You Are Mine, Viona : The Revenge

Tangisan Adik



Tangisan Adik

0Dengan cepat Fernando meletakkan baju Viona yang ada dalam pelukannya ke dalam lubang yang tadi ia buat, dengan cepat Fernando memasukkan baju Viona kedalam lubang buatannya. Ia lalu menutup lubang yang sudah berwarna merah itu dengan tanah seorang diri menggunakan tangannya, tak lama kemudian semua lubang pun tertutup dengan tanah. Menyisakan Fernando yang saat ini tubuhnya basah dan kotor dengan tanah, ia masih terduduk di atas lubang buatannya yang sudah kembali tertutup tanah tanpa bicara.     
0

Blarrr     

Sebuah kilat menyambar sehingga menciptakan efek terang seketika seperti kilatan sebuah blitz kamera, dokter William yang khawatir pada Fernando karena petir dan kilat yang sudah terlalu sering itu kemudian mendekati sahabatnya yang masih diam membisu itu.     

"Ayo masuk kedalam," ucap dokter William pelan mengajak Fernando bangun.     

"Ayo Fernando...hujan semakin deras, kau bisa sakit jika kau begini Fernando," imbuh dokter William kembali sambil menepuk pundak Fernando yang masih bergeming.     

Jederrrr     

Petir kembali menyambar bumi dengan suara yang sangat keras dan membuat dokter William kaget, ia yang sedang fokus pada Fernando sangat kaget dan hampir terjatuh kalau tidak ditahan Teddy yang sedang memayunginya dari belakang.     

"Ayo brengsek, apa kau mau membuatku mati disini," pekik  dokter William tak sabar.      

"Aku yang membuat anakku mati Will, akulah yang salah. Bukan Viona...aku yang salah Will...     

Bug     

Dokter William melayangkan pukulannya ke wajah Fernando dengan keras sehingga membuat Fernando terjerembab ke tanah.     

"Kita bisa bicaran ini didalam brengsek, ayo cepat masuk," teriak dokter William dengan keras.     

"Sabar dok, biar saya yang mengajak tuan masuk," sahut Teddy pelan mencoba untuk menenangan dokter William.     

Setelah berbicara seperti itu Teddy kemudian membantu Fernando untuk bangun, seluruh wajah dan tubuhnya benar-benar sangat kotor. Melihat kondisi Fernando membuat dokter William sedikit menyesal karena tadi melayangkan pukulannya ke wajah sahabatnya itu, ia kemudian mengikuti langkah Fernando dan Teddy masuk ke dalam rumah. Hujan pun semakin deras disertai dengan kilat dan petir secara bergantian, seolah langit ikut bersedih atas apa yang menimpa pada Viona.     

Sesampainya didalam rumah Fernando dibawa Teddy masuk ke dalam kamarnya untuk membersihkan tubuhnya, sedangkan dokter William menuju kamarnya untuk berganti pakaian bersih. Setiap kali ia menginap di rumah Fernando ia memang sengaja selalu meninggalkan pakaian kotornya di rumah sahabatnya itu, supaya saat ia menginap lagi di rumah Fernando ia tak perlu meminjam pakaian Fernando.     

Di bawah guyuran air hangat yang keluar dari shower Fernando terduduk di dalam kamar mandinya tanpa membuka pakaiannya yang sudah basah kuyup, ia memejamkan kedua matanya dibawah guyuran air. Pikirannya masih melayang-layang memikirkan semua perkataan dokter William saat mereka ada dirumah sakit tadi, bahwa apa yang menimpa Viona dalah sebuah kejahatan yang sudah diatur sedemikian rupa karena sangat detailnya cara mereka mengganti botol permen Viona dengan botol yang berisi obat penggugur kandungan, dua macam obat penggugur kandungan yang dijadikan satu sehingga membuat efek yang luar biasa dahsyat.     

"Seandainya kondisi Viona sedang fit mungkin kita bisa menyelamatkan bayinya,"     

"Pendarahannya belum berhenti, kalau ia pergi dalam kondisi seperti itu aku takut terjadi hal buruk padanya,"     

"Nyonya bahkan pergi tanpa membawa apa-apa tuan,"     

"Ruang pertemanan Viona sangat kecil, jadi bagamana aku bisa tau dia pergi ketempat siapa,"     

"Wanita yang keguguran mengalami rasa sakit jauh lebih besar dari seorang wanita yang melahirkan,"     

"Dia kan seorang dokter, bagaimana seorang dokter bisa bertindak seceroboh itu. Dengan dia kabur dari rumah sakit tanpa menyelesaikan pengobatannya seperti ini nyawanya bsia terancam,"     

Suara banyak orang berputar silih berganti dalam ingatan Fernando bergantian dengan caci makinya untuk Viona, dimana ia mengutuk Viona dan menuduh Viona membunuh anaknya. Fernando memukul dinding berkali-kali menggunakan tangannya sampai tangannya terluka.     

"Vionaaaaa... dimana kau sayang!!! maafkan  aku Vio, kembalilah padaku sayang...Viona maafkan aku...."     

