You Are Mine, Viona : The Revenge

Sedikit titik terang



Sedikit titik terang

0Justin yang pergi ke daerah pertabatasan barat bersama beberapa orang bodyguard atas perintah Fernando pun tak menemukan tanda-tanda keberadaan Viona, ia berdiri menatap puluhan makam kuno yang ada dihadapannya.  Sebuah komplek makam yang diperuntukkan bagi para tenaga medis yang meninggal dalam tugasnya selama masa perang dunia II, ia diminta datang ke makam ini untuk melihat apakah ada Viona atau tidak. Pasalnya ibu angkat Viona dimakamkan dikomplek makam ini sebagai bentuk terima kasih padanya semasa masih hidup karena sudah menolong banyak anak terlantar dan juga karena suaminya George Robert Horrison yang merupakan seorang dokter  yang meninggal saat menjalankan tugasnya sudah terlebih dulu dimakamkan ditempat ini.     
0

"Sepertinya tak ada tanda-tanda nyonya datang ketempat ini," ucap Lucas pelan setengah berbisik pada Justin, ia merasa ngeri ada dikomplek makam kuno ini.     

"Iya kau benar, dikedua makam orang tua nyonya juga tak ada tanda-tanda pernah dikunjungi," sahut Justin datar sambil menatap nanar ke arah makam George Robert Horrison dan istrinya Maria Jessica Horrison.     

"Ya sudah ayo pulang, aku takut ada disini Justin," bisik Lucas jujur.     

"Ish kau ini laki-laki, kenapa takut," hardik Justin kesal karena sejak datang  Lucas memang menempel padanya.     

"Entahlah aura tempat ini  begitu membuatku sesak, mungkin karena tempat ini adalah makam para prajurit yang meninggal dalam perang dunia II aku jadi takut," jawab Lucas jujur.     

Justin sebenarnya juga merasakan hal yang sama seperti Lucas, akan tetapi ia berusaha kuat karena tau ada tujuh orang bodyguard yang menemani mereka. Setelah benar-benar memastikan bahwa sang nyonya tak datang ke tempat itu, Justin akhirnya memerintahkan anak buah Fernando untuk pulang. Mereka akhirnya pulang kembali ke kota meninggalkan komplek makam tua itu dengan cepat, komplek makam itu sebenarnya tak mengerikan hanya saja karena komplek makam itu ada di hutan hujan jadi suasanya terasa lebih dingin. Banyak pohon besar yang usianya sudah ratusan tahun berdiri kokoh disepanjang jalan sehingga membuat kesan anger di wilayah itu, padahal kenyataannya tidak karena disepanjang jalan mereka menemukan banyak orang yang bersepeda menikmati udara sejuk.     

"Ya dok," ucap Justin pelan saat menerima telfon dari dokter William.     

"Bagaimana?" tanya dokter William to the poin.     

"Nihil dok, kedua makam orang tua nyonya sepertinya sudah lama sekali tak dikunjungi melihat tingginya ilalang disekitar makam," jawab Justin dengan cepat.     

"Ok, kalau begitu kalian pulanglah dan lakukan tugas selanjutnya," sahut dokter William pelan.     

"Baik dok, kami sudah kembali pulang ke kota," ucap Justin singkat merespon perkataan dokter william sebelum menutup panggilan teleponnya.     

Lucas yang sedang mengendarai mobil melirik pelan ke arah spion untuk melihat kondisi Justin yang terlihat memijat kepalanya, ia tau kalau masalah ini membuat semua orang pusing termasuk Justin yang merupakan tangan kanan Fernando.      

Satu jam kemudian mobil yang dikendarai Lucas akhirnya sampai di istana Fernando, rombongan mereka tepat dibelakang rombongan mobil Harry yang juga baru sampai. Saat turun dari mobil Justin langsung berjalan mendekati Harry yang sudah menunggunya dianak tangga.     

"How?" tanya Harry singkat.     

"Nihil, bagaimana denganmu?" tanya balik Justin pada Harry.     

"Me too, aku bahkan harus menenangkan kedua adik nyonya tadi karena mereka menggila. Menangis seperti orang tak waras sampai membuatku hampir habis kesabaran," jawab Harry pelan menceritakan apa yang terjadi di toko muffin Jenny dan Amina.     

"Ya sudah ayo masuk, dokter William dan tuan menunggu kita," ucap Justin pelan mengajak Harry untuk masuk.     

Harry menganggukkan kepalanya perlahan merespon perkataan Justin, mereka lalu melangkahkan kaki masuk ke dalam rumah menuju ke ruang kerja Fernando yang sudah penuh dengan para detektif swasta yang kembali di sewa Fernando. Karena didalam ruang kerja Fernando penuh akhirnya Justin dan Harry memutuskan menunggu diluar sambil menikmati makan siang karena mereka belum makan sejak pagi.     

Tak lama kemudian pintu ruangan kerja Fernando terbuka dan keluarlah kurang lebih tiga puluh orang detektif swasta yang baru direkrut Fernando untuk mencari Viona, padahal ia sudah menyewa dua puluh orang detektif sebelumnya.     

"Aku tunggu kabar baik kalian sampai besok pagi," ucap Fernando datar sambil melipat kedua tangannya di dada ketika mengantar para detektif swasta keluar dari ruangan kerjanya.     

