You Are Mine, Viona : The Revenge

Gundah



Gundah

0Di dalam ruangannya professor Frank terlihat sedang mencuci tangannya dengan air mengalir sebelum ia berikan antibiotic untuk mencegah iritasi, dengan telaten ia merawat luka ditangannya seorang diri tanpa bantuan siapapun.     
0

"Apa yang terjadi padamu?" Pekik dokter Ammy khawatir, ia langsung berlari menuju keruangan professor Frank begitu mendengar kabar kalau profesor tampan itu terluka saat akan makan di kantin.     

"Hanya luka kecil, tak usah berlebihan seperti itu." Jawab profesor Frank dingin sambil melirik tajam ke arah dokter Ammy yang masih berdiri didepan pintu dengan mata berkaca-kaca.     

"Tapi kenapa kau bisa terluka seperti itu ? aku..     

"Shut up Ammy…jaga batasanmu!! Ingat apa yang sudah pernah aku katakana sebelumnya kepadamu.!!" Teriak Profesor Frank memotong perkataan dokter Ammy dnegan cepat.     

"Keluar dari ruanganku sekarang jangan sampai ada yang melihatmu disini." Imbuh professor Frank menambahkan perkataannya yang sebelumnya.     

Di usir oleh professor Frank seperti itu membuat dokter Ammy langsung terdiam, ia tak menyangka akan mendengar perkataan sekasar itu dari professor Frank. Padahal niatnya datang itu baik akan tetapi justru sikap kasar dari profesor Frank sang master yang ia terima, dengan air mata yang mengalir di wajah dokter Ammy kemudian pergi meninggalkan ruangan profesor Frank sambil menunduk.     

"Kau hanya budak seks ku Ammy jangan mencoba naik kelas dengan cara jijikmu itu." Ucap professor Frank dingin, ia merasa jijik ketika melihat dokter  Ammy menangis tadi.     

Tak lama kemudian professor Frank pun akhirnya selesai merawat luka ditangannya yang tidak terlalu besar, jadi ia tak menutup lukanya dengan plester luka. Karena jam istirahat sudah selesai ia kemudian melanjutkan pekerjaannya kembali, walau sebenarnya perutnya belum  terisi makanan karena tadi dikantin ia hanya mengaduk-aduk piringnya saja tanpa benar-benar memasukkan makanan ke dalam mulutnya.     

Dengan langkah penuh wibawa professor Frank kembali ke ruang praktek, ia hari ini mendapatkan tugas untuk memberikan demo di depan para mahasiswa kedokteran tingkat akhir sebagai pengganti dokter William yang ijin pulang karena ada urusan penting. Para mahasiswa yang datang nampak sangat memperhatikan penjelasan professor Frank, mereka terpukau melihat ketampanan profesor muda yang masih single itu.     

"Ok, saya harap penjelasan singkat saya bisa kalian terima dengan baik." Ucap Profesor Frank pelan saat menutup penjelasannya.     

"Kalau ada yang bertanya silahkan angkat tangan dan…     

Profesor Frank tak dapat menyelesaikan perkataannya ketika melihat hampir semua mahasiswa yang ada dihadapannya mengangkat semua tangannya ke udara.     

"Satu persatu ya teman-teman." Ucap profesor Frank sambil tersenyum meminta semua mahasiswa yang ada dihadapannya untuk menurunkan tangannya kembali.     

"Jadi siapa yang mau bertanya terlebih dahulu?" Tanya profesor Frank pelan sambil tersenyum ketika melihat semua mahasiswa yang rata-rata perempuan dihadapannya sudah menurunkan semua tangannya.     

"Apa anda masih single prof?"     

"Bagaimana criteria kekasih anda prof?"     

"Apa masih tersedia kesempatan untuk mendekati anda prof?"     

"Menurut anda apakah wanita itu harus punya badan yang seksi?"     

"Apakah anda punya standar tersendiri dalam menilai seorang wanita prof?"     

Profesor Frank tersenyum mendengar semua pertanyaan para mahasiwa dihadapannya, sebenarnya ia sudah terbiasa mendapatkan  pertanyaan serupa akan tetapi hari ini ia merasa senang ketika mendengar semua pertanyaan para mahasiswa yang ada dihadapnnya.     

