You Are Mine, Viona : The Revenge

Rasa yang mulai tumbuh



Rasa yang mulai tumbuh

0Karena Viona sedang tidur Fernando akhirnya memutuskan turun ke lantai satu bersama dokter William, ia lalu berjalan menuju ke ruang belajarnya untuk mencari berkas-berkas rumah lamanya yang ia simpan di dalam brangkas.     
0

"Apa yang kau lakukan? " Tanya dokter william penasaran.     

"Aku mencari dokumen rumah ini." Jawab Fernando cepat sambil terus mengeluarkan surat-surat penting dari dalam brangkas.     

"Perlu aku bantu?" Tanya dokter William minta ijin, ia tahu Fernando tak suka diganggu ketika sedang bekerja.     

"No aku bisa sendiri, kau duduk saja di kursi." Jawab Fernando menolak bantuan dokter William.     

Dokter William lalu duduk di kursi sesuai perintah Fernando, ia hanya menatap saja bagaimana Fernando sibuk dengan dokumen-dokumen penting di dalam brangkasnya. Meja kerja Fernando berubah menjadi gunung dokumen karena banyaknya kertas yang tertumpuk diatasnya, dokter William tak berani menyentuhnya karena takut kena marah Fernando. Pasalnya sahabatnya itu tak suka ada orang yang menyentuh dokumen pentingnya tanpa seijinnya, jadi dokter William hanya duduk saja di kursi sambil menikmati red wine di tangannya sambil menatap Fernando.     

Setelah berkutat dengan dokumen selama hampir setengah jam Fernando akhirnya mengembalikan kembali dokumen-dokumen yang sudah ia keluarkan dari brangkas masuk ke dalam brangkas kembali satu demi satu dengan sangat rapi, dokter William pun menggeleng pelan ketika melihat cara kerja Fernando yang sangat apik dan rapi.     

"Apa kau berhasil menemukan apa yang ingin kau cari?" Tanya dokter William pelan sambil menyerahkan minuman pada Fernando yang terlihat kelelalahan.     

"No." Jawab Fernando lirih.     

"Memangnya kau cari apa?" Tanya dokter William bingung.     

"Aku mencari berkas lama rumah ini Will, aku penasaran dengan sejarah lorong bawah tanah itu. Aku yakin loron itu dibuat oleh pemilik lama tempat ini." Jawab Fernando serius.     

" Bukankah kau membangun tempat ini dari nol jadi mana mungkin kau tak tahu dengan lorong rahasia itu." Ucap dokter William bingung.     

"Aku membangun istana ini tapi tidak dengan gudang wine itu, saat aku membeli tanah ini gudang itu sudah ada walau ukuran awalnya tak sebesar yang sekarang." Sahut Fernando dengan cepat.     

Dokter Wiliam menggelengkan kepalanya perlahan karena tak mengerti dengan arah perkataan Fernando sehingga memuat Fernando akhirnya menjelaskan maksuda perkataannya. Dokter William nampak sangat fokus mendengarkan perkataan Fernando kata demi kata, sebuah senyuman akhirnya tersungging di wajah dokter William ketika Fernando mengakhiri ceritanya. Ia sangat bangga pada sahabatnya itu yang sudah membangun istana sebesar ini tanpa bantuan sang ayah sedikitpun, semua harta peninggalan sang ayah ia pakai untuk menjalankan bisnis setelah ia bagi dua dengan Franklin sang adik.     

"Mungkin terowongan itu dulu dipakai oleh penduduk asli sewaktu masa perang di masa lalu." Ucap dokter William mencoba menenangkan Fernando.     

"Tebakanku juga itu Will, hanya saja yang jadi pertanyaan besarku adalah bagaimana istriku bisa tahu ada jalan rahasia itu sedangkan aku saja tidak tahu. Viona baru tinggal disini selama beberapa bulan terakhir saja bahkan dulu sewaktu masih ada Zeze dia hanya tinggal selama dua bulan jadi aku penasaran bagaimana ia tahu tentang jalan rahasian itu Will." Sahut Fernando pelan.     

"Iya juga ya kalau dipikir agak aneh, bagaiamana mungkin istrimu bisa tahu bahkan sepertinya semua orang disini tak ada yang tahu bukan." Celetuk dokter William menimpali perkataan Fernando.     

