You Are Mine, Viona : The Revenge

Akibat hubungan terlarang



Akibat hubungan terlarang

0Setelah mengantar dokter Robert pergi dengan ambulan dokter Louisa kemudian masuk ke dalam apartemennya kembali untuk bersiap-siap pergi ke pesta resepsi dokter Cecilia, ia harus datang lebih awal ke pesta itu untuk menemani dokter Cecilia. Ia memilih tak langsung menggunakan dres cantiknya karena takut menjadi perhatian orang-orang di jalan, dokter Louisa hanya menggunakan make-up tipis saat pergi ke tempat acara dengan memanas tas yang berisi dress pestanya yang dibeli saat pergi bersama dokter Cecilia.     
0

Sebelum pergi dokter Louisa sudah mengirimkan pesan pada Profesor Frank mengabari kalau dirinya pergi ke pesta resepsi dokter Cecilia dan Andrew supaya tak membuat calon suaminya itu marah. Setelah berkendara selama hampir tiga puluh menit akhirnya taksi yang membawa dokter Louisa pun akhirnya tiba di tempat acara, saat ia datang belum ada satupun tamu yang datang karena memang acara masih tiga jam lagi dimulai. Dokter Louisa langsung masuk ke tempat dimana dokter Cecilia sedang di rias, kedatangannya membuat dokter Cecilia senang.      

"Apa yang bisa kubantu?" tanya dokter Louisa dengan tersenyum sambil menepuk pundak dokter Cecilia yang duduk di meja rias.     

"Tak ada, sini duduk disebelahku. Kau juga harus di rias dok."jawab dokter Cecilia riang sambil menunjuk kursi yang ada di sebelahnya.     

"Tapi….     

"Silakan duduk di sini dokter," ucap Andrew dengan cepat sambil bangun dari kursinya dan mempersilahkan dokter Louisa untuk duduk.     

"Terima kasih." jawab dokter Louisa singkat sambil tersenyum.     

Andrew yang sebelumnya duduk disamping dokter Cecilia yang sedang dirias pun akhirnya pergi menyingkir karena tak mau mengganggu istri nya dan teman baiknya itu, ia memilih duduk di dekat jendela membaca artikel yang berlalu lalang di internet. Perhatiannya pun langsung tertuju pada sebuah artikel yang menarik perhatiannya, sebuah berita pertunangan Profesor Frank dengan wanita yang masih misterius. Profesor Frank yang sangat ia benci karena menjadi penyebab kematian adiknya satu-satunya beberapa tahun lalu.     

"Iblis ini sepertinya sudah lelah mencari mangsa, cuihh hanya wanita bodoh yang mau menjadi istrinya." ucap Andrew dalam hati penuh kebencian, ia lalu meletakkan ponselnya setelah menghapus artikel yang baru saja ia baca. Andrew kemudian memilih untuk makan terlebih dahulu sebelum acara dimulai supaya tidak kelaparan.     

Sebuah mobil mewah yang membawa Fernando dan Frank akhirnya berhenti di sebuah komplek makam tua yang ada di daerah pinggiran barat kota, tak lama kemudian dua orang kakak beradik itu turun dari mobilnya berjalan beriringan menuju ke pintu masuk makam. Hanya orang-orang penting saja yang bisa dimakamkan di tempat itu oleh karenanya tak heran jika banyak petugas yang berjaga. Pada awalnya Fernando hanya ingin sendiri mendatangi makam itu akan tetapi karena ia melihat adiknya datang ke kantor akhirnya Ia memutuskan untuk mengajaknya juga, apalagi ini adalah pertama kalinya Frank mengunjungi makam Jacob Grey Willan ayah kandung mereka berdua yang sudah meninggal beberapa tahun lalu.     

"Letakkan bunga ini di makam daddy," ucap Fernando pelan sambil menyerahkan buket bunga kepada Frank yang berdiri di belakangnya.      

"No, kau saja lakukan sendiri. Lagi pula dia sudah mati jadi sebenarnya tak membutuhkan bunga," jawab Frank ketus.     

Fernando menghela nafas panjang mendengar perkataan Frank, dia tahu kalau adiknya itu belum memaafkan sang ayah sampai detik ini. Fernando menahan amarahnya supaya tidak meledak, karena baginya melihat Frank mau diajak pergi ke makam sang ayah saja sudah kemajuan pesat dari seorang Franklin.      

Dengan perlahan Fernando meletakkan buket bunga yang sudah ia beli sebelumnya di jalan diatas nisan sang ayah yang masih terlihat sangat rapi, karena memang ia memerintahkan seorang petugas khusus untuk merawat makam ayahnya.     

"Karena keegoisanmu itu lah kau berakhir seperti ini Jacob,"  ucap Profesor Frank dingin menghina ayahnya.     

"Frank….     

"Ya ya ya," sahut Profesor Frank dengan cepat.     

Fernando kembali fokus berdoa, walau dia sangat jarang pergi ke gereja akan tetapi ia tahu jika sedang pergi ke makam ia pasti akan mendoakan ayahnya. Seorang pria yang membuatnya ada di dunia sementara itu Profesor Frank hanya melihat lihat makam yang ada di komplek itu saja dengan sebuah senyuman sinis yang mengembang di wajahnya.      

"Hanya orang-orang egois yang memilih dimakamkan ke tempat ini," ucap Profesor Frank pelan sambil menatap makam-makam yang yang sudah berumur cukup tua itu.      

"Mereka punya uang Frank untuk memilih dimakamkan di mana, jadi kita tidak bisa menjugde mereka seperti itu." jawab Fernando dengan cepat.      

