You Are Mine, Viona : The Revenge

Desa Elora



Desa Elora

010 Bulan kemudian     
0

Di sebuah pedesaan indah Elora yang terletak 12 mil barat laut Guelph nampak beberapa orang anak-anak kecil berlarian di sebuah halaman rumah yang luas, mereka tertawa bersama saling mengejar satu sama lain. Elora disebut juga "Most Beautiful Village in Ontario". Area pedesaan ini Elora Gorge, dimana tebing kapur 80-kaki menghadap ke tepi Grand dan Irvine Rivers.      

Desa ini sering dipakai untuk berkemah, hiking bahkan tempat yang sangat nyaman dan indah untuk bermain kayak bersama keluarga, tak heran jika memasuki waktu libur desa ini sangat ramai dikunjungi turis lokal yang ingin menghabiskan waktu dengan wisata alam. Para turis lokal itu biasanya datang untuk melihat bangunan abad 19 yang masih berdiri kokoh di desa ini, mereka seperti sedang melakukan perjalanan waktu jika sedang ada di Elora.     

Seorang pemuda tampan yang berpakaian serba putih dalam pakaian jas kebesarannya nampak keluar dari klinik tempatnya bekerja dengan tersenyum,ia berjalan kaki menuju ke sebuah rumah yang memiliki halaman luas dimana banyak anak-anak bermain. Tanpa mengetuk pintu ia masuk ke dalam rumah besar itu dan meneruskan langkahnya seolah sedang mencari seseorang, kedua matanya menyusuri semua ruangan yang ada di rumah itu. Ia membuka hampir semua tempat dan terlihat hampir frustasi karena tak menemukan apa yang ia cari sampai akhirnya langkahnya terhenti ketika melihat ke arah bebatuan yang ada di dekat danau ada beberapa orang sedang bermain disana, dengan cepat ia melangkahkan kakinya menuju danau.     

"Kak Adam sudah pulang ya?" pekik anak kecil umur delapan tahun menubruk pria berpakaian serba putih dengan suara cadelnya.     

"Iya kakak sudah pulang, hati-hati mainnya jangan sampai jatuh," jawab sang pemuda yang tadi dipanggil Adam memperingatkan anak kecil yang baru saja menabraknya.     

"Iya kakak," sahut anak kecil itu kompak bersama beberapa anak kecil sebayanya dengan riang.     

Adam tersenyum melihat tingkah anak kecil itu, ia kemudian meneruskan langkahnya menuju ke danau. Ke tempat tujuannya dimana ada seorang wanita yang berumur sekitar enam puluh lima tahun sedang duduk bersama seorang gadis cantik berambut sepundak tengah menikmati waktu sore mereka dengan minum teh di pinggir danau.     

"Adam kan sering bilang, jangan terlalu lama ada diluar ibu," ucap sang pemuda yang bernama Adam dengan suara meninggi begitu ia sampai di tepi danau.     

"Oh anakku sayang sudah pulang rupanya,"jawab sang wanita itu dengan cepat sambil tersenyum.     

"Ibu selalu saja membuatku tak bisa marah, seharusnya ibu mendengarkan saran dokter Steffi untuk menjaga kesehatan ibu," sahut Adam sambil cemberut menunjukkan kekecewaannya yang mendalam.     

"Ibu juga butuh udara segar kak, bagus untuk ibu ada di tepi danau seperti ini. Untuk membantunya merilekskan semua ototnya kak," celetuk sang gadis cantik berambut sepundak mencoba membela sang ibu yang sedang duduk disampingnya.     

"Kau sama saja Anji, selalu menuruti kata ibu. Kau harus sedikit kejam pada ibu, supaya ibu menurut dan mau beristirahat dirumah," sengit Adam memarahi gadis cantik yang ia panggil Anji.     

Mendengar sang kakak merajuk Anji hanya tersenyum lebar, ia lalu mengajak ibunya untuk bangun dan masuk ke dalam rumah besar mereka yang tak jauh dari danau. Dibimbing Adam dan Anji di kanan dan kirinya membuat nyonya Debora tersenyum, wajah senjanya nampak sangat bahagia bisa menemukan anak asuh yang selama ini ia cari bertahun-tahun.      

Debora Esteban adalah adik angkat Maria Jessica Horrison yang tak lain adalah seorang wanita pemilik panti asuhan cahaya di Ottawa, ia dan Maria membangun panti asuhan bersama. Mengurus panti anak-anak yang tak diinginkan kedua orang tuanya bersama, sampai akhirnya mereka memisahkan diri membuat panti asuhan baru karena saya tampung di panti asuhan cahaya waktu itu sudah tak memadai. Maria Jessica masih memimpin panti asuhan cahaya sedangkan Debora Esteban membuat panti asuhan baru yang diberi nama panti asuhan kasih yang pada masa awal-awal terbentuk dibantu Maria Jessica.     

Mereka berjanji dari awal akan membagikan seluruh hidup mereka bagi anak-anak terlantar, memberi mereka kasih sayang sampai mereka dewasa dan bisa menjalani kehidupan masing-masing.     