"Nah itu dia yang membuatku penasaran Will, aku sebenarnya tadi ingin bertanya padanya akan tetapi ia sudah tidur aku tak tega untuk membangunkannya." Jawab Fernando jujur.     

"Ya sudah tunggu saja nanti kalau ia bangun bicarakan baik-baik dengannya tanpa ada emosi atau nada tinggi, ingatlah anakmu saja ketika kau ingin marah." Ucap dokter William sambil tersenyum.     

Fernando menganggukkan kepalanya perlahan, ia lalu mengajak dokter William untuk pergi  ke meja makan untuk makan siang karena makanan sudah selesai disiapkan oleh para pelayan. Mereka berdua lalu menikmati maka siang bersama karena Viona sedang tidur, Fernando tak mau mengganggu tidur siang Viona.     

"Teddy panggil Bruno kemari." Ucap Fernando pelan sambil memasukkan salad ke mulutnya.     

"Baik tuan." Sahut Teddy dengan patuh , ia kemudian berjalan menuju ke depan untuk memanggil Bruno sesuai perintah dari Fernando.     

Tak lama kemudian Teddy pun kembali ke meja makan bersama Bruno.     

"Siap tuan." Ucap Bruno pelan sambil menundukkan kepalanya pelan.     

"Aku minta tolong kau tutup jalan rahasia itu dan pastikan berita ini tak bocor keluar." Titah Fernando sambil menatap tajam ke arah Bruno yang sedang  menatapnya.     

"Baik tuan segera saya laksanakan." Jawab Brono dengan cepat.     

Fernando menganggukkan kepalanya pelan merespon perkataan sang bodyguard, Bruno kemudian kembali lagi ke tempat kerjanya meninggalkan ruang makan karena ia sudah mendengar perintah Fernando. Teddy pun nampak menyusul Bruno untuk memastikan kalau para bodyguard itu melakukan tugasnya dengan baik.     

"Kau yakin akan menutupnya.?" Tanya dokter William pelan pada Fernando.     

"Yes." Jawab Fernando dengan cepat.     

"Why? Apa kau tak ingin mencari tahu terlebih dahulu rahasia dibalik jalan rahasia itu?" Tanya dokter William kembali.     

"Biarlah rahasia jalan rahasia itu menjadi rahasia Will, aku tak ingin mencari tahu lagi. Aku takut akan membuka luka lama jika jalan rahasia itu terekspos ke publik, biarlah rahasia itu menjadi bagian dari sejarah." Jawab Fernando sambil tersenyum.     

Prok     

Prok     

Prok     

Dokter William bertepuk tangan mendengar perkataan Fernando, ia takjup dengan jalan pikiran sang sahabat. Sebenarnya Fernando juga penasaran akan tetapi ia tak mau mencari tahu lebih jauh lagi, saat ini prioritasnya adalah Viona dan anak yang sedang dikandung oleh Viona. Fernando tak ingin mencari masalah lagi dengan mencari tahu rahasia dibalik jalan rahasia yang baru ia ketahui hari ini itu.     

Tak lama kemudian Fernando dan dokter William sudah selesai makan, mereka lalu berjalan menuju ke gudang wine milik Fernando yang semua isinya sudah dikeluarkan semua itu. Fernando memerintahkan Teddy untuk memindahkan semua koleksi minuman kerasnya ke dalam istana dan memintanya untuk menghancurkan gudang itu setelah menutup jalan rahasia itu dengan semen dan batu, ia benar-benar ingin menutup jalan rahasia itu.     

"Biarkan sejarah tetap tersimpan sebagaimana mestinya." Ucap Fernando dalam hati, ia tersenyum tipis saat melihat para bodyguardnya mulai memasukkan batu dan semen ke dalam jalan rahasia yang panjangnya sekitar sepuluh meter itu.     

Teddy kemudian meminta Fernando untuk masuk karena alat berat yang sudah ia hubungi untuk menghancurkan gudang sudah tiba, ia tak mau Fernando terkena debu jika ada ditempat itu. Fernando pun akhirnya kembali ke dalam istana bersama dengan dokter William, mereka berniat melihat dari dalam rumah saja.     

