You Are Mine, Viona : The Revenge

Pengakuan 2



Pengakuan 2

0Mendengar semua perkataan dokter Louisa hampir membuat Viona pingsan, ia benar-benar tak percaya kalau profesor yang ia hormati itu ternyata punya sisi lain yang sangat mengerikan.     
0

"Maafkan aku dokter, bukan maksudku untuk membuka kejelekan profesor Frank atau meminta pembelaan dari anda." Isak dokter Louisa dengan suara hampir tak terdengar mengakhiri ceritanya.     

"Aku tak percaya profesor Frank seperti….     

"Pasti tak akan ada yang percaya pada perkataan saya ini dan menganggap saya gila." Ucap dokter Louisa memotong perkataan Viona.     

Viona menghela nafas panjang mendengar perkataan dokter Louisa, perlahan ia berpindah tempat duduk ke samping dokter Louisa dan memeluknya dengan erat untuk memberikan dukungan pada dokter Louisa. Walaupun ia belum tahu kebenarannya seratus persen akan tetapi Viona tahu bahwa saat ini dokter Louisa sedang berbicara jujur, tak ada wanita manapun di dunia yang akan bangga mengatakan kalau dia sudah menjadi budak seks dari laki-laki yang ia cintai tanpa mendapatkan cinta yang sesungguhnya.     

"Sabar dok, sabar...percayalah dibalik semua ini pasti akan ada pelangi indah yang menantimu dok." Bisik Viona ke telinga dokter Louisa.     

"Semoga saja dok, aku sudah tak berani berharap. Untukku yang sudah kotor ini sangat tidak pantas berharap lebih…     

"Hei dok!!! jaga ucapanmu, mana boleh putus asa seperti itu. Yakinlah kau tak sendiri, masih banyak orang yang perduli padamu bahkan jika kau benar-benar tak punya teman sekalipun kau masih punya Tuhan, Dia lah tempatmu berteduh dan berlindung. Tuhan pasti akan menolong kita jika kita percaya padaNYA." Ucap Viona setengah berteriak memotong perkataan dokter Louisa.     

"Bicara sangat mudah dok, saya yang menjalaninya saya yang merasakan semua kesakitan ini." Sahut dokter Louisa singkat merespon perkataan Viona.     

Dengan menarik nafas panjang Viona akhirnya menceritakan kisah hidup pahitnya pada dokter Louisa, kisah hidup yang sebenarnya tak banyak orang yang tahu. Karena selama ini Viona memang menutup rapat rahasia itu dari orang lain kecuali pada Amina dan Jenny yang ia anggap sebagai adik, Viona menceritakan betapa sedihnya ia ketika tahu sejak dilahirkan kedunia kedua orang tuanya sudah tak menginginkannya dan membuangnya di pinggir jalan sampai akhirnya ditemukan ibu Maria yang menjadi ibu angkatnya. Ia juga menceritakan bagaimana pahit hidupnya setelah ibu Maria meninggal sampai akhirnya ia harus bekerja di sebuah tempat laundry dan mengubur mimpinya dalam-dalam waktu itu, sampai akhirnya pertolongan Tuhan pun datang padanya sehingga ia bisa sampai ke Inggris dan memulai hidup baru di negara asing tanpa saudara dan keluarga.     

Dokter Louisa yang tak mengetahui perjuangan hidup Viona nampak tak percaya, ia selama ini menduga Viona sudah hidup berkecukupan sampai akhirnya bisa menjadi dokter dan saat ini menikah dengan seorang pria kaya raya yang sangat berpengaruh di kota.     

"Tidak semua orang akan langsung mendapatkan apa yang ia punya saat ini kecuali kalau ia memang terlahir dari sebuah keluarga kaya jadi percayalah di luar sana masih sangat banyak sekali orang yang hidupnya jauh kurang beruntung dari kita." Ucap Viona pelan mengakhiri ceritanya.     

"Saya juga berjuang dalam perih untuk mendapatkan apa yang saya cita-citakan ini, cita-cita menjadi seorang dokter seperti ayah angkat saya yang sudah meninggal puluhan tahun yang lalu sebelum saya dilahirkan.  Jadi saya tahu apa yang yang anda alami ini walaupun mungkin apa yang saya lalui tidak perih luka apa yang Anda rasakan saat ini, tapi percayalah dok saya tahu bagaimana rasanya hidup dalam kesulitan." Imbuh Viona lirih menimpali perkataannya yang sebelumnya.      

Dokter Louisa kembali menangis mendengar perkataan Viona, ia merasa malu telah menganggap dirinya adalah orang yang paling menderita di dunia ini.     

"Percayalah diluar sana masih banyak sekali laki-laki yang bisa mencintaimu dengan tulus tanpa melihat masa lalumu, tanpa melihat kalau kau masih perawan atau tidak. Percayalah cinta yang tulus tidak selalu diukur dengan selaput dara yang masih utuh." Ucap Viona pelan memberikan semangat kepada dokter Louisa.      

"Tapi adakah pria seperti itu saat ini dokter?! mereka pasti akan selalu menganggap perempuan yang sudah tidak perawan sebagai perempuan yang yang binal dan saya sudah mengalaminya sendiri." Jawab dokter Louisa sambil menyeka air mata yang mengalir di pipinya, ia masih mengingat bagaimana perkataan Profesor Franklin kepadanya saat berhasil menyentuh dirinya di atas rooftop dan sejak saat itu pula ia takluk di tangan Profesor tampan yang sangat ia cintai itu.     

"Tentu saja ada percayalah itu, oh iya aku ada satu pertanyaan yang cukup mengganjal untukmu tolong jawab dengan jujur pertanyaanku ini dok." Ucap Viona dengan serius sambil menatap kedua mata dokter Louisa dengan tajam.     

