You Are Mine, Viona : The Revenge

Satu Genetik



Satu Genetik

0Perhatian semua orang langsung tertuju kepada sosok pria yang memakai jas putih kebesaran dokter yang memiliki wajah percampuran Eropa dan Asia tengah berjalan menuju ke arah profesor Dexter berada. Pria itu adalah Robert Eldar seorang pria berkebangsaan Rusia yang lahir dan besar dari seorang wanita Jerman yang menikah dengan pria Kazakhstan, sejak usia dua puluh tujuh tahun Robert pindah ke Rusia karena kuliah dan bekerja di salah satu rumah sakitnya sampai ia berpindah kewarganegaraan karena menikah dengan istrinya yang orang Rusia.     
0

"Selamat datang dokter Eldar." Sapa profesor Dexter pada Robert.     

"No call me Robert, just Robert." Sahut dokter Robert mengikuti gaya bicara dokter Louisa.     

Dokter Louisa yang mendengar perkataan Robert hanya terdiam, ia bahkan tak berani menunjukkan wajahnya ke Robert yang sedang ada di panggung. Dokter Louisa terlihat menunduk dan berusaha sembunyi dibalik punggung seorang dokter pria yang berada di depannya.     

"Ha ha ha...anda suka bergurau rupanya dokter, silahkan perkenalkan diri anda pada semua staf." Ucap profesor Dexter sambil tertawa, ia tahu kalau dokter Robert sedang bergurau dengannya tadi.      

Profesor Dexter duduk di samping dokter William yang sejak tadi tersenyum kepadanya, mereka berdua lalu terlibat perbincangan singkat sambil terus menatap ke arah dokter Robert yang sedang menguasai panggung.     

"Ok terima kasih, sepertinya hanya itu yang saya dapat sampaikan kepada semua teman-teman semua. Untuk kedepannya saya minta bantuan dan kerjasamanya kepada teman-teman semua, kalian bisa memanggil saya dengan sebutan Robert atau Elder itu sama saja. Kalau begitu saya ucapkan terima kasih sekali lagi atas kesempatannya bergabung di rumah sakit ini kepada semua pihak yang bersangkutan."Ucap dokter Robert mengakhiri sesi perkenalannya.     

Dokter Robert pun menundukkan kepalanya ke arah para dokter dan suster lainnya yang ada di hadapannya, setelah itu terdengar suara tepuk tangan yang meriah dari para staf itu. Setelah dokter Robert selesai melakukan perkenalan tak lama kemudian meeting pun disudahi, para staf kembali bekerja ke posnya masing-masing termasuk dokter Louisa yang terlihat berjalan dengan cepat mencoba menghindari dokter Robert yang sedang berbincang dengan profesor doktor dan dokter William di panggung.     

Dokter Louisa tak menyangka kalau satu apartemennya itu ternyata adalah seorang dokter dan lebih parahnya lagi saat ini ia bekerja satu rumah sakit dengannya, karena tak mau mencari masalah dokter Louisa ingin segera keluar dari ruang rapat dan kembali ke ruangannya.     

Profesor Frank sejak tadi hanya diam tak berani bersuara saat profesor Dexter memperkenalkan dokter bedah yang baru menggantikan dokter Cecilia, rencananya untuk membawa Viona kembali ke rumah sakit pun langsung gagal. Ia yakin kalau kalau masuknya dokter Robert ke rumah sakit ada campur tangan Fernando sang kakak, dengan penuh emosi profesor Frank keluar meninggalkan ruang meeting menuju ke ruang kerjanya setelah sebelumnya ia mengirimkan pesan kepada Dokter Ammy.     

"Louisa.." Batin profesor Frank ketika melihat dokter Louisa berjalan dengan cepat meninggalkan ruang meeting.     

Ia tersenyum ketika melihat keberadaan dokter Louisa, dengan langkah cepat profesor Frank pun berjalan mengikuti dokter Louisa pergi.      

"Awwww…" Dokter Louisa menjerit ketika merasakan tangannya ditarik paksa oleh seseorang.     

"Kenapa kau pergi tanpa berbicara kepadaku Lou.!!" Hardik profesor Frank dengan penuh emosi sambil menatap tajam kedua mata dokter Louisa yang kaget.     

"A--pa maksud anda prof.?" Tanya dokter Louisa tergagap.     