"Iya aku tahu kau adalah pendukung garis besar orang-orang seperti ini, sudahlah ayo pergi aku sudah mulai muak ada disini. Atmosfernya benar-benar membuatku tak nyaman." sahut Profesor Frank dengan cepat sambil berjalan meninggalkan makam sang ayah tanpa menoleh ke belakang lagi.      

Fernando hanya tersenyum mendengar perkataan sang adik, ia pun akhirnya meninggalkan makam sang ayah menyusul adiknya keluar dari makam.     

"Kita mau pergi ke mana lagi?" tanya Profesor Frank penasaran karena melihat masih ada buket bunga di bangku depan yang ada di sebelah supir.      

"Ke makam ibu." jawab Fernando singkat.     

"Aku ingin tahu kenapa kau mengajakku ke tempat seperti ini, sungguh sangat aneh tiba-tiba melihatmu mengajakku ke makam mereka. Apa tujuanmu Fernando?" tanya Profesor Frank datar, ia benar-benar membenci kedua orang tua apalagi ketika tahu bahwa kedua orangtuanya terlibat skandal dengan sang paman yang merupakan cinta pertama ibunya wanita yang telah melahirkan mereka berdua.      

"Dulu setelah aku melamar Viona ia mengajakku pergi ke makam ibu angkatnya, oleh karena itu aku ingin melakukan hal yang sama sekarang dengan mengajakmu pergi ke makam kedua orang tua kita." jawab Fernando dengan cepat sambil menatap wajah Profesor Frank penuh arti.     

"Akhhh kau ini brengsek Fernando, kenapa membawa nama Viona saat ini. Kau ingin mengetes ku masih suka atau tidak pada Viona!!" sengit Profesor Frank dengan nada meninggi.     

"Bukan begitu Frank, aku tak ada niat sedikitpun seperti itu. Aku sudah yakin saat ini kau benar-benar mencintai dokter Louisa dan kau tidak akan pernah mengganggu istriku lagi." ucap Fernando dengan senyum yang merekah di wajahnya.      

Mendengar perkataan sang kakak membuat Frank terdiam, ia lalu membuang wajahnya ke arah jendela menatap pepohonan yang tumbuh subur di sepanjang jalan yang mereka lewati.      

"Setidaknya ketika kau ingin memulai kehidupan baru mu bersama wanita yang kau cintai kau harus memberikan kabar bahagia itu kepada orang tua kita Frank," ucap Fernando pelan memecah keheningan di dalam mobil.      

"Aku tak perlu memberi kabar kepada mereka, lagi pula mereka yang sudah lama mati jadi mereka tak akan tahu apa yang aku lakukan di sini sekarang." jawab Frank dengan cepat tanpa menoleh ke arah Fernando yang sedang menatapnya dari belakang.      

"Aku tahu kau sangat membenci kedua orang tua kita, tapi kau harus ingat orang tanpa mereka kita tidak akan pernah ada di dunia ini Frank. Seburuk apapun mereka, mereka tetaplah orang tua kita." sahut Fernando pelan sambil menepuk pundak Profesor Frank.      

"Kau memang pandai sekali bicara Fernando," cibir Profesor Frank.     

Fernando hanya menghela nafas panjang mendengar perkataan sang adik, mereka berdua lalu diam kembali sepanjang perjalanan menuju ke makam ibu mereka yang letaknya lumayan jauh dari makam sang ayah. Sesampainya di makam sang ibu Profesor Frank berjalan lebih dulu dari Fernando, ia tersenyum tipis ketika sampai di nisan sang ibu yang yang bersanding dengan makam paman mereka yang merupakan cinta pertama ibunya.      

"Kalian semua adalah orang yang paling egois yang aku tau." gumam Profesor Frank datar.     

"Frank…     

"Jujur aku sangat malu dengan tingkah mereka berdua, kenapa mereka harus egois seperti ini. Bukankah ibu adalah istri sah ayah, lalu kenapa dia memilih dimakamkan bersama paman!! kalau orang tidak tahu mereka pasti akan mengira ibu adalah istri paman," ucap Profesor Frank dengan cepat.      

"Aku tau, tapi mau bagaimana lagi. Ini adalah kesepakatan ayah dan ibu ketika mereka masih hidup, jadi kita tidak bisa berkata apa-apa lagi Frank." sahut Fernando berusaha tenang menjawab perkataan sang adik.      

"Sudahlah Fernando aku malas berdebat denganmu lagi, lebih baik cepat tinggalkan tempat ini sebelum aku marah padamu. Aku harus segera menyusul Louisa." jawab Profesor Frank datar.     

"Menyusul Louisa, memangnya calon istrimu itu  pergi kemana?" tanya Fernando penasaran.      

"Menyusulnya ke apartemen tentu saja, memang kau pikir dia bisa pergi kemana lagi kalau….     

Professor Frank tak dapat menyelesaikan perkataannya karena ponsel yang ada di dalam saku bajunya bergetar, ia lalu meraih ponselnya untuk melihat siapa yang menghubunginya. Air muka Profesor Frank langsung berubah begitu membaca pesan yang masuk di dalam ponselnya itu, ia lalu berbalik dengan cepat menghadap Fernando yang berdiri di belakangnya.      

"Sepertinya kau harus ikut aku juga Fernando."  ucap Profesor Frank dengan senyum penuh arti.      

"Apa maksudmu?" tanya Fernando bingung.     

"Sepertinya istrimu akan datang ke pesta resepsi Andrew dan….     

"Apa!!!!"     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.