"Kalau saya bisa menjawabnya saya akan menjawabnya dok." Sahut dokter Louisa sambil tersenyum.      

Viona tersenyum mendengar perkataan dokter Louisa, ia lalu meraih kedua tangan dokter Louisa dan ia genggam dengan erat.      

"Apakah benar-benar mencintai Profesor Franklin?" Tanya Viona dengan cepat.     

Deg      

Dokter Louisa langsung terdiam mendengar perkataan Viona, ia tak menyangka akan mendapatkan pertanyaan seperti ini dari Viona. Bahkan setelah ia bercerita panjang lebar tentang apa yang sudah dilakukan Profesor Frank kepadanya selama ini.      

"Jawab dok, kau sudah berjanji padaku tadi." Ucap Viona pelan sambil menambah kekuatan cengkraman ke tangan dokter Louisa.     

"Aku tak mencintainya." Jawab dokter Louisa lirih dengan suara yang hampir tak terdengar sambil menunduk.     

Sebuah senyuman tersungging di bibir Viona saat dokter Louisa berkata seperti itu, ia lalu meraih wajah dokter Louisa yang tertunduk menggunakan satu tangannya dan mengangkatnya dengan cepat supaya bisa bertatap muka dengannya.     

"Tatap aku dan katakan dengan lantang kalau kau memang tak mencintai Profesor Franklin saat ini." Ucap Viona kembali dengan nada meninggi.     

"Aku tak mencintainya dokter." Sahut dokter Louisa  terbata-bata dengan mata berkaca-kaca.     

"Jadi kau tak mencintai Profesor Franklin saat ini." Ucap Viona kembali mengulangi perkataannya yang sebelumnya.      

"A--aku tak mencintainya dok…..aku membencinya." Jawab dokter Louisa kembali sambil menundukkan wajahnya kembali, ia tak berani menatap wajah Viona.     

"Kalau kau memang benar tak mencintai Profesor Franklin maka saat ini hal yang bisa kau lakukan adalah membuang jauh-jauh memori tentang Profesor Franklin dari dalam dirimu, memori kebersamaan kalian dari dalam ingatanmu dan buka hatimu kembali untuk seorang pria lain." Bisik Viona sambil memeluk erat dokter Louisa.      

Setelah selesai berbicara seperti itu Viona merasakan kalau tubuh dokter Louisa kembali bergetar di dalam pelukannya dan tak lama kemudian terdengar suara isak tangis dari dokter Louisa yang sebenarnya sudah dapat Viona tebak dari awal, ia tahu kalau dokter Louisa sebenarnya masih sangat mencintai Profesor Franklin. Oleh karena itu ia sengaja berkata seperti tadi berharap dokter Louisa akan langsung mengaku tentang perasaannya pada profesor Franklin.     

"Aku tahu kau mencintainya, aku tahu dok." Bisik Viona pelan ke telinga dokter Louisa sambil menepuk-nepuk punggung dokter Louisa dengan perlahan untuk memberikan dukungan.     

"Aku membencinya dok, aku membencinya aku ingin melupakannya tapi...hiksss aku tak biasa hu hu hu…" Tangis dokter Louisa kembali pecah dalam pelukan Viona, rasa kecewa dan rasa sakit karena dimanfaatkan oleh profesor Franklin tertutupi dengan rasa cintanya yang besar pada profesor tampan itu.      

Air mata Viona pun ikut mengalir pelan dari kedua matanya, ia merasa terharu melihat besarnya cinta dokter Louisa pada Profesor Frank sang adik ipar. Dulu ia tak pernah percaya akan yang namanya cinta karena pengalaman buruknya yang ia dapat sebelumnya dari Lexy dan Fernando yang membekas di hatinya, namun seiring berjalannya waktu ia paham ternyata perasaannya pada Fernando bukan karena takut akan tetapi karena ia sudah jatuh cinta pada pria itu karena semua perlakuannya yang kasar itu di masa lalu.      

Perlahan Viona melepaskan pelukannya dari dokter Louisa, ia lalu menyeka air mata yang membasahi wajah cantik dokter Louisa menggunakan tissue yang ia bawa di dalam tasnya.     

"Kejar kembali cintamu dan tunjukkan padanya kalau kau benar-benar tulus kepadanya, percayalah Profesor Frank juga mencintaimu namun karena egonya yang tinggi ia tak mau mengakuinya." Ucap Viona pelan.     

"Tapi ia mencintai anda dok." Jawab dokter Louisa dengan terisak.     

"Tak mungkin dia mencintaiku, aku yakin perasaannya padaku bukan cinta. Aku yakin itu hanya sebuah obsesi saja, percayalah dok aku yakin ia mencintaimu." Sahut Viona dengan nada meninggi mencoba untuk menyakinkan dokter Louisa.     

"Tunjukkan padanya bagaimana besarnya cintamu padanya, aku yakin ia akan meruntuhkan egonya dan mengakui perasaannya kepadamu dok." Imbuh Viona singkat menimpali perkataannya yang sebelumnya.     

Dokter Louisa terdiam mendengar perkataan Viona, ia sebenarnya masih sangat mencintai Profesor Franklin. Akan tetapi karena rasa kecewa yang cukup besar di dalam hatinya ia berusaha membuang jauh-jauh dan menguburnya dalam-dalam rada cinta itu di dalam hatinya, tapi semakin ia berusaha menghilangkan bayangan tentang Profesor Franklin semakin kuat pula ingatan itu tertanam di dalam hatinya.     

"Bagaimana aku melakukannya?" Tanya dokter Louisa terbata-bata sambil menyeka air matanya.     

"Aku akan membantumu!!!" Jawab Viona bersemangat.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.