You Are Mine, Viona : The Revenge

Firasat yang terulang



Firasat yang terulang

0Viona terbangun ketika merasakan guncangan yang cukup keras sampai membuat kepalanya membentur kaca yang ada di sampingnya, perlahan ia mencoba mengenali tempatnya berada saat ini. Kedua matanya langsung menyipit ketika menyadari bahwa ia sudah sangat jauh sekali dari tujuannya yang ingin pergi ke toko milik Amina dan Jenny. Viona lalu bangun dari kursinya dan berjalan menuju ke pintu tempat keluar setelah ia memencet tombol stop, tak lama kemudian bus itu pun berhenti. Viona lalu melangkah dengan hati-hati ketika turun dari bus dan duduk sebuah halte kecil.      
0

"Sepertinya aku harus menunggu bus dari arah yang berlawanan menuju kota," ucap Viona pelan sambil menatap jalanan yang kosong.      

Viona kemudian menyeberang jalan dan berjalan menuju ke sebuah kedai hotdog untuk mengisi perutnya yang berdemo, sambil menikmati hotdog yang sudah ia pesan sebelumnya Viona duduk di halte bus untuk menunggu bis dari arah berlawanan yang akan membawanya kembali ke kota. Senyumnya merekah ketika melihat banyak anak-anak remaja yang baru pulang sekolah berjalan beriringan sambil menikmati pemandangan indah dari pohon maple yang daunnya berwarna oranye.     

"Ingin rasanya kembali menjadi anak remaja seperti mereka, menikmati masa-masa indah dimana tak pernah memikirkan beratnya menjalani hidup." ucap Viona dalam hati sambil menatap keenam siswa yang baru saja berjalan di hadapannya.     

Saat sedang melihat ke arah siswa itu tiba-tiba pandangan Viona teralihkan saat melihat sebuah bus datang, ia lalu bersiap untuk naik karena tak mau ketinggalan bus dan harus menunggu bus yang selanjutnya. Dalam perjalan kembali menuju kota Viona berusaha untuk tidak tidur, ia melanjutkan makan hotdog nya yang belum habis sambil menikmati pemandangan menuju kota. Karena toko milik Amina dan Jenny ada di jalur lain Viona harus turun di sebuah halte bus besar untuk berganti bus menuju ke tempat Amina dan Jenny, entah mengapa ketika ia melakukan perjalanan ini perasaannya tak seperti biasanya. Ia masih merasa sedikit kesal dengan pertengkaran terakhirnya dengan sang suami di rumah sakit, setelah menempuh perjalanan selama hampir dua puluh menit dari halte besar sebelumnya Viona akhirnya sampai di halte tujuannya yang letaknya tak jauh dengan toko Amina dan Jenny.     

Senyum Viona mengembang ketika melihat jenny dan Amina berdiri di depan toko, seperti sedang menunggu kedatangannya. Viona mempercepat langkahnya menuju ke toko muffin karena merasa ingin buang air kecil, kedatangannya yang tiba-tiba ke toko muffin membuat Amina dan Jenny kaget. Mereka bahkan hampir berteriak ketika melihat Viona sudah ada di belakang mereka.     

"Kakak seperti hantu," ucap Amina pelan sambil menyentuh dadanya.     

"Kapan sampai disini kak? kok kami tak melihat mobil kakak?" tanya Jenny sambil celingak-celinguk melihat jalan raya.     

"Aku akan jawab pertanyaan kalian nanti, tapi sekarang aku mau ke toilet terlebih dahulu. Aku sudah tak kuat menahan ingin buang air kecil," jawab Viona pelan sambil berjalan masuk ke dalam toko muffin melewati Amina dan Jenny.     

Jennie dan Amina pun hanya bisa diam ketika melihat sang kakak berjalan masuk ke dalam toko, mereka berdua terlihat saling pandang penuh kebingungan.     

"Apa perlu kita beritahu kakak ipar?" tanya Jenny pelan.     

"Jangan, kita harus beritahu kak Vio terlebih dahulu," jawab Amina ragu-ragu.     

