You Are Mine, Viona : The Revenge

Pengabdian



Pengabdian

0

Setelah peristiwa itu Viona disibukkan dengan wawancara dengan berbagai media baik elektronik ataupun digital yang sebenarnya membuat Viona tak nyaman, Viona sudah menolaknya akan tetapi justru pihak managemen rumah sakit justru mendukung Viona untuk melakukan wawancara seperti itu. Kini ketenaran dokter Angel benar-benar menambah beban baru baginya, menolong orang adalah kewajiban seorang dokter justru menjadi komersil bagi orang-orang melihat celah bisnis disana.

0

"Dokter Angel," panggil seorang suster pada Viona yang sedang sibuk membuat laporan.

"Iya ada apa sus? " tanya Viona ramah.

"Dokter dipanggil ke ruang direktur," jawab suster itu sopan.

"Ok, terima kasih," ucap Viona dengan tersenyum kemudian menutup laporannya.

Viona berjalan ke lantai sepuluh dimana ruang direktur berada, perasaannya mengatakan akan ada hal buruk yang terjadi dan itu membuat Viona waspada. Entah sebuah kebetulan atau tidak tapi perasaannya selalu benar menebak apa yang akan terjadi. Saat Viona sudah hampir sampai di depan pintu ruang direktur nampak berdiri beberapa orang pria berperawakan negro tengah berjaga, Viona bisa melihat mereka membawa senjata api.

Tok

Tok

Vioba mengetuk pintu dengan perlahan, lalu tak lama terdengar jawaban dari dalam memintanya masuk. Saat masuk Viona melihat banyak orang tengah duduk diruangan paling mewah dirumah sakit itu, mereka adalah petinggi rumah sakit, dan beberapa kepala bagian beserta orang yang sangat ia ingat si tuan senator terhormat tengah tersenyum padanya.

"Silahkan duduk dokter Angel,"pinta profesor Frank sambil tersenyum ramah.

"Terima kasih prof," jawab Viona sopan, ia kemudian duduk didepan petinggi itu.

"Saya rasa kita to the poin saja," ucap profesor Mario membuka pembicaraan.

"Seperti yang sudah anda ketahui sebelumnya dokter Angel, rumah sakit kita menjadi rumah sakit terbaik di kota ini apalagi sejak dokter Angel menjadi selebriti itu makin meningkatkan popularitas rumah sakit kita," imbuh prof Mario dengan senyuman yang licik. "Oleh karena itu berdasarkan masukan dari beberapa dewan direksi dan para profesor kami menugaskan anda untuk menjadi dokter khusus untuk pasien VVIP di rumah sakit ini, yang artinya anda hanya menangani pasien di lantai empat belas dan lima belas saja." Profesor Mario menutup pembicaraannya.

"Maksud anda apa prof? "tanya Viona kaget.

"Begini dokter Angel, posisi dokter itu tidak sembarang dokter bisa menempati dan anda kini yang berkesempatan untuk ada diposisi itu," jawab profesor Mario dengan mata berbinar-binar.

Viona terdiam mencerna perkataan direktur rumah sakit itu dengan serius, jika ia menerima tawaran itu artinya dia tak akan bisa menjadi seorang dokter normal yang menolong orang yang membutuhkan tapi ia akan dijadikan suatu komoditas bisnis baru di rumah sakit ini. Viona tersenyum lalu menutup wajahnya dengan kedua tangan untuk menyeka air mata yang sudah terkumpul di matanya, ia tak ingin ada orang yang melihatnya menangis.

"Saya rasa itu bukan posisi yang pantas untuk saya profesor," ucap Viona sambil berdiri.

"Maksud anda apa dokter Angel? " hardik profesor Louis sang wakil direktur ikut bicara.

"Jangan bilang anda menolaknya dokter Angel," pekik prof Mario cepat.

"Saya bukan menolak tapi saya rasa saya bukanlah orang yang pantas mendapatkan posisi itu, banyak dokter lain dirumah sakit ini yang lebih pantas,"ucap Viona dengan senyum mengembang.

"Dokter Angel kau disini adalah staff dan kau tak bisa menolak perintah managemen!!!" teriak profesor Mario tiba-tiba.

"Maaf Prof, jawaban saya tetap sama," ucap Viona tanpa takut sedikitpun menghadapi direktur rumah sakit yang terkenal mata duitan itu.

"Baik kalau begitu, kalau kau menolak bekerja di lantai VVIP lebih baik kau tidak usah berkerja dirumah sakit ini," ujar prof Mario dengan senyum penuh kemenangan.

Viona kaget mendengar perkataan yang sama sekali tak ia harapkan itu, bahkan semua orang yang ada diruangan itu juga tak kalah kaget mendengar ucapan profesor itu. Darren yang sejak tadi memainkan ponselnya bahkan langsung menatap tajam ke arah profesor Mario karena tak percaya dengan apa yang baru ia dengar.

Dengan senyum mengembang Viona mencopot ID Card miliknya yang tergantung di saku dada itu lalu meletakkan diatas meja dengan cepat.

