You Are Mine, Viona : The Revenge

Rasa yang mengganggu



Rasa yang mengganggu

0Dokter William kemudian menceritakan betapa rumitnya hubungan percintaan ayah kandung dari Fernando dan Franklin sewaktu ia masih muda, profesor Dexter nampak tak berbicara satu kata pun ketika dokter William bicara. Ia tak menyangka sama sekali Kalau Fernando dan Franklin tumbuh dari keluarga yang berantakan.     
0

"Sebenarnya ibu Fernando nyonya Camelia mencintai Kakak Jacob yang bernama Jonathan, akan tetapi di lain sisi ternyata Jacob juga mencintai Camelia. Karena dibutakan oleh cinta, Jacob akhirnya memperkosa Camelia di saat usianya masih delapan belas tahun, dan buah hasil perkosaan itu pun tumbuh menjadi seorang anak manusia yang bernama Fernando." Ucap dokter William mengakhiri ceritanya.     

"Sebentar sebentar sebentar, aku perlu meluruskan dulu apa yang yang tadi kau katakan. Jadi intinya adalah Fernando lahir karena ayahnya memperkosa ibunya, disaat ibunya berstatus tunangan sang kakak yang bernama Jonathan itu maksudmu." Tanya profesor Dexter sambil mencengkram tangan dokter William.     

"Yes." Jawab dokter William singkat.     

"What the hell…..lalu bagaimana dengan Jonathan ketika melihat tunangannya menikah dengan adik kandungnya.?" Tanya profesor Dexter kembali.     

"Ya dia mengalah dan pergi dari rumah keluarga sampai akhirnya setahun kemudian ia pulang dan berniat mengajak adik iparnya itu untuk kawin lari, akan tetapi rencananya ternyata diketahui oleh Jacob. Karena takut Camelia dibawa pergi oleh Jonathan sang kakak Jacob akhirnya kembali memaksa Camelia untuk hamil anaknya kembali walaupun usia Fernando saat itu masih sangat kecil, dan seperti yang dapat kau duga usaha Jacob berhasil membuat Camelia kembali hamil anak keduanya akhirnya diberi nama Franklin ketika lahir." Jawab dokter William pelan.     

"Gila gila gila gilaa….itu bukan cinta itu obsesi tak waras." Pekik profesor Dexter dengan nada meninggi.     

"Iya aku pun bereaksi sama sepertimu waktu aku mendengarnya dari mulut Fernando." Ucap dokter William menahan tawa ketika melihat ekspresi profesor Dexter.     

"Pantas saja kedua pria itu tergila-gila kepada Viona, ternyata sifat mereka diturunkan langsung oleh sang ayah yang sangat mengerikan itu." Celetuk profesor Dexter tanpa sadar.     

"Ya begitulah, Jacob memang mengerikan. Akan tetapi ia benar-benar mencintai Camelia sampai ketika Camelia meninggal pun dia tak menikah lagi dengan wanita manapun, karena baginya istrinya hanyalah Camelia." Sahut dokter William merespon perkataan profesor Dexter.     

"Iya tuan Jacob memang tak menikah lagi, tapi main perempuan kan.!!" Ucap profesor Dexter dengan cepat.     

Dokter William hanya tertawa merespon perkataan profesor Dexter, hampir semua orang tahu tentang sepak terjang ayah dari Fernando karena semasa hidupnya ia dikenal sebagai cassanova kota Ontario yang digila-gilai oleh seluruh wanita.     

"Lalu bagaimana dengan nasib Jonathan kenapa kau tak membahasnya.?" Tanya profesor Dexter penasaran.      

"Ia dan Camelia mati bunuh diri bersama." Jawab dokter William singkat.     

"Bunuh diri bersama ibu Fernando.!!" Pekik profesor Dexter terkejut.     

"Ya...lagi lagi mereka mengatasnamakan cinta di atas perbuatannya." Sahut dokter William dengan suara lirih hampir tak terdengar.     

"Dan mereka pun dimakamkan bersamaan sesuai wasiat terakhir dari keduanya." Imbuh dokter William menimpali perkataannya yang sebelumnya.      

"D--dari mana kau tahu semua ini.?" Tanya profesor Dexter terbata.     

"Fernando menceritakannya kepadaku saat kami masih kuliah." Jawab dokter William singkat.     

"Lalu bagaimana Fernando bisa tahu…     

"Neneknya menceritakan kisah kelam kedua orangtuanya itu kepadanya, dan sejak mengetahui hal itu ia mulai tak suka pada sang ayah sampai puncaknya ketika kejadian Miranda kembali mengguncang keluarga mereka lagi " Ucap dokter William memotong perkataan profesor Dexter.     

Professor Dexter langsung terdiam mendengar perkataan dokter William, ia benar-benar tak menyangka Fernando dan Frank berasal dari keluarga yang sangat rumit seperti itu. Profesor Dexter tak habis pikir kalau bunuh diri karena cinta itu benar-benar ada, walaupun ia dan Fernando tidak terlalu dekat seperti hubungan Fernando dengan dokter William tapi ia cukup mengerti banyak dengan kehidupan Fernando semasa kuliah dulu.     