Fernando dan orang-orang nya baru saja pergi dari toko muffin Amina dan Jenny untuk mencari kebenaran Viona, pasalnya tadi siang Viona langsung pergi begitu saja dari rumah sakit meninggalkan supirnya yang sudah menunggunya di depan rumah sakit Global Bros. Saat dilihat dari CCTV terlihat Viona pergi naik bus jurusan Cooper St sementara toko Amina dan Jenny ada di daerah Somerset St W.      

Karena hari sudah mulai senja dan pengunjung sudah mulai jarang Amina akhirnya memutuskan untuk menutup toko dibantu Jenny, mereka lalu masuk ke lantai dua dimana Viona sedang ada dikamar mandi.     

"Akh leganya bisa buang air kecil, tak taukah kalian aku hampir tiga puluh menit menahannya," ucap Viona pelan ketika keluar dari dalam kamar mandi.     

"Minum dulu kak, aku tau kakak pasti lelah," sahut Amina lembut sambil memberikan segelas air putih pada Viona.     

"Terima kasih Amina," jawab Viona singkat sambil meraih gelas yang diberikan Amina, dalam satu tegukan ia langsung menghabiskan air putihnya. Ia lalu meletakkan gelas kosongnya diatas meja dan berjalan menuju ranjang Jenny untuk merebahkan tubuhnya karena merasa tulang belakangnya sakit setelah duduk di bus hampir tiga jam.     

"Jam berapa sekarang Amina?" tanya Viona pelan.     

"Jam delapan malam kak," jawab Amina singkat.     

Viona langsung bangun dan duduk di ranjang begitu mendengar perkataan Amina, ia pun akhirnya menyadari kalau sudah pergi dari rumah cukup lama. Setelah terdiam cukup lama Viona akhirnya bangun dari ranjang dan merapikan pakaiannya.     

"Ayo pulang ke apartemen kalian," ucap Viona bersemangat mengajak kedua adiknya pulang.     

"Sepertinya tidak bisa kak," jawab Jenny pelan.     

"Why?" tanya Viona bingung.     

"Sebelum kakak sampai tadi kak Fernando dan orang-orangnya datang, mereka mencari kakak." jawab Amina lirih.     

Deg      

Viona langsung terdiam, ia lupa kalau Fernando tau dimana letak toko muffin Amina dan Jenny. Ia lalu memutar otaknya mencari jalan keluar, saat ini ia sedang malas sekali bertemu dengan Fernando dan ingin menghindarinya untuk beberapa saat. Ada disekitar Fernando membuatnya tak bisa bernafas dengan lega, suaminya selalu membuatnya merasa tak bisa bergerak leluasa.     

"Kakak bertengkar dengan kakak ipar?" tanya Jenny pelan.     

"Entahlah ini disebut bertengkar atau apa, yang pasti aku sedang malas sekali melihatnya." jawab Viona jujur.     

"Kenapa kak? bukankah kalian baik-baik saja selama ini," tanya Jenny kembali.     

Mendengar pertanyaan Jenny membuat Viona menarik nafas panjang, semua kenyamanan hidup yang diberikan Fernando kepadanya memang menyenangkan akan tetapi menghadapi sifat posesif dan menang sendirinya kadang-kadang membuatnya merasa tak punya hak untuk bersuara.      

"Aku hanya butuh space untuk bergerak lebih leluasa saat ini Jenn, aku merasa terlalu sesak ada di rumah," jawab Viona pelan sambil tersenyum, ia tak mau membuka masalah rumah tangganya pada kedua adiknya itu.     

"Semuanya bisa diselesaikan baik-baik kak, tak perlu kabur seperti…     

"Aku tak kabur Amina, aku hanya ingin menenangkan diri saja sejenak," ucap Viona memotong perkataan Amina.     

Amina dan Jenny nampak saling pandang satu sama lain mendengar perkataan Viona, mereka ada dalam dilema saat ini. Antara harus memberitahu pada Fernando atau membiarkan Viona ada di tempat mereka saat ini.     

"Apa yang dikatakan Fernando tadi?" tanya Viona pelan.     

"Kakak ipar terlihat khawatir ketika mencari kakak di sini, ia berkali-kali berpesan pada kami untuk segera memberitahunya kalau kakak datang," jawab Amina dengan cepat.      

"Benarkah?" tanya Viona kembali.     

"Iya kak,kakak ipar terlihat sangat khawatir," jawab Jenny berusaha menyakinkan Viona.     