RUMAH SAKIT GLOBAL BROS     

Sejak kedatangan dokter Robert sikap profesor Franklin terlihat lebih kaku dan pendiam, ia bahkan lebih terlihat lebih sering berjalan sendiri atau duduk sendiri ketika sedang makan di meja makan. Seperti siang ini dimana ia lebih memilih duduk sendiri dikantin menikmati makan siangnya, para dokter lain yang mengenalnya nampak sungkan ketika melihat profesor nomor satu di rumah sakit makan seorang diri. Banyak diantara mereka yang minta ijin untuk makan didekat profesor Frank akan tetapi semuanya di tolak oleh profesor Frank.     

"Lupakan dia Frank, perempuan itu hanya seorang pelacur rendahan." Ucap profesor Frank dalam hati ketika melihat dokter Louisa datang kekantin bersama dokter Robert dan suster Chloe.     

Dokter Louisa yang menyadari keberadaan profesor Frank menjadi serba salah, ia terlihat berjalan pelan di belakang dokter Robert saat akan berjalan ketempat makanan sampai akhirnya ia menginjak kaki suster Chloe yang berada di belakangnya.     

"Aduh maaf suster saya tak sengaja." Ucap dokter Louisa kaget ketika mendengar suara teriakan suster Chloe ketika ia menginjak kakinya.     

"Tak apa dok, tidak sakit sebenarnya he he he saya hanya kaget saja tadi." Jawab suster Chloe dengan wajah memerah, ia malu karena sudah menjadi pusat perhatian.     

Melihat keributan dibelakangnya dokter Robert kemudian mendekati dokter Louisa dan suster Chloe, ia kemudian memerintahkan dua wanita itu untuk maju lebih dulu untuk mengambil makanan. Pada awalnya dokter Louisa menolak akan tetapi ia akhirnya setuju karena dokter Robert terus memaksanya, dengan langkah pelan dokter Louisa pun berjalan ke arah tempat makanan berada bersama suster Chloe sementara itu dokter Robert ada dibelakang mereka.     

Profesor Frank yang melihat semua kejadian merasa geli, dadanya terasa terbakar. Ia ingin sekali menarik dokter Louisa dari kantin dan memberinya hukuman akan tetapi ia tak dapat melakukan itu karena reputasinya akan hancur jika ia melakukan hal itu.     

Brakkk     

Suara meja yang dipukul dengan keras mengagetkan semua orang yang ada dikantin, mereka semua berusaha mencari arah sumber suara dan ternyata suara itu berasal dari meja profesor Franklin yang sedang makan seorang diri.       

"Maaf kalau mengagetkan kalian, tadi aku mencoba untuk menangkap lalat yang terbang dihadapanku." Ucap profesor Frank pelan sambil menunjukkan lalat yang mati diatas meja sesaat setelah ia mengangkat tangannya.     

"Proff....tangan anda." Cicit seorang suster pada profesor Frank pelan, ia melihat ada tetesan darah keluar dari tangan profesor Franklin yang baru saja memukul meja dengan sangat keras.     

Semua orang pun melihat ke arah tangan profesor Franklin yang mengeluarkan darah termasuk dokter Louisa yang terlihat khawatir.     

"Its ok im fine hanya luka kecil, bukankah lebih baik begini daripada lalat itu terus bertebrangan bukan." Ucap profesor Frank pelan sambil tersenyum lebar.     

"Butuh pengorbanan kecil untuk sesuatu yang besar." Imbuh profesor Frank kembali sambil menatap tajam ke arah dokter Louisa yang masih melihatnya dengan mata sendunya.     

Tak lama kemudian profesor Frank pun keluar dari kantin, ia tak diijinkan untuk mengangkat nampan yang berisi piring kotornya karena petugas kantin langsung bertindak cepat. Mereka merasa bersalah karena tak berhasil menjaga kondisi kantin sehingga ada lalat yang masuk, setelah meminta maaf pada semua orang yang datang para petugas kantin kemudian merapikan meja bekas tempat makan profesor Frank dimana ada sebercak noda darah juga di atas meja.     

"Bagiku kau sama seperti lalat itu Louisa..." Ucap profesor Frank dalam hati  sambil terus berjalan menjauhi kantin menuju ke ruanganya untuk mengobati luka ditangannya.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.