You Are Mine, Viona : The Revenge

Kebahagiaan seorang kakak



Kebahagiaan seorang kakak

0Fernando meletakkan ponselnya di telinga dengan agak jauh karena suara profesor Frank terdengar sangat keras di telinganya, beberapa kali Profesor Frank sempat berteriak karena Fernando tak kunjung merespon perkataannya.     
0

"Aku tak akan bicara kalau kau terus berteriak seperti itu, aku tidak tuli Frank," ucap Fernando sambil tertawa.     

"Matikan panggilan ini aku harus tatap muka bicara denganmu Fernando.!!" sahut Profesor Frank penuh emosi.     

"Hei tapi aku….tutttt     

Panggilan masuk dari Profesor Frank sudah diputus sehingga membuat Fernando tak dapat menyelesaikan perkataannya.     

"Anda tak apa-apa tuan?" Justin yang baru masuk ke dalam rumah tampak kaget ketika mendengar suara teriakan Profesor Frank di ponsel yang sedang dipegang Fernando.     

"I'm ok…     

Tring     

Tring     

Panggilan video call dari profesor Frank membuat Fernando tak dapat menjawab pertanyaan Justin, ia lalu duduk di sofanya dan meminta Justin untuk menyambungkan panggilan itu melalui laptop supaya ia tak lelah memegangi ponselnya.     

"Yup ...what's wrong?"      

"Kenapa lama sekali angkat teleponnya?!" hardik Profesor Frank dengan keras sambil menatap tajam ke arah Fernando melalui layar ponselnya.     

"Aku harus menyambungkan dulu ke laptop, aku tak mau memegangi ponsel terlalu lama," jawab Fernando tanpa rasa bersalah dengan santai.     

"Kau memang selalu cari masalah denganku Fernando, apa maumu hah,!!" bentak Profesor Frank dengan suara meninggi.     

"Cari masalah bagaimana.!!!" tanya Fernando bingung sambil mengangkat kedua bahunya keatas merespon perkataan Profesor Frank yang saat ini nampak sangat marah di layar laptopnya.      

"Jangan pura-pura bodoh Fernando, aku tahu kau hanya sedang menggoda aku saat ini. Kau pasti tahu kemana arah perkataanku sekarang," pekik Profesor Frank dengan emosi memuncak.     

Fernando tersenyum mendengar perkataan sang adik, ia memang sejak awal sudah tahu kalau adiknya pasti akan marah kepada dirinya. Akan tetapi ia berusaha mencairkan suasana dengan mencoba melucu akan tetapi rupanya profesor Frank benar-benar marah padanya saat ini.      

"Ok aku akui bahwa kali ini aku salah, tapi tidak terlalu salah juga sebenarnya," ucap Fernando pelan sambil tersenyum.     

"Tidak terlalu salah bagaimana, kau sangat salah Fernando!! kau melampaui batasanmu, seharusnya kau tak melakukan itu. Bukankah kau adalah orang yang pintar, lalu kenapa kau bertindak secara bodoh seperti itu Fernando," Teriak Profesor Frank dengan mata memerah.     

"Yang dikatakan suamiku ada benarnya juga Profesor," ucap Viona tiba-tiba ikut bicara.     

Profesor Frank langsung terdiam ketika melihat Viona muncul di layar ponselnya, seketika rasa amarahnya pun menghilang. Ia bahkan terlihat mencoba tersenyum saat ini, melihat perubahan ekspresi sang adik membuat Fernando jengkel. Dengan cepat ia merengkuh Viona ke pelukannya seperti sengaja menunjukkan pada sang adik bahwa Viona adalah miliknya.     

"Kau dimana Frank,?" tanya Fernando pelan.     

"Dirumahku…     

"Rumah mana ? Apartemenmu atau..     

"Di istanaku Fernando,!!" jawab Profesor Frank ketus, wajahnya terlihat memerah ketika melihat Fernando memeluk Viona dihadapannya.     

"Istana.. kau mengajak Louisa ke istanamu?!!" tanya Fernando kembali tak percaya.     

"Iya kenapa memangnya, ini kan rumahku juga," jawab Profesor Frank ketus.     

"Istana mana?" tanya Viona pelan pada Fernando.     

"Dia punya istana juga babe sama sepertiku, akan tetapi istananya ada di pinggiran kota yang jaraknya agak jauh dari kota," jawab Fernando dengan cepat sambil tersenyum.     

Viona mengangguk-anggukkan kepalanya perlahan mendengar perkataan sang suami, di layar laptop wajah Profesor Frank masih terlihat marah akan tetapi ia berusaha tenang karena ada Viona disamping Fernando saat ini. Ia tak mungkin mengeluarkan amarahnya seperti tadi saat Viona belum datang, Fernando yang tau adiknya marah justru sengaja memperlihatkan kemesraannya.     

"Oh iya aku hampir lupa, kenapa kau mengganti nomor ponselmu Frank?" tanya Fernando tiba-tiba saat sudah teringat dengan nomor ponsel adiknya yang tanpa nomor itu.     