"Baik tuan kami mengerti," jawab tiga puluh orang detektif swasta itu bersamaan, tak lama kemudian para pria itu akhirnya pergi meninggalkan kediaman Fernando untuk melakukan tugasnya.     

Setelah para tamunya perg Fernando kembali masuk ke dalam ruangan kerjanya karena ada dokter William sudah menunggunya.     

"Bagaimana?" tanya Fernando datar pada dokter William pelan sambil menikmati secangkir kopi yang ada dihadapanya.     

"Di kapal pesiar semalam banyak sekali orang penting, baik itu dari dunia kesehatan atau dunia bisnis. Rekaman CCTV pun tak menunjukkan hal aneh, tak ada satupun orang yang terlihat mendekati Viona selama acara berlangsung. Kemungkinan orang itu menukar permen Viona saat ia pergi kekamar mandi," jawab dokter William panjang lebar sambil menunjukkan rekaman CCTV dikapal pesiar milik profesor Frank.     

"Kamar mandi...oh god kenapa aku tak berfikir kesana, kemarin Viona sempat ijin padaku mau pergi ke toilet dan kalau misal penjahat itu memang menukar permen Viona pada saat Viona dikamar mandi maka pelakunya adalah wanita Will," ucap Fernando dengan suara meninggi.     

"Gugaanku juga wanita, akan tetapi sangat sulit mengetahuinya karena di area toilet tak terpasang kamera CCTV. Oleh karena itu agak sulit untuk melacaknya," sahut dokter William penuh sesal.     

"Ok Will, kerjamu ini sudah cukup bagus. Kita sudah mengantongi setidaknya ¼ identitas pelakunya, jadi kita bisa lebih spesifik lagi untuk menganalisanya. Oh iya bagaimana dengan sidik jari, apa kau menemukan sidik jari lain di botol yang ada didalam tas viona?" tanya Fernando denagn suara meninggi.     

"Nope, kami tak bisa melakukan pengecekan sidik jari, pasalnya botol obat itu ditemukan oleh nyonya Jasmine penyelamat dokter Viona  di dalam mobil yang sudah berserakan dan penuh darah." jawab dokter William dengan cepat.     

Senyum Fernando yang yang sempat terlihat sesaat langsung menghilang saat mendengar perkataan dokter William, ia padahal berharap banyak pada obat jahat itu. Tak lama kemudian masuklah Justin dan Harry memberikan laporan atas apa yang mereka sudah lakukan hari ini pada Fernando, Fernando nampak frustasi mendengar perkataan kedua asistennya itu.     

"Kemana lagi aku harus mencarinya Will," ucap Fernando pelan sambil menggaruk rambutnya yang tak gatal.     

"Ruang lingkup sosial dokter Viona sangat kecil, ia tak punya keluarga atau saudara selain Jenny dan Amina. Ia juga tak punya banyak teman disini, ditambah lagi ia tak mempunyai ponsel. Sangat kecil kemungkinannya dokter Viona mencari teman sesama dokter, pasalnya ia tak punya nomor ponsel mereka pasca ponselnya kau hancurkan. Dari awal semua ini terjadi karena kebodohanmu Fernando," jawab dokter William dengan suara meninggi.     

Justin dan Harry langsung diam mendengar perkataan dokter William, mereka tak menyangka kalau dokter William akan berkata seperti itu pada Fernando di saat seperti ini. Fernando yang disalahkan oleh dokter William pun hanya diam, ia tak membantah apapun perkataan sahabatnya itu karena apa yang dikatakan oleh dokter William adalah Fakta. Ia menyadari bahwa awal mula dari semua masalah ini karena sikapnya yang terlalu berlebihan pada Viona, ia yang terlalu mengkhawatirkan anaknya sejak awal tanpa memikirkan kondisi Viona.     

"Aku sadar Will, akulah yang paling bersalah disini. Akan tetapi semua ini tak akan terjadi kalau Viona tak memancing kemarahanku Will, ia selalu saja menguji batas sabarku Will...arrgghhhhhhhhh Fuck.....     

Suara teriakan Fernando terdengar sangat keras sampai keluar ruangan, para pelayan yang sedang merapikan meja makan pun dapat mendengar dengan jelas suara Fernando.     

Sementara ditempat lain dokter Ammy nampak sedang berpesta dengan suster Lucia, mereka berdua merayakan keberhasilan rencana mereka.     

"Mati kau Viona, rasakan ini adalah balasan untukmu karena berani merebut posisiku ha ha ha..." teriak dokter Ammy dengan penuh kebahagiaan.     

"Aku belum pernah sebahagia ini dok, terima kasih sudah membuatku sangat bahagia. Rasanya sangat puas melihat keluarga itu hancur, akhirnya si sombong Fernando menangis darah ha ha ha ..." sahut suster Lucia sambil tertawa lebar.     

Mendengar perkataan suster lucia membuat dokter Ammy ikut tertawa, satu dendamnya sudah terbayar.     

"Kau tak perlu sedih Fernando sayang, akulah yang akan memberikan keturunan dan kebahagiaan padamu. Aku Amelia Smith lah yang pantas menjadi nyonya Willan sesungguhnya," ucap dokter Ammy dalam hati     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.