"Saya akan jawab secara singkat semua pertanyaan kalian, setelah ini saya harap tak ada lagi yang  bertanya masalah pribadi kembali ya." Ucap profesor Frank pelan sambil tersenyum.     

"Baik prof." Jawab semua mahasiswa yang ada didepannya kompak.     

"Saya masih single, untuk criteria pasangan sejauh ini yang wajar-wajar saja seperti lelaki kebanyakan yang pasti dia harus wanita asli ya he he he ." Sahut professor Frank melawak.     

Mendengar perkataan professor Frank semua mahasiswa yang ada diruangan itu langsung tertawa, mereka tak percaya seorang dokter bedah nomor satu di rumah sakit Global Bross masih punya sisi humor yang cukup tinggi. Tak lama kemudian sesi Tanya jawab pun dimulai kembali, kali ini mereka terlihat lebih serius dari sebelumnya. Profesor Frank pun menjawab semua pertanyaan para mahasiswa itu dengan sabar, ia tak mau para mahasiswa itu salah persepsi karena ilmu bedah adalah ilmu yang tak bisa di anggap enteng.     

Dari balik pintu professor Dexter dan dokter Robert melihat apa yang dilakukan oleh professor Frank, mereka berdua kagum dengan pembawaan professor Frank. Pasalnya yang seharusnya mengisi jadwal kunjungan para mahasiswa kedokteran itu adalah dokter William, akan tetapi dokter William terpaksa mengcancel jadwalnya karena menerima panggilan mendadak dari Fernando.     

"Untung saja ada professor Frank." Ucap professor Dexter lirih sambil tersenyum.     

"Memangnya kenapa prof, bukankah ini adalah jadwal rutin yang dilakukan oleh para mahasiswa itu ya?" Tanya dokter Robert bingung.     

"Bukan begitu dokter, sebenarnya yang mengisi acara ini bukanlah professor Frank ada dokter lain yang sudah ditunjuk sebelumnya akan tetapi beliau tak bisa hadir karena ada urusan penting yang tak bisa dibatalkan jadi professor Frank lah yang menggantikan dokter itu." Jawab professor Dexter.     

"Oh jadi begitu." Sahut dokter Robert pelan.     

Profesor Dexter menganggukkan kepalanya perlahan, hari ini ia sudah hampir dibuat mati berdiri oleh Fernando saat mengetahui dokter William diminta untuk datang kerumahnya dimana tadi pagi para mahasiswa kedokteran bersama para dosennya sudah dalam perjalanan menuju ke rumah sakit. Alhasil ia meminta professor Frank untuk menggantikan dokter William, pada awalnya ia takut kalau professor Frank menolak permintaannya akan tetapi ia bisa bernafas dengan lega saat mengetahui kalau professor Frank bersedia mengisi jadwal presentasi.     

Tak lama kemudian acara pun selesai, satu persatu mahasiswa minta berfoto bersama dengan professor Frank. Sebenarnya ia tak suka di foto namun setelah hampir empat puluh orang memintanya akhirnya professor Frank  tak bisa menolak, dengan sabar ia melayani permintaan mahasiswa itu untuk foto bersama.     

"Terima kasih prof atas waktunya."     

"Saya harap setelah lulus saya bisa bekerja disini dan menjadi asisten anda prof."     

"Tunggu saya lulus ya prof."     

"Sampai jumpa professor tampan."     

Profesor Frank tersenyum simpul mendengar perkataan para mahasiswa yang sedang berpamitan kepadanya itu, sampai akhirnya sang dosen pembimbing para mahasiswa itu datang kepadanya dan meminta maaf atas apa yang dilakukan oleh siswanya.     

"Namanya juga mahasiswa bu, saya tahu mereka hanya bergurau." Ucap professor Frank ramah menjawab permintaan maaf dari sang dosen pembimbing.     

"Tetap saja saya malu prof, saya merasa bersalah kepada anda. Sekali lagi mohon maafkan siswa-siswa saya prof." Pinta sang dosen penuh sesal.     

"Saya tak merasa tersinggung nyonya jadi anda tak perlu merasa bersalah seperti ini, dan terima kasih untuk bunga ini." Jawab professor Frank dengan cepat ia merasa sungkan menerima buket bunga dari sang dosen.     

