You Are Mine, Viona : The Revenge

Ketulusan Louisa



Ketulusan Louisa

0Setelah berhasil mendapat persetujuan dari dokter William dan Fernando tak lama kemudian Viona keluar memanggil dokter Louisa yang masih duduk di depan ruangan dokter William dengan perasaan campur aduk, ia takut kalau rencana Viona yan sudah ia bicarakan padanya sebelumnya mendapatkan penolak dari dokter William ataupun Fernando.     
0

"Apa aku mundur saja ya..." Ucap dokter Louisa pelan sambil menunduk.     

Ceklek     

Pintu ruangan dokter William terbuka dari dalam dan keluarlah Viona bersama dokter William dan Fernando, melihat ketiga orang penting itu keluar dokter Louisa langsung berdiri. Melihat dokter Louisa ada dihadapanya Fernando berjalan pelan ke arah dokter cantik itu dengan langkah tegap yang mengintimidasi sehingga membuat dokter Louisa terpundur kebelakang.     

"kau yakin akan melakukan ini?" Tanya Fernando pelan pada dokter Louisa ketika ia sudah sampai didepan dokter Louisa.     

"I—iyaa..." Jawab dokter Louisa terbata.     

"kalau kau tak yakin aku tak akan mendukungmu, akan tetapi jika kau yakin maka aku akan...     

"Anda menyetujuinya tuan?!" Tanya dokter Louisa cepat memotong perkataan Fernando.     

"Yes, tapi kau harus tau satu hal Franklin adikku punya sifat yang sangat keras. Kalau misalnya nanti kau menikah dengannya kau harus sabar menghadapinya." Jawab Fernando pelan.     

Dokter Louisa langsung membatu seketika setelah mendengar perkataan Fernando, air matanya langsung mengalir deras membasahi wajah cantiknya. Melihat dokter Louisa menangis membuat Fernando bingung, pasalnya ia tak mengatakan atau melakukan hal-hal yang diluar batas.     

"Hei kau tak apa-apa dokter?" Tanya Fernando bingung sambil menoleh ke arah Viona dan dokter William seperti sedang meminta bantuan.     

"Im ok tuan, aku hanya terlalu bahagia mendapat dukungan dari anda hiks hiks hiks..." Jawab dokter Louisa terbata-bata.     

"Semangat dokter, kejar cintamu. Taklukkan pria itu dengan ketulusanmu." Ucap Viona pelan sambil menggengam tangan Fernando.     

"Terima kasih dokter atas dukungan anda." Sahut dokter Louisa pelan sambil menyeka air mata yang membasahi wajahnya.     

Viona tersenyum mendengar perkataan dokter Louisa, ia kemudian membantu dokter Louisa membasuh air matanya menggunkan tissue. Fernando tersenyum tipis melihat apa yang dilakukan oleh Viona, ia makin bangga memiliki Viona. Setelah dokter Louisa berhasil menenangkan diri mereka lalu berjalan bersama-sama menuju ke ruang perawatan porfesor Frank yang masih belum sadarkan diri.     

Setelah hampir sampai di dekat ruangan perawatan profesor Frank dokter william memanggil seorang suster untuk memastikan kondisi profesor Frank terlebih dahulu sebelum mereka bertindak menjalankan rencana yang sudah di bahas secara matang tadi.     

"Bagaimana?" Tanya dokter William dengan cepat pada suster jaga yang baru saja masuk kedalam ruangan profesor Frank.     

"Kondisi profesor Frank sudah jauh lebih baik, kita hanya perlu menunggu infusnya habis setelah itu beliau sudah boleh pulang dok." Jawab san suster dengan cepat melaporkan kondisi profesor Frank.     

"Ok, thanks. Kau boleh kembali ke tempatmu kembali." Sahut dokter William cepat.     

Sang suster langsung mengangguk pelan, ia kemudian berjalan menuju meja jaganya kembali yang ada di dekat ruang operasi. Kondisi kedua pasien yang di tangani sendirian oleh profesor Frank semalam pun sudah berangsur membaik, operasi keduanya berjalan dengan sangat baik. Dokter William kemudian pergi ke ruang obat untuk mengambil obat yang pencahar perut yang akan mereka pakai untuk menaklukkan profesor Frank sesuai rencana yang sudah dibuat Viona sebelumnya.     

"Ini obatnya...kau bisa meminta suster tadi untuk memberikannya pada profesor Frank dok." Ucap dokter William pelan pada dokter Louisa sambil memberikan obat pencahar perut yang baru saja ia ambil dari ruang obat.     