"Karena alasan itulah Fernando berusaha sekuat tenaga untuk menjauhkan Viona dari Frank karena ia tak mau kehilangan salah satu diantara mereka berdua." Ucap dokter William sambil menatap tajam kearah profesor Dexter.     

"Jadi ini alasannya kenapa Fernando sampai mencari dokter ke Rusia untuk menggantikan istrinya.?"  Tanya profesor Dexter pada dokter William.     

"Ya begitulah, lagipula dokter Robert punya kemampuan yang mumpuni juga kan."  jawab dokter William sambil tersenyum.     

Profesor Dexter menganggukan kepalanya pelan merespon perkataan dokter William, ia sudah melihat CV milik dokter Robert secara langsung. Jadi kemampuannya tidak diragukan lagi, lagi pula ia sudah sepuluh tahun lebih menjadi dokter bedah. Karena hari sudah semakin siang dokter William akhirnya keluar dari ruangan profesor Dexter untuk kembali bekerja, setelah dokter William keluar dari ruangannya sebuah senyuman tersungging di wajah profesor Dexter.     

"Jagalah cintamu Fernando, jangan sampai apa yang menimpa orang tuamu terjadi lagi." Ucap profesor Dexter dalam hati sambil menatap foto Fernando yang terpasang di aula yang tak jauh dari ruangannya.     

Profesor Dexter pun kembali bekerja memeriksa beberapa dokumen yang harus ia koreksi sebelum ia serahkan kepada para pemegang saham, termasuk kepada Fernando yang merupakan pemegang saham tertinggi di rumah sakit saat ini.     

Jam makan siang pun tiba, para staf rumah sakit nampak saling berbisik satu sama lain ketika melihat dokter Robert makan sendirian di kantin, wajah setengah asianya membuat sosok dokter Robert menarik perhatian banyak staf wanita.      

"Louisa.!!" Panggil dokter Robert tiba-tiba ketika melihat keberadaan dokter Louisa di kantin.     

"K-kau….     

"Kau dokter di rumah sakit ini Lou.?" Tanya dokter Robert memotong perkataan dokter Louisa sambil berjalan ke arah tempat makan dimana dokter Louisa berada.     

"He he iya..aku bekerja disini." Jawab Louisa tergagap, ia tak menyangka akan bertemu dengan dokter Robert di kantin.     

"Ya sudah aku tunggu kau di mejaku ya." Sahut dokter Robert pelan sambil menunjuk ke arah mejanya meminta dokter Louisa bergabung dengannya.     

Dokter Louisa mengangguk pelan merespon perkataan dokter Robert, ia kemudian kembali mengisi piringnya dengan makanan. Sementara itu dokter Robert kembali berjalan ke mejanya yang letaknya tak jauh dari tempat dokter Louisa sedang mengambil makanan. Tak lama kemudian piring dokter Louisa pun sudah terisi makanan, ia lalu berjalan dengan langkah pelan menuju ke meja dokter Robert yang sejak tadi memanggilnya tanpa henti. Sebenarnya dokter Louisa ingin duduk di tempat lain akan tetapi ia mengurungkan niatnya karena sudah terlanjur malu ketika dokter Robert terus menerus meneriakan namanya.     

"Kenapa kau tak memberitahuku kalau kau seorang dokter Lou.?" Tanya dokter Robert membuka percakapan.     

"Karena kau tak bertanya." Jawab dokter Louisa singkat.     

"Ha ha iya juga ya aku lupa." Sahut dokter Robert dengan cepat.     

Dokter Louisa hanya tersenyum simpul melihat pria yang menjadi tetangga barunya itu tertawa, ia kemudian meneruskan menyendokkan makanan yang ada di atas piring untuk ia masukkan ke dalam mulutnya.     

"Oh iya Lou aku ingin minta maaf atas apa yang terjadi terakhir kali." Ucap dokter Robert pelan sambil menyeka bibirnya dengan tisu.     

"Minta maaf untuk apa.?" Tanya dokter Louisa bingung, ia tak merasa kalau dokter Robert berbuat salah kepadanya.     

"Maaf kalau aku menyinggungmu di lift, aku tak bermaksud mengguruimu waktu itu. Aku hanya tak suka melihatmu seperti kemarin." Jawab dokter Robert pelan.     

"Seperti kemarin.? maksudnya apa aku tak mengerti." Ucap dokter Louisa bingung.     

Alih-alih menjawab pertanyaan dokter Louisa, dokter Robert justru tersenyum. Ia kemudian membawa nampan yang berisi piring kotornya ke arah tempat pencucian piring karena sudah selesai makan, dibelakangnya dokter Louisa mengikuti langkah dokter Robert karena ia pun sudah selesai makan.     

Profesor Frank yang duduk di kursi paling pojok bisa melihat dengan jelas bagaimana dokter Louisa berbincang dan duduk bersama dengan dokter Robert, ia merasa ada yang aneh dengan dirinya ketika melihat apa yang dilakukan oleh dokter Louisa.     

"Kau tak bisa pergi begitu saja dariku Lou…" Ucap profesor Frank lirih sambil mencengkram kuat pangsit kayunya yang ia gunakan untuk makan ramen.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.