"Sekali lagi saya minta maaf dan terima kasih atas waktunya prof, saya permisi." Pamit sang dosen sambil menundukkan kepalanya berpamitan pada professor Frank.     

Profesor Frank membalas anggukan kepala sang dosen, ia lalu berjalan ke meja untuk merapikan barang-barang pribadinya yang tadi ia gunakan untuk presentasi.     

Prok     

Prok     

Prok     

"Anda memang luar biasa prof." Ucap professor Dexter pelan sambil bertepuk tangan dan berjalan mendekati professor Frank bersama dokter Robert dibelakangnya.     

"Tak usah berlebihan seperti itu prof, ini hanya pekerjaan mudah." Jawab professor Frank singkat.     

"Tapi anda benar-benar hebat prof, cara penjelasan anda kepada mahasiswa tadi gampang dimengerti." Puji dokter Robert dengan tulus.     

"Sudahlah kalian tak perlu seperti ini, aku hanya melakukan tugasku saja oh iya bunga ini untukmu prof , aku tak membutuhkannya." Sahut professor Frank dengan nada meninggi sambil memberikan buket bunga kepada professor Dexter dengan kasar.     

Profesor Dexter yang tak menyangka akan diberikan bunga oleh professor Frank nampak kaget, ia hampir terjatuh kebelakang kalau tak ditahan oleh dokter Robert. Pasalnya professor Frank memberikan bunganya dengan sedikit kasar sambil mendorong professor Dexter.     

"Are you ok prof?" Tanya dokter Robert pelan pada professor Dexter setelah melihat professor Frank pergi.     

"Aku baik-baik saja dok, terima kasih." Jawab professor Dexter singkat sambil menatap ke arah professor Frank yang sudah berjalan jauh.     

"Profesor Frank tak sengaja mungkin prof, jangan diambil hati." Ucap dokter Robert pelan mencoba menenangkan professor Dexter.     

"Iya aku rasa juga begitu, ya sudah ayo dok kita keluar dari ruangan ini." Sahut professor Dexter cepat sambil berjalan meninggalkan ruang rapat.     

Mereka berdua lalu pergi meninggalkan ruang rapat untuk kembali ke pekerjaannya yang sebelumnya. Professor Dexter agak sedikit kesal karena mendapat perlakuan tak bersahabat dari professor Frank, ia tahu kalau adik kandung Fernando itu tak begitu suka kepadanya karena ia memilih ada di sisi Fernando ketimbang ada disisi Frank. Hampir semua orang yang dekat dengan Fernando akan dimusuhi oleh professor Frank termasuk dokter William yang diketahui sebagai dokter pribadi Fernando.     

Setelah selesai memberikan sedikit kuliah kepada mahasiswa kedokteran professor Frank kemudian kembali ke ruanganya kembali, ia duduk dikursinya sambil memejamkan kedua matanya. Pikirannya melayang memikirkan apa yang terjadi pada Viona, saat dokter William menerima panggilan dari Fernando ia tak sengaja mendengar percakapan mereka berdua karena dokter William me loudspreaker ponselnya saat sedang ada di toilet.     

"Kalau terjadi hal buruk padamu maka aku akan turun tangan sendiri untuk menghabisi nyawa kakakku Vio, bersabarlah sedikit lagi Vio aku akan membebaskanmu dari cengkraman monster itu." Ucap professor Frank dalam hati, ia takut terjadi hal buruk pada Viona pasalnya Fernando tak mengijinkan Viona untuk bekerja kembali.     

Tanpa professor Frank sadari ada sepasang kaki melangkah masuk ke dalam ruangan pribadinya dengan perlahan, ia maju selangkah demi selangkah mendekati professor Frank yang masih memejamkan kedua matanya setelah ia menutup pintu dengan hati-hati tanpa suara.  Tak lama kemudian ia berdiri di hadapan professor Frank sambil menunduk menunggu professor Frank membuka kedua matanya, wajahnya terlihat sendu menahan kesedihan dan rasa bersalah, akan tetapi ia tak berani bersuara dan hanya bisa diam menunggu sang professor menyadari keberadaannya.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.