"Lalu sekarang apa yang akan kalian lakukan?" tanya Viona sambil tersenyum dan melipat tangannya ke dada.      

"Mengabari Fernando tentang keberadaanku di sini atau membiarkan aku tetap ada disini ?!" tanya Viona kembali menambahkan perkataannya yang sebelumnya.     

Amina dan Jenny langsung terdiam mendengar perkataan sang kakak, mereka sedang dalam kondisi dilema saat ini antara memihak Fernando atau Viona. Kedua orang itu mempunyai sisi keras masing-masing yang tak bisa mereka pahami.     

"Baiklah kalau memang kalian memihak pada Fernando lebih baik aku keluar dari tempat ini dan mencari penginapan lain….     

"Jangan kakkk….ok ok ok kami janji tak akan mengatakan keberadaan kakak pada kakak ipar, tapi tolong jangan pergi. Ini sudah malam kak, kakak mau kemana sangat bahaya diluar sana kak," teriak Amina panik memotong perkataan Viona dan menahan Viona yang akan bangun dari ranjang.     

"Iya kak please jangan pergi, diluar sangat bahaya untuk wanita hamil kak," ucap Jenny terisak, ia paham betul sifat Viona yang nekat.     

Viona terdiam melihat kedua adiknya menahannya pergi, kedua mata adik-adiknya terlihat berkaca-kaca saat ini. Perlahan Viona memeluk adik-adiknya itu secara bergantian.     

"Dengarkan aku baik-baik, aku hanya butuh waktu sendiri saat ini. Kalian tenang saja, aku tak marah pada suamiku hanya saja aku butuh sedikit ruang untuk bernafas saja." ucap Viona pelan sambil menyeka air mata yang jatuh di wajah cantik Amina dan Jenny yang sudah ia anggap adik kandung itu.     

"Kakak janji jangan macam-macam, ingat kakak saat ini tak sendiri sudah ada junior disini," jawab Jenny dengan cepat sambil meraba perut Viona.     

"Iya aku tau sayang, ya sudah kalian pulang aja ke apartemen sekarang. Aku takut kalau Fernando tau kalian tak pulang ia akan tau kalau kalian sedang bersamaku disini," ucap Viona memerintahkan kedua adiknya pulang ke apartemen.     

"Huum tapi kakak jangan macam-macam, tidur saja di sini yang baik ya. Dan jangan pergi tanpa ijin dari kami," sahut Amina dengan nada meninggi.     

"Iya iya ….ya sudah sana pergi, hari sudah semakin malam," usir Viona pada kedua adiknya.     

Jenny dan Amina pun bersiap untuk pulang ke apartemen setelah merapikan barang-barang mereka meninggalkan Viona di toko, toko muffin mereka terdiri dari dua lantai dengan lantai pertama dipakai untuk berjualan dan membuat muffin dan lantai kedua dipakai untuk menyimpan bahan-bahan pembuat muffin dan ada satu ranjang yang cukup besar yang muat dipakai dua orang untuk tidur.      

Setelah berpamitan pada Viona dan memastikan Viona tak pergi kemanapun jenny dan Amina kemudian pergi meninggalkan toko setelah mengunci dari luar, Viona pun mandi dan berganti pakaian yang ada dalam lemari pakaian Jenny dan Amina. Karena kedua adiknya itu sering mandi di toko jadi ia tak kesulitan mencari peralatan mandi dan teman-temannya, ia pun menemukan beberapa pakaian dalam bersih baru milik Jenny dan Amina yang belum dipakai.     

Setelah mandi dan berganti pakaian Viona lalu naik ke atas ranjang, ia berbaring menatap jendela besar yang bisa melihat langit malam.      

"Berikan aku kebebasan sedikit Fernando, aku manusia bukan boneka. Aku bisa menjaga diriku Fernando...kau jangan terlalu khawatir, aku tak mau terus mengandalkanmu…" ucap Viona dalam hati, sudah beberapa hari ini Viona bermimpi buruk.      

Berkali-kali ia melihat Fernando marah sambil memegang pisau yang berdarah-darah, dulu ia pernah bermimpi buruk juga saat kehilangan ibu Maria. Entah mengapa Viona merasa akan ada badai besar menghampirinya dalam waktu dekat.     

"Jaga Enji ibu...ayah…     

Bersambung      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.