"Kenapa kau pergi tanpa bicara padaku, memangnya kau anggap aku apa Lou.!!" Tanya balik profesor Frank penuh emosi.     

Dokter Louisa tertegun mendengar perkataan profesor Frank, ia tak mengerti kenapa profesor Frank masih berkata seperti itu kepadanya. Padahal mereka sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi, karena tak mau ada orang yang melihatnya sedang berduaan bersama profesor Frank dokter Louisa kemudian mendorong sekuat tenaga mantan kekasihnya itu dengan keras supaya menjauh darinya.     

"Kenapa aku harus meminta izin kepada anda prof, memangnya anda ini siapa prof.!! Bukankah diantara kita sudah tidak ada hubungan lagi, jadi tidak ada kewajiban bagiku untuk melapor kepada anda kemana aku akan pergi." Ucap dokter Louisa dengan suara meninggi penuh emosi.     

Profesor Frank langsung terdiam mendengar perkataan dokter Louisa, ia bahkan sampai membuka mulutnya karena tak percaya akan mendengar kalimat seperti itu dari wanita yang pernah menjadi partner hidupnya selama beberapa bulan terakhir sebelum ia bersama dengan Dokter Ammy.     

Melihat profesor Frank terdiam membuat dokter Louisa langsung berlari menjauh dari pria yang yang masih ia cintai itu, dokter Louisa sudah bertekad tak akan mau berkorban lagi demi pria yang punya perasaan yang sama kepada dirinya. Ia sudah lelah dengan hubungan tak sehat yang pernah ia jalani bersama profesor Frank, pada awalnya ia berharap profesor Frank akan tulus kepadanya setelah ia rela dipermalukan di atas rooftop. Akan tetapi rupanya dugaan dokter Louisa salah, ia hanya dijadikan budak seks oleh professor Frank selama beberapa bulan terakhir dan apa yang dilakukan profesor Frank semakin membuat luka dalam di dalam dirinya.     

Dokter Louisa terus berlari menjauhi profesor yang masih berdiri di belakang, ia tak menyangka akan mendapatkan pertanyaan seperti itu dari profesor Frank.     

"Kau pikir memangnya kau siapa Frank bisa masuk dan keluar hatiku seenaknya saja."Ucap dokter Louisa dengan suara bergetar sambil terus berjalan dengan cepat meninggalkan lorong gimana ia tadi diberhentikan oleh profesor Frank.     

Professor Frank berhasil menguasai dirinya setelah merasakan ponselnya bergetar, dengan cepat ia meraih ponselnya dan membaca pesan masuk yang dikirimkan oleh dokter Ammy. Tak lama kemudian profesor tampan itu pun meninggalkan lorong tersebut menuju ke ruangannya dimana dokter kami sudah menunggu kehadirannya.     

Ceklek     

Pintu ruang pribadi profesor Frank terbuka dari luar dan masuklah profesor Frank dengan aura dingin, dia hanya melirik tajam ke arah dokter Ammy yang sudah duduk di sofa sambil tersenyum ke arahnya  Dengan cepat profesor Frank mengunci ruangannya dari dalam karena tak mau diganggu oleh siapapun.     

"Master apa pelayanan ku tadi malam belum memuaskanmu sehingga kau memanggilku kembali.?" Tanya Dokter Ammy sambil memeluk profesor Frank dari belakang, kedua payudara besarnya menempel di punggung profesor Frank.     

Alih-alih menjawab pertanyaan budak sexnya profesor Frank justru berbalik badan dan mencekik leher budak sexnya itu dengan kedua tangannya sambil mendorongnya jauh ke arah dinding, sehingga membuat dokter Ammy kaget karena tak menyangka akan mendapatkan perlakuan seperti itu dari sang master.     

"Master apa yang kau lakukan.?" Tanya Dokter Ammy dengan tergagap karena kesulitan bicara.     

"Seharusnya aku yang bertanya itu padamu bitch.!! sebenarnya apa tujuanmu mendekatiku." Ucap profesor Frank penuh emosi.     

"Aku tidak mengerti dengan arah pembicaraanmu master, aku benar-benar tidak mengerti." Jawab Dokter Ammy sambil berusaha melepaskan tangan profesor Frank yang mencengkram lehernya.     