"Bagaimana aku tak ganti nomor ponsel, banyak sekali orang yang menghubungiku sejak kau memposting foto itu di akun media sosialmu itu brengsek!!" jawab Profesor Frank ketus.     

"I'm sorry, aku tak tau kalau akan jadi seperti ini. Pesonaku memang tak luntur walau aku sudah menikah bukan, kau harus mengakui itu Frank. Diluar sana masih banyak wanita yang tergila-gila padaku."ucap Fernando mencibir Profesor Frank tanpa rasa bersalah.     

"Jadi begitu ya….     

Deg     

"Babe.."      

Wajah Fernando langsung berubah ketika menyadari kalau Viona marah kepadanya, tanpa bicara Viona kemudian bangun dari sofa dan langsung berjalan menuju tangga meninggalkan Fernando yang masih tersambung dengan Profesor Frank.     

"Jangan pergi brengsek, urusan kita belum selesai!!" teriak Profesor Frank mencoba menghentikan Fernando yang akan bangun dari sofa menyusul Viona.     

"Akh sialan kau Frank, awas saja kalau istriku marah kau harus bertanggung jawab." sahut Fernando jengkel sambil menatap tajam ke arah laptopnya.     

"Bukankah kau yang cari masalah terlebih dulu padaku brengsek lalu kenapa jadi sekarang kau menyalahkan aku?" tanya Profesor Frank pura-pura bodoh.     

"Akh kau memang sialan Frank, cepat pulang urus semua kekacauan ini!!! ini salahmu juga melamar wanita secara diam-diam seperti itu," jawab Fernando mencoba mengalihkan pembahasan, ia ingin menyelesaikan masalah Profesor Frank dan dokter Louisa.     

Profesor Frank terdiam mendengar perkataan sang kakak, ia kemudian berbicara dengan serius panjang lebar. Menceritakan rencananya yang akan ia lakukan dalam waktu dekat, Fernando mendengarkan dengan baik perkataan adiknya satu-satunya itu. Ia sebenarnya sangat bahagia ketika mendengar semua perkataan Profesor Frank yang ingin menikahi dokter Louisa dalam waktu dekat, akan tetapi ia tak perlihatkan ekspresi kebahagiaannya itu pada sang adik yang sedang terus berbicara di layar laptopnya.     

"Pulanglah ke kota dengan cepat, setelah kau ada disini kita bahas rencana pernikahanmu," ucap Fernando pelan sambil tersenyum.     

"Bagaimana aku bisa pulang kalau gerak-gerikku diawasi, aku tak bisa pulang ke apartemen atau ke rumahku yang satunya saat ini," sahut Profesor Frank ketus, ia seperti sedang menyalakan Fernando atas apa yang menimpanya sekarang.     

"Ha ha ha… aku tau Frank, tenang saja setelah ini aku akan mengutus orang untuk menjemputmu pulang ke kota dan dokter Louisa bagaimana?" tanya Fernando penuh arti, ia tak mungkin membawa wanita yang belum jadi istri adiknya pulang ke istananya.     

"Louisa bisa kembali ke apartemennya, identitasnya belum diketahui oleh orang-orang. Jadi dia masih aman saat ini," jawab Profesor Frank dengan cepat.     

Fernando menganggukkan kepalanya perlahan merespon perkataan sang adik, ia memuji kecerdasannya sendiri yang tadi malam gak menyebut nama dokter Louisa sebagai calon istri adiknya.     

"Ya sudah kau bersiaplah, anak buahku akan menjemput kalian menggunakan helikopter. Mungkin dalam waktu tiga puluh menit akan sampai di tempatmu Frank," ucap Fernando pelan menutup pembicaraannya dengan Profesor Frank.     

Setelah pembicaraannya dengan sang adik selesai ia kemudian memerintahkan Justin dan Harry untuk pergi menjemput Profesor Frank, Justin sang tangan kanannya punya license untuk menerbangkan helikopter oleh karena itu Fernando langsung memintanya untuk menjemput adiknya dan dokter Louisa di istana pribadi milik Profesor Frank yang ada di luar kota.     

Fernando senang lega akhirnya adiknya aku menikah, setidaknya hatinya tenang karena adiknya itu tak akan mengganggu Viona lagi selamanya. Oleh karena itu ia bersemangat sekali ingin membantu adiknya supaya cepat bisa menikah dengan dokter Louisa.     

Senyum di wajah Fernando tiba-tiba menghilang ketika mengingat bahwa istrinya sedang marah padanya atas apa yang ia katakan sebelumnya pada sang adik, dengan cepat Fernando lari menuju tangga. Sudah hampir satu jam ia berbicara dengan Profesor Frank yang artinya sudah selama itu pula Viona marah padanya.     

Langkah Fernando langsung terhenti di depan pintu kamarnya yang tak tertutup, dengan mudah ia bisa masuk kedalam kamarnya dimana Viona rupanya sedang menunggunya dengan penuh emosi di sofa.     

"Aduh mati kau Fernando," ucap Fernando dalam hati ketika menyadari bahwasanya istrinya sejak tadi sudah memperhatikannya dari awal ia masuk ke dalam kamar.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.