Debora Esteban pergi ke panti asuhan kasih yang ia dirikan di Elora bersama seorang anak laki-laki yang paling ia sayang, sama seperti Maria yang punya satu anak kesayangan. Mereka bahkan sering mengucapkan bahwa anak yang mereka sayangi itu adalah anaknya sendiri, Debora Esteban membawa Adam Morgan sedangkan Maria tetap mengurus Viona Angel yang menjadi kesayangannya. Mereka akhirnya berpisah dan mengurus panti asuhan secara mandiri saat usia Adam dan Viona delapan tahun, sejak saat itu mereka tak pernah bertemu bahkan sewaktu Maria Jessica meninggalpun Debora tak bertemu lagi dengan sang kakak. Sampai suatu ketika ia mendapatkan sebuah surat yang ia temukan tujuh tahun pasca Maria Jessica meninggal, rupanya waktu Maria menyadari bahwa umurnya tak akan lama ia mengirimkan surat pada adiknya Debora Esteban dan memintanya untuk melanjutkan tugasnya dengan menjaga putri kesayangannya yang sudah beranjak dewasa waktu itu.     

Nasib rupanya masih belum berpihak pada gadis yang bernama Viona Angel, surat yang Maria Jessica kirimkan pada Debora rupanya tak terbalas sampai akhirnya Viona Angel harus hidup seorang diri di dunia pasca Maria Jessica meninggal. Padahal Maria Jessica sudah meminta Debora Esteban untuk merawat Viona Angel dalam surat yang ia kirim.     

Surat wasiat yang dibuat Maria Jessica itu akhirnya terbaca oleh Debora Esteban saat ia sedang merapikan file lamanya, ia membaca sebuah surat yang usang terselip diantara file-file lamanya. Pada saat melihat surat itu pertama kali seluruh tubuhnya terasa dingin, pasalnya ia melihat cap tahun pada surat itu sudah tujuh tahun yang lalu. Karena penasaran Debora memberanikan diri membaca surat itu dan hatinya sangat hancur pasca selesai membaca surat yang seharusnya ia baca tujuh tahun lalu, sebuah surat wasiat yang dibuat oleh sang kakak.      

Debora Esteban malam itu meminta anak kesayangannya Adam Morgan untuk pergi ke kota, ia ingin pergi ke sebuah komplek makam tua yang ada diperbatasan sebelah barat. Sebuah makam tua yang diperuntukkan bagi mereka yang berjasa selama perang dunia II, Debora Esteban menuju makam itu karena ia yakin bahwa sang kakak tercinta ada disana. Dalam surat yang ia baca Maria mengatakan kalau usianya tak lama karena ia menderita kanker darah, entah apa yang membuat Debora yakin kalau ia harus pergi ke makam tua malam itu. Debora seperti mendapat bisikan yang memintanya datang ke makam tua itu malam itu juga, padahal waktu mereka pergi ke kota hari sudah malam.      

Sesampainya di makam mereka dikejutkan saat melihat seorang gadis cantik nampak bersujud didepan batu nisan yang bertuliskan nama Maria Jessica Horrison dalam keadaan uang menyedihkan, pucat dan terlihat sangat kepayahan dengan celana yang basah karena darah.     

Tanpa pikir panjang Debora dan Adam membawa gadis yang sudah terkulai tak berdaya itu ke sebuah klinik yang tak jauh dari komplek makam, setelah mendapatkan perawatan sampai pagi hari gadis itu tersadar dari pingsannya.      

"Angel...Viona Angel," ucap Debora Esteban terbata saat melihat gadis yang ia selamatkan membuka matanya perlahan.     

"Anda siapa?" tanya Viona lemah berusaha mengumpulkan ingatan terakhirnya dimana seharusnya ia saat ini ada didepan makam sang ibu, menangis disana meratapi nasibnya.     

"Aku ibu Debora nak, adik ibu Maria. Dulu kita tinggal bersama di panti asuhan cahaya sampai akhirnya ibu harus pindah bersama Adam saat usia kalian delapan tahun," jawab Debora terisak.     

"Ibu Debora…" ucap Viona terbata mengulangi perkataan sang ibu yang berdiri di hadapannya dengan mata berkaca-kaca.     

"Iya sayang ini ibu...ibumu nak, huuu huuu Angelllku sayang, apa yang terjadi padamu nak...kenapa kau seperti ini. Apa yang terjadi denganmu sayangku…" tanya Debora terbata, ia shock saat mengetahui bahwa Viona Angelnya ternyata mengalami keguguran.     

Viona yang masih kaget karena bertemu lagi dengan ibunya langsung menangis seperti anak kecil, ia mengeluarkan semua kesedihannya yang ia pendam selama ini. Menangis didepan ibu Debora yang ia kenal sebagai seorang ibu yang pandai membuat pancake kesukaannya saat ia masih kecil dulu ketika mereka tinggal di panti asuhan yang sama.     

"Ada ibu nak, kau aman sekarang...maafkan ibu sayang terlambat menjemputmu. Terima kasih kak Maria sudah membimbingku datang ke makammu malam ini, akan kujaga Angel kita seperti maumu kak...maafkan aku kak Maria telat membaca suratmu..." ucap Debora penuh syukur sambil memeluk Viona yang ia panggil Angel, panggilan kesayangannya untuk anak kesayangan sang kakak.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.