"Cihh dasar pelacur rendahan." Sahut profesor Frank sambil melempar tubuh dokter Ammy ke sofa dengan keras sehingga membuat dokter Ammy terjatuh di sofa dengan rok yang tersingkap sehingga paha mulusnya terlihat jelas.     

Karena merasakan sakit disekujur tubuhnya dokter Ammy pun langsung menangis, ia tak menyangka akan mendapatkan perlakuan kasar seperti itu dari sang master yang ia puja. Padahal semalam hubungannya dengan sang master baik-baik saja, ia bahkan berhasil memuaskan nafsu birahi sang master dengan melakukan banyak sekali gerakan sensual yang membuat profesor Frank menggila.     

"Jawab pertanyaanku, apakah kau sudah memberitahukan rencanaku kepada orang lain.? " Tanya profesor Frank dengan suara meninggi sambil menjambak rambut dokter Ammy dengan kasar.     

"Huaaa sakiitttt masterrr." Jerit dokter Ammy kesakitan sambil memegang rambutnya yang ditarik oleh profesor Frank.     

"Tak usah menangis Ammy, aku tidak akan tersentuh dengan air mata palsumu itu."Sahut profesor Frank dengan ketus sambil melepas tangannya dari rambut dokter Ammy.     

"Aku memang benar-benar tidak mengerti dengan arah pembicaraan sebelumnya master, aku tidak mengerti maksud anda." Jawab dokter Ammy sambil terisak.     

"Fuck fuck fuck ...Aku tidak percaya kalau kau tak mengerti dengan arah perkataanku sebelumnya, kau pasti sudah tahu bukan alasan karena apa aku marah kepadamu." Ucap profesor Frank sambil menindih tubuh dokter Ammy yang berbaring di sofa.     

Air mata dokter Ammy langsung menetes dengan deras karena diperlakukan secara kasar oleh profesor Frank, ia benar-benar tidak mengerti dengan arah pembicaraan sang master. Bukannya tersentuh melihat dokter Ammy menangis profesor Frank justru semakin bernafsu untuk memberikan pelajaran kepada budak sexnya itu, profesor Frank langsung melepaskan tangannya dari tubuh dokter Ammy. Ia lalu berjalan ke arah mejanya dan terlihat sibuk mencari sesuatu di laci mejanya, tak begitu lama iya airnya menemukan benda yang ia cari.     

"Kau harus tahu  hukumannya bagi orang yang berani mengkhianatiku Ammy." Ucap profesor Frank penuh emosi sambil meraih sebuah botol mineral yang ada di atas mejanya.     

"Ampun master aku tak berani mengkhianatimu , akuuu…. aku setia kepadamu master." Sahut dokter Ammy dengan tergagap sambil bangun dari kursinya dan berusaha menjauh dari profesor Frank  yang sekarang mendekatinya, kedua matanya langsung terfokus pada botol obat perangsang yang ada di tangan kanan profesor Frank.     

"Kau harus aku hukum ….     

"Noo jangan master... jangan, ini di rumah sakit master aku mohon padamu jangan lakukan itu. Aku akan melakukan apapun untukmu." Jerit Dokter Ammy memotong perkataan profesor Frank sambil berlari ke arah profesor Frank sang master dan     

bersimpuh di hadapannya meminta ampun, dokter Ammy tahu apa yang akan dilakukan oleh profesor Frank dengan obat perangsang yang ada di tangannya itu.     

Profesor Frank terdiam mendengar jeritan minta ampun dari dokter Ammy, sisi kemanusiaannya sedikit bergetar ketika mendengar dokter Ammy berkali-kali meminta ampun kepadanya. Niatnya untuk membuat Ammy menggila pun akhirnya ia batalkan, dengan cepat ia melempar botol obat perangsang yang ada di tangan kanannya ke sebuah tempat sampah yang tak jauh dari tempatnya berdiri saat ini.     

"Kali ini aku akan melepaskanmu Ammy, tapi ingat kalau kau berani menghianatiku maka aku tak akan segan menghancurkan hidupmu." Ucap profesor Frank dengan nada meninggi mengancam dokter Ammy yang masih duduk di lantai sambil memegangi kakinya.     