Suara teriakan Fernando yang ada didalam kamar mandi yang tak tertutup dapat didengar dengan jelas oleh Teddy yang masih setia menunggu Fernando selesai mandi, ia hanya bisa menelan salivanya mendengar sang tuan menjerit-jerit menyebut nama sang nyonya yang keberadaannya belum di ketahui sampai siang ini. Padahal Fernando sudah mengerahkan semua anak buahnya dan meminta bantuan beberpa detektif swasta juga, akan tetapi karena Viona tak membawa atm card atau ponsel mereka semua nampak kesulitan untuk melacak keberadaannya.     

Di toko muffin milik Jenny dan Amina nampak berhenti dua mobil berwarna hitam parkir didepan toko kecil itu, sedangkan pengemudinya nampak sedang ada didalm toko. Mereka terlihat mengintrograsi Jenny dan Amina secara bergantian ditempat berbeda.     

"Sebenarnya ada apa? Kenapa kalian tiba-tiba datang dan mengacak-acak tempat kami?" tanya Jenny jengkel.     

"Tolong kerja samanya nona Jennifer sekali lagi, apakah nyonya kami tidak datang ke tempat ini?" tanya bali seorang pria berbadan besar pada Jenny dengan suara keras.     

"Harus kubilang berapa ratus kali agar kalian percaya!!kakak tak datang ketempat ini," jawab Jenny hilang kesabaran, ia merasa jengkel karena sejak tadi pertanyaannya tak dijawab oleh pria-pria berbadan besar yang ada dihadapannya ini.     

"Lalu bagaimana dengan apartemen kalian apa nyonya datang ke apartmen kalian?" tanya oria berbadan besar itu kembali.     

"Ya tuhan kalian itu...     

"Jenny...Jenny...kakak hiksss...kak Vio Jenny....     

Suara teriakan Amina dari lantai dua membuat Jenny tak dapat menyelesaikan perkataannya, dengan cepat Jenny berlari menuju tangga meninggalkan tiga pria berbadan besar yang sedang mengintrogasinya.  Saat sampai dilantai dua Jenny terhenyak saat melihat Amina menangis sambil berlutut dilantai, melihat Amina menangis membuat Jenny terpancing emosi. Ia bersiap melayangkan pukulannya pada Harry yang sedang berdiri dihadapan Amina.     

"Jenn..stop, jangan pukul dia," ucap Amina pelan menahan Jenny yang sudah mengangkat tangannya keudara.     

"Kenapa kau menahanku, dia sudah membuatmu menangis Amina. Biarkan aku menghajarnya...     

"Bukan Jen, aku menangis bukan karena dia...tapi kak Vio," sahut Amina memotong perkataan Jenny.     

Deg     

"Kak Vio, ada apa dengan kak Vio?" tanya Jenny pelan, ia langsung mengingat teriakan Amina sebelumnya yang menyebut nama Viona.     

"Kak Vio keguguran Jen...hiksss...kak Vio kehilangan anakknya Jen, keponakan kita meninggal Jen..hu hu..." jawab Amina sambil menangis tersedu .     

"No..kau bohong Amina, kau pasti bohong. Ini hanya sebuah lelucon kan, ini sebuah lelucon kan Amina!!" jerit Jenny tak percaya.     

"Itu benar nona, nyonya keguguran tadi malam dan saat ini nyonya...     

Plakk     

Harry tak dapat menyelesaikan perkataannya karena sudah ditampar oleh Jenny dengan keras, Jenny yang sangat menyangi bayi yang ada didalam kandungan Viona nampak sangat tak bisa menahan dirinya.     

"Kalau memang kak Vio keguguran lalu kenapa kalian ada di toko kami!!sekarang antarkan kami ke rumah sakit temapat kak Vio dirawat, ayo cepat antarkan kami biarkan kami bertemu kakak. Saat ini kakak pasti sangat sedih karena kehilangan anaknnya," ucap Jenny setengah berteriak dengan air mata mengucur deras dari kedua matanya.     

"Ayo...antarkan kami ke tempat kak Vio...     

"Kak Vio kabur Jen, kak Vio kabur dari rumah sakit tadi malam setelah ia keguguran hu huhu...." ucap Amina terbata-bata memotong perkataan Jenny.     

Brukk     

Jenny terjatuh dilantai saat mendengar perkataan Amina, kedua kakinya terasa tak bertulang saat ini. Amina yang ada disamping Jenny langsung memeluk Jenny sambil menangis, mereka menangisi Viona sang dewi penyelamat mereka yang keberadaannya kini tak diketahui. Jenny yang hampir kehilangan nyawanya saat bertemu dengan Viona enam tahun yang lalu menangis sangat keras, ia menangisi Viona sang kakak dengan suara parau.     

Harry yang melihat Amina dan Jenny berpelukan hanya bisa diam sambil menunduk, ia kemudian mengirimkan pesan pada dokter William untuk memberitahukan bahwa mereka juga tak menemukan Viona di tempat Amina dan Jenny.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.