"Sejak hari saya di sumpah sebagai dokter, saya sudah mengabdikan hidup saya untuk kemanusiaan tanpa melihat latar belakang pasien saya dan kalau saya menerima tawaran anda sama saja saya mengingkari sumpah dokter saya. Maaf saya tidak bisa, dan kalau memang tak ada tempat untuk saya dirumah sakit ini saya akan keluar dengan senang hati," ucap Viona dengan tatapan mengintimidasi ke arah profesor Mario.

"Saya mohon ijin, untuk surat pengunduran diri saya siang ini akan saya siapkan. Permisi," imbuh Viona pelan lalu membuka pintu dan keluar dari ruangan itu dengan cepat.

Orang-orang yang ada diruangan itu kaget mendengar perkataan Viona, mereka tak menyangka kalau dokter Angel akan menolak tawaran yang sangat menggiurkan orang itu. Profesor Frank kemudian juga pamit keluar dengan alasan ada jadwal operasi padahal ia ingin mengejar Viona yang sudah pergi menjauh.

"Sungguh wanita yang sombong," ucap Darren sambil menikmati minumannya.

"Saya sungguh tak percaya dokter Angel akan menolaknya," gumam profesor Louis tak percaya.

"Tenang saja dia pasti bergurau, tak akan ada orang yang menolak uang di dunia ini," desis profesor Mario dengan licik.

"Ok lebih baik anda pastikan itu profesor saya harus pergi karena ada jadwal lain," ucap Darren datar sambil berdiri lalu meninggalkan ruangan itu diikuti anak buahnya.

Mereka naik ke lift khusus yang hanya bisa dipakai oleh para eksekutif rumah sakit. Darren tersenyum mengingat perkataan Viona, dia jadi makin bersemangat menaklukkan gadis itu.

Dimeja kerjanya Viona kemudian merapikan barang-barang pribadi miliknya dibantu dokter Ashley dan dua orang suster yang nampak bingung. Viona lalu membuat surat pengunduran diri seperti yang ia katakan tadi diruangan profesor Mario, ia merasa jijik dengan management rumah sakit yang menjadikan dirinya sebagai tambang emas yang baru. Sebenarnya sudah lama Viona merasa tak cocok dengan sistem yang berjalan dirumah sakit tapi ia tetap bertahan karena ia nyaman dengan suasana kerja dan team yang membantu di tiap operasinya.

Setelah selesai membuat surat pengunduran diri Viona kemudian bergegas berjalan ke ruang administrasi untuk menyerahkan surat itu dan membuat orang-orang diruangan itu terkaget. Mereka tak percaya Viona akan mengundurkan diri karena mereka tau Viona adalah dokter yang paling tak ada masalah dirumah sakit, tanpa mengatakan alasan sebenarnya akhirnya Viona meninggalkan ruang administrasi itu untuk menuju ruang kerjanya. Saat Viona masuk keruang kerjanya sudah banyak dokter yang ingin mengkonfirmasi hal yang sebenarnya pada Viona.

"Dokter Angel," panggil profesor Frank dengan suara tinggi pada Viona.

"Iya Prof,"jawab Viona dengan tersenyum.

"Bisa kita bicara?"tanya profesor Frank serius.

"Sepeti yang sudah anda dengar sebelumnya Prof, keputusan saya sudah bulat. Terima kasih atas waktu nya beberapa hari ini, saya undur diri," jawab Viona dengan membawa kotak yang berisi barang-barang pribadinya lalu berjalan keluar.

Profesor Frank hanya bisa membatu melihat Viona pergi, saat Viona berjalan banyak suster dan dokter yang terlihat kaget begitu tahu bahwa Viona mengundurkan diri. Mereka tahu Viona adalah dokter yang tak ada masalah apapun makanya ketika berita itu beredar meraka tak percaya, Viona dengan ramah berpamitan dengan teman kerjanya itu. Viona sudah berkerja dirumah sakit itu sejak masih kuliah jadi sudah cukup lama ia kenal dengan anggota staff yang lain.

Viona berjalan menuju jalan raya dan secara tak sebagai bertemu dengan Darren yang rupanya memang sengaja menunggu dirinya, dari jauh Viona sudah bisa melihat pria yang ia benci itu tersenyum padanya.

"Kau terlalu sombong dokter Angel,"sindir Darren pelan alih-alih menegur Viona.

"Maaf tuan, saya rasa itu tak ada hubungannya dengan anda," jawab Viona datar.

"Tak ada orang didunia ini yang menolak uang dokter cantik," cibir Darren sambil menikmati rokoknya.

"Mungkin, tapi yang jelas saya tak mau bekerja dengan sistem seperti itu. Menjadi dokter adalah panggilan jiwa dan kalau profesi itu sudah dijadikan alat untuk mencari uang bukankah sudah jauh dari tujuan awalnya, saya tahu orang tak bisa hidup tanpa uang tapi yang harus anda tau bahwa uang tak akan bisa menjamin anda hidup bahagia selamanya," ucap Viona dengan tersenyum.

"Maaf saya permisi Prof," imbuh Viona cepat lalu naik ke dalam bus yang baru datang.

Viona memandang rumah sakit untuk terakhir kalinya sebelum akhirnya bus yang ia naiki berjalan dan membuat jarak pandanya terbatas.

"Aku akan menjadi dokter yang baik sepertimu ayah George," batin Viona sambil tersenyum.

Bersambung.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.