siapa suami yang akan menjagamu." Sengit Robert penuh emosi kepada dokter Louisa menyusul dokter Louisa masuk ke dalam lift.     

Dokter Louisa langsung terdiam mendengar perkataan terakhir dari Robert, ia sama sekali tak menyangka akan mendengar kalimat seperti itu dari orang yang baru ia kenal. Suasana canggung pun terjadi ketika satu persatu orang yang berada di satu lift dengan mereka turun sehingga menyisakan dokter Louisa dan Robert berdua di dalam lift, pintu lift akhirnya terbuka setelah mereka sampai di lantai sembilan. Robert langsung keluar dengan cepat meninggalkan dokter Louisa di belakang tanpa berbicara, melihat perubahan sikap Robert membuat dokter Louisa bingung ia tak mengerti kesalahan apa yang sudah ia perbuat sehingga membuat Robert marah.      

"Dasar pria aneh."Ucap dokter Louisa pelan ketika melihat Robert pergi begitu saja.     

Ia pun melangkahkan kakinya menuju ke kamarnya yang ada di sebelah kiri lift sementara unit apartemen Robert ada di sebelah kanan, setelah masuk ke dalam kamar apartemennya dengan cepat dokter Louisa menata pakaiannya ke dalam lemari. Ia juga meletakkan beberapa foto dirinya bersama mendingan kedua orangtuanya di atas meja, barang-barang yang ia miliki tidak banyak sehingga ketika pindah ia tak terlalu direpotkan dengan barang-barang seperti pindahan kali ini.     

Satu jam kemudian semua pakaian yang ada di dalam dua koper besarnya akhirnya berpindah ke lemari, beberapa barang pecah belah yang ada di koper ketiga pun sudah tertata apik di atas meja di dekat tempat tidurnya. Karena sudah terlalu lelah ia akhirnya tertidur di atas ranjang barunya yang empuk tanpa makan terlebih dahulu, rasa kantuknya mengalahkan rasa lapar.       

RUMAH SAKIT GLOBAL BROSS     

Suasana pagi di rumah sakit Global bros terlihat lebih riuh dari biasanya, beberapa orang staf yang sudah mendengar gosip yang beredar nampak sedang berbincang kepada teman lainnya untuk membagikan gosip itu kembali. Dokter Louisa yang baru masuk pun terlihat bingung ketika melihat banyak orang berbincang-bincang di lorong ke arah loker, cuti selama beberapa hari membuatnya ketinggalan banyak sekali info yang beredar.      

"Jadi dokter Cecilia sudah menikah.?" Tanya Dokter Louisa dengan kaget kepada suster Chloe.      

"Iya dok, dokter Cecilia bahkan saat ini sedang menikmati bulan madunya bersama sang suami sehingga beberapa hari terakhir profesor Frank lah yang mengambil alih tugasnya." Sahut suster Chloe dengan lesu karena ia merasa kelelahan setelah bekerja bersama profesor Frank yang terkenal sangat perfeksionis selama beberapa hari terakhir ini.     

"Pantas saja tadi banyak sekali orang yang berbincang-bincang ketika aku datang, ternyata mereka sedang membahas tentang ini."Ucap dokter Cecilia mengingat kembali saat ia pertama kali datang ke rumah sakit.     

"Tentang ini apa dokter.?" Tanya suster Chloe bingung tak mengerti arah pembicaraan dokter Cecilia.     

"Ya tentang hal yang barusan kau katakan padaku ini kalau profesor Frank mengambil alih tugas dokter Cecilia." Jawab dokter Louisa dengan cepat.     

"Bukan tentang itu dokter, ada hal lain lagi." Sahut suster Chloe ambil menahan tawa.     

"Ah sudahlah aku pusing berbicara tentang gosip,  lebih baik kita segera bersiap karena rapat akan segera dimulai suster." Ucap dokter Louisa mengalihkan pembicaraan sambil berjalan ke ruang ganti, dia sama sekali tak suka bergosip. Oleh karena itu ia tak tertarik sama sekali dengan apa yang sedang dibahas oleh beberapa staf yang tadi ia lihat ketika ia berjalan menuju ruang ganti.     

Suster Chloe tertawa melihat dokter Louisa merajuk, ia pun kemudian ikut masuk ke dalam ruang ganti untuk berganti dengan pakaian dinasnya karena jadwal briefing pagi akan segera dimulai di ruang meeting utama.  Setelah berganti pakaian suster Chloe berjalan bersama dokter Louisa menuju ke ruang meeting berbarengan dengan para staf lainnya termasuk dokter Ammy dan asistennya yang terlihat sangat centil, sebenarnya banyak staf yang tidak suka dengan dokter Ammy dan asistennya akan tetapi karena saat ini ia mendapat dukungan dari profesor Frank akhirnya para dokter lainnya hanya bisa diam tanpa berbuat apa-apa.      

Sejak Viona berhenti bekerja dokter Ammy terlihat arogan dan sok berkuasa, ia bahkan dengan terang-terangan berani menyuruh para dokter muda yang sedang magang di rumah sakit Global Bros. Padahal sewaktu Viona masih bekerja ia sama sekali tak berani melakukan hal itu, sehingga banyak staf yang merindukan kehadiran Viona kembali di tengah-tengah mereka.      

Setelah semua staf masuk kedalam ruang meeting beberapa petinggi pun mulai perjalanan menuju ke kursinya masing-masing, seorang MC yang bertugas memimpin rapat terlihat sudah siap di mimbarnya dengan memegang sebuah mikrofon. Setelah melakukan basa-basi sang MC memberikan info yang mengejutkan banyak orang terutama dokter Louisa yang benar-benar tak tahu apa-apa.      

Tak lama kemudian sang MC memberikan microphone kepada profesor Dexter yang akan memberikan sebuah pengumuman penting.      

"Terima kasih atas waktunya dan untuk mempersingkat jalannya rapat ini tanpa basa-basi saya akan memperkenalkan dokter bedah mengganti posisi dokter Viona, karena seperti yang kita semua tahu kalau saat ini posisinya sedang kosong. Pasca dokter Cecilia menikah dan sedang cuti untuk honeymoon. Setelah kami para anggota eksekutif dan para pemegang saham melakukan rapat akhirnya keluarlah keputusan ini, dan untuk itu kami akan memperkenalkan kepada kalian seorang dokter baru yang akan mengisi posisi kosong tersebut." Ucap profesor Dexter dengan lantang.      

"Berikan tepuk tangan yang meriah untuk Dokter…     

Dokter Louisa tampak terkejut ketika melihat sosok dokter yang dipanggil masuk oleh profesor Dexter.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.