"Semangat dok." Bisik Viona pelan memberikan dukungan pada dokter Louisa.     

"Terima kasih dokter." Jawab dokter Louisa pelan, tangannya gemetaran ketika meraih obat yang ada ditangan dokter William.     

"Kami sudah membantu anda sampai ke titik ini, untuk langkah selanjutnya tinggal anda yang bertindak dok." Ucap Fernando datar.     

"Iya saya mengerti tuan." Sahut dokter Louisa dengan suara lirih yang hampir tak terdengar, jantungnya berdegup dengan cepat saat menggenggam erat obat pencahar yanga da ditanganya.     

Setelah mengatur dengan baik semuanya dokter William mengajak Fernando dan Viona pergi dan meninggalkan dokter Louisa duduk di meja jaga tempat para suster duduk sebelumnya. Karena infus yang terpasang di tangan profesor Frank sudah habis ia pun sudah diperbolehkan pulang, setelah istirahat selama hampir empat jam dan menghabiskan satu botol infus kondisi profesor Frank saat ini sudah benar-benar fit. Tak lama kemudian profesor tampan itu keluar dari ruang perawatan dengan cepat, ia sempat berbicara pelan pada suster yang membantunya melepas jarum infus, ia berjalan dengan langkah tegap menuju ke ruang perawatan dimana dua pasiennya yang sudah ia tolong tadi malam dirawat.     

"Semoga kalian cepat sembuh seperti sedia kala." Ucap profesor lirih dari balik kaca sambil tersenyum melihat sepasang suami istri itu dirawat di kamar yang sama.     

"Tolong perhatikan kondisi mereka dan laporkan padaku kalau ada perkembangan apapaun." Pesan profesor Frank pada dua suster yang berjaga.     

"Baik prof." Sahut dua orang suster itu kompak menjawab perkataan profesor Frank.     

Profesor Frank kemudian menganggukan kepalanya pelan dan berjalan perlahan menuju ke ruang ganti untuk bersiap pulang, para suster yang berpapasan dengan profesor Frank seperti biasanya mereka akan membicarakan profesor tampan itu setelah sudah berada jauh dengannya.  Dokter Louisa hanya tersenyum ketika mendengarkan percakpan para suster itu, ia kemudian menatap obat pencahar yang diberikan dokter William sebelumnya kepadanya ditangan kanannya.     

"Aku tak akan membuatmu luluh dengan cara seperti ini Frank, aku akan menunggumu datang dengan segenap hatimu padaku bukan dengan cara seperti ini. Aku ingin dicintai dengan tulus olehmu bukan karena keterpaksaan seperti ini." Ucap dokter Louisa pelan sambil meremas obat pecahar itu dengan mata berkaca-kaca.     

Setelah berhasil mengusai dirinya kembali dokter Louisa kemudian membuang obat pencahar itu ke tempat sampah dengan air mata yang sudah mengalir di wajahnya, ia kemudian berjalan dengan wajah tegap seolah tak terjadi apapun kembali ke polinya kembali setelah menyeka wajahnya dengan tisu yang ia bawa.     

Tanpa dokter Louisa ketahui dari balik dinding Viona melihat semuanya yang sudah ia lakukan, kedua mata Viona berkaca-kaca. Ia tak menyangka dokter Louisa akan berbuat seperti itu, kini ia semakin yakin dan percaya kalau dokter Louisa memang benar-benar tulus mencintai profesor Frank.     

"Percayalah dok, cinta tau kemana ia akan pulang. Jadi bersabarlah, aku yakin profesor Frank juga mempunyai perasaan yang sama sepertimu akan tetapi ia masih tak mau mengakuinya saja. " Ucap Viona lirih sambil menyeka air mata yang jatuh dari kedua mata indahnya.     

Viona kemudian berjalan menuju ke ruangan dokter William kembali, ia tadi berpamintan pada Fernando dan dokter William ingin pergi ke kantin membeli jus akan tetapi karena ia penasaran pada dokter Louisa ia akhirnya pergi untuk memastikan dugaannya dan ternyata dugaannya benar. Dokter Louisa tak melakukan rencana yang sudah di rencanakan sebelumnya di ruangan dokter William.     

"Sepertinya akulah yang harus bicara langsung pada pofesor Frank, ia harus tau perasaanku yang sebenarnya padanya sejak dulu." Ucap Viona dalam hati, Viona merasa bertanggung  jawab atas perasaan profesor Frank kepadanya.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.