"Tentu master tentu…. aku tak akan pernah menghianati mu, seumur hidupku. Aku sudah berjanji akan setia padamu seumur hidup untuk menjadi pelayanmu master." Jawab dokter Ammy dengan cepat.     

"Bagus aku pegang perkataanmu Ammy, sekarang aku memberikan tugas baru untukmu. Cari tahu informasi kenapa bisa dokter Robert masuk ke rumah sakit ini menggantikan posisi dokter Cecilia, kau cukup mencari tahu siapa orang di belakang dokter Robert yang mengajaknya masuk ke rumah sakit ini dan laporkan padaku secepatnya."  Ucap profesor Frank sambil berjalan menjauh dari dokter Ammy.     

"Baik master baik... aku akan menjalankan perintahmu dengan sebaik-baiknya." Sahut dokter Ammy dengan cepat sambil menyeka air mata yang membasahi wajahnya.     

Profesor Frank tersenyum mendengar perkataan dokter Ammy, ia lalu duduk di sofa sambil meminum wishkey yang baru ia ambil dari dalam kulkas.     

"Aku akan segera menemukan siapa orang dibalik semua kekacauan ini." Ucap profesor Frank dalam hati.     

"Dan untukmu Louisa, urusan kita belum selesai. Kau akan segera mendapatkan balasannya karena berani mengacuhkanku." Imbuh profesor Frank tanpa suara sambil menatap ke arah dokter Ammy yang sedang merapikan pakaiannya yang berantakan.     

Ruangan profesor Dexter     

Dokter William nampak sedang serius berbincang dengan dokter Robert yang menerima pekerjaan barunya menggantikan posisi dokter Viona yang sudah digantikan oleh dokter Cecilia sebelumnya,  setelah menjelaskan sedikit tentang pekerjaan yang harus ia lakukan tak lama kemudian dokter Robert pun meninggalkan ruang kerja profesor Dexter meninggalkan dokter William dan profesor Dexter berdua setelah mengerti apa yang harus ia lakukan.     

"Aku benar-benar bangga kepada si brengsek itu." Ucap dokter William tersenyum sambil duduk di kursi yang ada di depan profesor Dexter.     

"Kau benar Will, rupanya si bajingan itu benar-benar sudah berubah saat ini." Imbuh profesor Dexter dengan cepat.     

"Iya aku juga tidak menyangka kalau dia akan bergerak secepat ini, aku benar-benar salut dengan cara pikirnya." Sahut dokter William.     

"Semoga saja dengan datangnya dokter Robert di rumah sakit ini Frank akan berhenti mengganggu Viona lagi." Ucap profesor Dexter penuh harap, ia sudah bosan menerima teror dari Fernando yang selalu menanyakan tentang apa yang dilakukan oleh Franklin di rumah sakit.     

Dokter William tersenyum mendengar perkataan profesor Dexter, kini ia semakin yakin kalau Fernando benar-benar sangat mencintai Viona dan ingin menjaganya dengan sepenuh jiwa dan raganya dari ancaman Franklin.     

"Aku sebenarnya heran kenapa Franklin masih saja mengejar-ngejar Viona, padahal jelas-jelas Viona sudah menjadi istri dari kakak kandungnya sendiri." Ucap profesor Dexter tiba-tiba.     

"Bukankah kau tahu sendiri seperti apa Viona yang mereka perebutkan itu." Jawab dokter William sambil minum air putih yang ada di hadapannya.     

"Kalau itu pun aku tahu, Viona memang sangat cantik dan hebat untuk dokter di usia muda seperti dirinya….     

"Nah itu kau tahu, sebenarnya salah satu alasannya alasan paling mendasar dari pertikaian mereka selama ini adalah mereka selalu menyukai perempuan yang sama.  Dan ini sudah terjadi turun menurun karena ayah mereka Jacob pun melakukan ini ketika ia masih muda dulu." Ucap dokter William memotong perkataan profesor Dexter.     

"Maksudmu apa aku tak mengerti." Tanya profesor Dexter dengan nada meninggi.     

"Ayah mereka Jacob Grey Willan juga terlibat perang saudara dengan kakak kandungnya sewaktu mereka masih muda dalam memperebutkan ibu kandung Fernando dan Franklin." jawab dokter William dengan cepat.     

"Uhukkkk uhukkkk….apaaa...apa kau bilang Will…     

Bersambung      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.